Kembali-69

1.3K 248 19
                                    

Ken memijat keningnya yang pening, seminggu sudah ia mencari keberadaan Elang tapi nihil, Elang seakan di telan oleh bumi.

Tak ada jejak yang di tinggalkan Elang, kepergian Elang membuat semuanya menjadi kacau, Zoya dan Nathan yang sama-sama sakit karena demam yang begitu tinggi, Zain yang biasanya kuat juga terkena dampaknya, selain kehilangan Gio di juga kehilangan Elang dan Luna.

Ketiga anak Ken dalam kondisi tidak baik, sekarang, ia harus mencari Elang tapi di satu sisi ia juga harus menemani ketiga anaknya yang juga belum sembuh.

Zoya yang selalu mengigau, Nathan yang selalu muntah dan Zain yang suhunya naik-turun, Ken begitu pusing, King dan Max juga sudah membantunya tapi jangankan Elang, bahkan jejaknya juga tidak terlihat.

Padahal dia mempunyai segalanya, tapi kenapa begitu sulit menemukan Elang, Elang seperti debu yang menghilang karena di tiup oleh angin.

"Kenapa kau membiarkan ku hidup?"

Ken menghela nafas, dia memandang laki-laki yang berada di ranjang, tangan yang terikat oleh rantai besi, dada yang dibalut oleh perban dan infus yang melekat pada punggung tangannya, wajah yang tanpa binar itu hanya bisa menatap saja, tampak jelas hatinya terlihat kosong.

"Karena kau anakku, dan aku tahu hatimu, Gio."

Gio tak tahu harus berbicara apa, dirinya tidak mati, ia pikir akan bertemu dengan pujaan hatinya, tapi kenapa dirinya masih hidup seperti ini.

"Lepaskan aku daddy ... aku ingin bersama Kayla ..." Gio masih berusaha untuk melepaskan rantai yang mengikat pergelangan tangannya, jika itu tidak terikat bisa dipastikan jika Gio akan terus melukai dirinya sendiri. Gio menitikkan air matanya, ia begitu terluka sekarang, untuk apa dirinya hidup jika dia tidak bisa bertemu dengan Kayla kembali.

Ken diam, ia mengigat bagaimana ia menembak Gio, dia tidak menembak Gio sampai mati hari itu.

Flashback on

Gio hanya menatap dengan kosong, hidupnya telah pergi, untuk apa lagi dia hidup, ia memandang Ken, Max, Zain dan King.

"Maafkan ... maafkan aku, tapi aku melakukan ini karena aku benar-benar mencintainya, sekarang dia sudah tiada, bunuh aku ... "Gio menangis dengan kencang, "Tapi satu hal yang harus kalian tahu, aku benar menyayangi kalian ... aku menyayangimu daddy, aku menyayangimu, Max, aku menyayangimu Zain, opa aku sungguh menyayangi kalian ..." Suara Gio terdengar serak, "Aku tidak pernah ada niatan untuk melukai hati kalian, kalian keluarga ku, aku juga menyayangi Zoya dan Nathan .... Aku juga ingin meminta maaf pada Elang dan Luna, sampaikan permintaan ku, aku salah, tapi aku benar-benar mencintai Kayla, aku memang egois, sebelum itu ..." Gio terbatuk-batuk, ia memandang mereka dengan penuh harap, "Aku ingin ..."Rasanya Gio tidak sanggup untuk meminta ini, "Bo-lehkah aku memeluk kalian untuk terakhir kalinya? Ku mohon ..."

Ken mengusap air matanya dengan kasar, Gio tetap anaknya, ia akan mengabulkan permintaan itu, memeluk dan mencium kening Gio untuk terakhir kalinya.

King dan Max juga melakukan hal yang sama.

Mereka memeluk Gio, dengan tangan yang bergetar Ken membawa pistolnya ke arah dada Gio.

"Maafkan aku, Kayla ... aku ingin hidup bersamamu ..."

Melihat Gio yang menutup mata, Ken menggeser pistolnya pada titik yang lain agar tidak mengenai jantungnya.

"Maafkan aku daddy, aku menyayangimu ..."

Ken menutup mata, dengan tangan yang bergetar, ia menembak Gio. "Aku tahu kau, Gio."

Flashback off

Ken tidak bisa melakukan itu, Gio memang bersalah tapi dia juga anaknya, Ken tahu jika Gio melakukan ini hanya karena dia buntu.

Ia mengenal Gio lebih apa yang orang lain tahu, Gio anak kandungnya.

"Bunuh aku daddy, aku jahat! Aku sudah menyakiti Elang dan Luna! Kenapa kau tidak membunuhku ..."

"Gio, kau melakukan itu hanya ingin Kayla bukan, jika kau mengatakan jika kau jahat kenapa di dalam kue itu tidak ada racun? Hanya ada obat pencahar dengan dosis sedang, kenapa kau masih berbaik hati selama ini pada Elang, kau memang melihatnya tersiksa tapi kau masih melakukan hal yang sebaliknya, apa yang kau sebut itu jahat? Aku tahu kau Gio! Aku ayahmu! Aku tahu semua apa yang kau lakukan ini hanya ingin membuat Kayla tenang bukan! Hanya ingin dendam Kayla terbalaskan bukan, katakan padaku jika kau memang menyayangi Elang! Katakan padaku!" Kenapa Gio kekeh sekali dengan pendiriannya, jika dia tidak sayang dengan Elang kenapa selama ini Gio tidak pernah menyakiti Elang, ia hanya menggunakan Elang sebagai umpan, bukankah seharusnya jika Elang anak Jason dia akan membalasnya juga seperti Aksa, membuat Elang cemburu dengan Aksa agar dia merasakan apa yang Aksa rasakan, kenapa hanya Aksa saja, ini di luar logika Ken.

"Tidak ... aku orang jahat daddy ... biarkan aku mati ..." Kenapa semua orang tidak mengerti, ia hanya menyayangi Kayla, dia tidak menyayangi Elang dan Luna, "Aku tidak menyayangi Elang dan Luna ..."

Bohong, mata itu tidak bisa berbohong, bibir Gio memang mengatakan hal itu tapi hatinya tidak, dia pasti menyayangi Elang walaupun sedikit saja.

"Terserah mu saja, jika kau mau mati aku juga tidak akan menolak, tapi kau akan mati dengan sendirinya, tidak dengan bunuh diri atau siapapun yang membunuhmu."

Ken tidak mau lagi membahas ini, dirinya sudah pusing dengan Elang yang hilang, jujur, sebagai seorang ayah, ia sedikit tidak rela jika anaknya mati ditangannya sendiri.

Ken juga memikirkan Adrian dan Aksa, mereka juga masih hidup, hanya saja mereka di letakkan di pulau terpencil milik Ken, Ken masih berbelas kasih, tetapi Adrian dalam keadaan lumpuh, Max menembak kakinya agar tidak bisa berjalan seumur hidupnya, dan Aksa. Mereka tidak melakukan apapun pada Aksa, hanya saja Aksa seperti orang gila, dia terlalu stres dan tidak bisa lagi di ajak berbicara.

Ken tidak mungkin meninggalkan mereka begitu saja, di pulau itu sudah dipenuhi bom di setiap meter tanahnya, ribuan kemera pengawas yang akan mengawasi Adrian dan Aksa dua puluh empat jam, tidak ada orang lain di pulau itu, hanya ada Aksa dan Adrian, sesuai dengan keinginan Adrian, mereka hanya tinggal berdua saja, jika Adrian selangkah saja pergi dari perbatasan maka pulau itu akan meledak, didalamnya juga sudah ada pasokan makanan untuk dua puluh tahun kedepan, jadi Adrian dan Aksa tidak akan mungkin kelaparan.

Untuk Gio, Ken akan mengurungnya disini, di tempat yang tidak mungkin orang ketahui selain dirinya, King dan Max memang tahu tapi hanya dirinya yang bisa membuka tempat ini.

Gio masih meratapi nasibnya, ia malu untuk hidup, ia malu melihat daddynya sekarang, rasanya tidak begitu pantas dirinya untuk hidup.

Mengigat Elang dan Luna, Gio beribu-ribu sakit hati, rasanya ia begitu berdosa pada mereka, demi keegoisan dirinya, ia bahkan merencanakan hal yang di luar nalar ini.

Dan sekarang, akibatnya Elang tidak mempercayai keluarganya lagi, padahal disini dialah yang bersalah.

Gio menenangkan dirinya, ia ingat sesuatu, Lupi, disana ia meletakkan sesuatu agar bisa menemukan Elang dan Luna jika Jason membawa mereka, ada perangkat GPS yang dipasangnya saat Lupi di jahit seperti baru, ia menyuruh mereka meletakkan itu pada boneka Lupi.

Jika ditanya apakah Gio menyayangi Elang dan Luna, jawabannya iya, saat daddynya membawa Elang ke rumah, Gio sudah merasa berbeda dengan itu, hanya saja, perasaannya kalah dengan egonya, tujuan Gio hanya satu, membalaskan dendam Kayla, Gio buta dengan itu.

"Daddy, ak-u bisa menemukan Elang ..."


Vote→ comment →follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang