Kembali-25

2.4K 313 32
                                    

Suara ventilator terdengar di keheningan suatu ruangan, terlihat seseorang yang sedang terbaring disana dengan memakai alat bantu untuk hidup.

Suara pintu terdengar dibuka, langkah kaki semakin mendekat dan kemudian berhenti.

"Apa kabar?"

Tidak ada jawaban yang diberikan, hanya keheningan yang dijawab oleh suara mesin itu.

Dia tersenyum dan duduk di tepi bad, memegang tangan yang sudah kurus kering, takut akan melukai dia hanya memegangnya pelan.

Menciumnya sebentar, dia beralih menatap wajah orang itu, perasaannya kembali sesak. Matanya berair tapi masih tetap tersenyum.

"Kapan kau akan bangun?"

"Aku merindukanmu..."

Dia mengigit bibirnya, "kenapa aku cengeng sekali, maaf aku membuat terganggu."Menggelap air matanya dengan cepat.

"Kau tahu, hari ini dia demam."

"Iya demam, kasian sekali, untung saja sudah reda, aku memberikan koolfever, awalnya dia tidak mau tapi akhirnya dia mau juga."Dia terkekeh kecil, "lucu, pasti jika kau melihatnya akan sama sepertiku, dia benar-benar menggemaskan."

Meletakkan tangannya yang lebih kecil dari tangannya kepipinya."Dia mengobati luka Nathan, dan aku..."

"Cepatlah sadar, aku akan menunggumu."Mengecup keningnya lama, tak terasa air mata mengalir membasahi pipinya."Aku akan datang nanti."Pergi meninggalkan ruangan itu, sebelumnya dia berbalik untuk melihat dan tersenyum.

* * *

Kediaman utama keluarga William, Violetta menatap pintu masuk dari tadi, masih terpikirkan dirinya, kemana suaminya itu, biasa tidak pulang tapi dia mencurigakan sesuatu.

"Kenapa oma? Dari tadi ngeliat pintu aja, ada masalah?"Bungsu Sanjaya, anak dari Jason dan Bianca, Aksa Sanjaya.

Violetta menggeleng pelan, dia mengusap kepala Aksa, "tidak sekolah?"

Aksa menatap omanya lama, dia tertawa pelan,"kan udah pulang oma."

Violetta menggeleng pelan, astaga lama menunggu King sampai dia lupa jika cucunya sudah pulang.

"Yang lain kemana?"

Aksa menggeleng pelan, dia memeluk Violetta, "Aksa rindu keluarga yang dulu oma."Jujur saja, sejak Jason dan Bianca bertengkar, tidak ada lagi hari-hari seperti dulu, hari-hari bahagia yang Aksa rasakan, Bianca sibuk dengan dirinya sendiri dan Jason juga begitu, mereka seperti tidak mementingkan anak-anak mereka.

Siapa yang menerima jika keluarganya ingin bercerai, begitu juga dengan Aksa, dia tidak mau itu terjadi, dia masih membutuhkan keluarga yang lengkap. "Ini semua gara-gara dia!"Rahang Aksa mengeras, dia marah, sangat marah, keluarga harmonis yang ia miliki menjadi seperti ini, walaupun Aksa tidak tahu jika kejadian seperti apa tapi tetap saja, menurut abangnya ini karena ulah dia siapa lagi jika bukan Elang.

Dari kecil dia terus mendegar orang tuanya bertengkar dan hanya satu nama yang ia dengar, Elang lah yang membuat semua ini terjadi, hingga Bianca memutuskan untuk pindah dan menetap di kediaman utama.

Menurut Aksa, Elang lah penyebab dia tidak bahagia dari dulu." Gua benci lo Elang!"

"Ada apa Aksa?"Violetta mengusap dahi anak itu yang mengernyit."Ada masalah?"

Aksa menghela nafas sejenak, dia memeluk Violetta, "Aksa nggak mau daddy sama mommy pisah oma, Aksa nggak mau mereka pisah..."

Violetta membalas pelukan Aksa, inilah yang dia takutkan, anak-anak yang menerima dampak dari perpisahan Bianca dan Jason, dia sangat menyayangi cucunya, apalagi Aksa sedari kecil hanya mendegar pertengkaran kedua orang tuanya.

Tak jauh dari sana ada Bianca yang melihat, dia mengusap air matanya, bukannya dia mau egois, tapi hatinya terlanjur sakit, sudah belasan tahun dia memendam semua ini, tapi dia tidak kuat lagi, "maafin mommy Aksa, mommy egois."Bianca pergi dari sana, dia juga tidak tahan melihat Aksa yang menangis seperti itu.

"Kenapa?"Tanya seorang laki-laki yang sepertinya baru pulang dari bekerja, dia duduk di samping Aksa dan membawa Aksa kepangkuannya."Kenapa menangis?"

Aksa memeluk orang itu,"abang Aksa nggak mau mommy sama daddy pisah..."Aksa menangis sesegukan.

Laki-laki itu mengeraskan rahangnya, lagi, kenapa masalah ini tidak ada habisnya, Adrian Sanjaya, anak sulung Jason itu sudah muak mendegar pertengkaran tapi mau bagaimana, daddynya juga bodoh tidak bisa menyelesaikan masalah ini dengan cepat, ini sudah belasan tahun, dan sekarang lihat! Aksa adiknya itu sudah paham perpisahan, itu sungguh menakutkan bagi anak seusia Aksa.

"Mereka tidak akan pisah."Harus menjawab apa, dia juga tidak tahu, ingin rasanya dia memusnahkan akar dari permasalahan ini, tapi bagaimana lagi, ayahnya itu berkata ingin menyelesaikan masalah ini sendiri, apa susahnya hanya memusnahkan orang yang tidak berguna, apalagi orang itu hanya orang tidak berguna dan lemah!

"Bohong, daddy kemaren datang dan mereka bertengkar lagi, mereka mau pisah bang..."Aksa juga ingin merasakan keluarga bahagia seperti teman-temannya, dia iri.

"Tidak dan tidak akan pernah, sudah baby, kita tidur saja."

"Tapi bang..."

"Ssst... Sudah kita tidur saja, kau lelahkan."Adrian mengendong Aksa, dia akan menidurkan Aksa, anak itu terlalu banyak menangis, bagaimana nanti dia sakit.

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang