Kembali-50

2.6K 365 34
                                    

Gio sekarang berada di ruangan Elang, ia mencoba membujuk Nathan Dan Zoya yang sedang marah padanya, bahkan mereka tidak mau berbicara dengannya, jika begini Gio tidak bisa, ia tidak bisa didiamkan oleh adik-adiknya.

"Ku mohon, aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi, aku tidak akan membela dia bahkan menyebut namanya di depan kalian, maafkan aku."Gio memegang kedua tangan adiknya itu, ia bahkan sekarang ingin menangis rasanya karena mereka selama ini tidak pernah bertengkar, baru kali ini Gio didiamkan oleh kedua adiknya.

Zoya dan Nathan membuang wajah mereka, tidak mau menatap Gio, walaupun di lubuk hati mereka kasihan dengan Gio tapi mereka kecewa pada sikap Gio.

"Daddy bantu aku ..." Gio frustasi sekarang, ia memelas meminta bantuan Ken yang dari tadi hanya menatap hidupnya yang terbaring di ranjang, Elang yang berada di samping Luna.

Luka Elang sudah di obati, kakinya sedikit membengkak dan mungkin itu akan sakit karena di paksa berjalan, ia sungguh menyesal karena lama menemukan Elang dan berakhir kaki Elang lecet akibat terlalu lama berlari, pasti kaki Elang terinjak kerikil dan benda tajam lainnya, apalagi aspal yang panas itu menggesek kaki bayi mungilnya ini.

"Daddy bantu aku ..."Ken tersadar dari lamunannya saat Gio memegang tangannya.

"Mereka benar Gio, kau seharusnya tidak membela mereka."

"Aku tidak membela mereka ..."

"Itu hanya ucapanmu, tapi dalam hatimu masih sangat menyayangi bocah yang membuat Elang menjadi begini kan?"

Gio menggeleng, ia tidak akan menyayangi Aksa lagi jika begitu, ia akan memilih keluarganya." Aku tidak akan! Kenapa kalian tidak percaya ..."Gio tidak dapat menahan air matanya, dia tidak cengeng tapi jika disudutkan seperti ini, ia juga tidak berdaya.

"Ku mohon, percaya padaku ..."

Nathan dan Zoya tidak tega melihat itu, mereka merentangkan tangan mereka agar Gio mendekat.

Tanpa pikir panjang Gio memeluk kedua adiknya itu, ia sangat senang saat adik-adiknya ini sudah bisa memaafkannya.

"Tapi abang harus janji! Jangan dekat-dekat Aksa lagi!"Zoya menekankan kalimatnya.

"Iya, abang nggak boleh liat dia dan ketemu sama dia! Paham!"

"Iya." Rasanya sungguh sedikit lega mendengar jika Nathan dan Zoya telah memaafkannya.

"Terimakasih."

Mereka tidak ada yang berbicara lagi, menunggu Elang dan Luna sadar, kenapa peristiwa ini terjadi, mereka bahkan tidak sanggup melihat wajah Luna dan seluruh tubuhnya di bungkus perban, bahkan boneka kepala Lupi masih ada disampingnya.

Ken memegang boneka Lupi itu, ia membawa badannya yang terputus, noda darah masih melekat pada boneka itu.

"Bersihkan boneka ini dan jahit seperti baru."Ken memerintahkan asisten pribadinya dan memberikan boneka itu padanya, boneka itu begitu berharga bagi Luna, itu adalah pemberian Elang, dan yang paling ia sesalkan, boneka ini adalah hasil jerih payah Elang bekerja di proyeknya sendiri.

Pantas saja Luna begitu menyayangi Lupi seperti Elang, ini adalah hadiah pertama yang Elang berikan padanya.

Memikirkan betapa lelahnya Elang bekerja untuk membeli boneka ini sedikit menyakitkan.

"Bahkan Luna tidak ingin pemberian Elang rusak."

"Daddy, kenapa kita tidak beli yang baru aja?"Nathan bertanya, Lupi sudah benar-benar sudah rusak.

Ken menggeleng, "Lupi adalah harta berharga bagi Luna, seperti Elang, ia harta berharga bagi kita, kita tidak bisa merubahnya Nathan, karena ketika kita menyayangi seseorang, kita akan rela melakukan apapun itu demi bisa melihat ia tidak terluka sedikitpun, begitu juga yang dilakukan Luna, ia rela terluka agar kesayangannya tidak rusak dan tidak mengecewakan Elang."

Elang mendegarkan itu, ia masih lemas dan mendegarkan semua yang dikatakan oleh Ken, ia makin merasa jika ia tidak berguna, masih dengan mata yang terpejam ia memegang tangan Luna. "Elang juga sayang ibu ..." Air matanya mengalir dengan derasnya.

Vote →comment→ follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang