Kembali-26

2.3K 342 32
                                    

Max keluar dari kamarnya, seharian menunggu dikamar sangat membosankan, biasanya dia akan betah, tapi kali ini sulit sekali karena dia sudah merindukan rengekan dari bayi kecilnya itu.

"Apa dia sudah sembuh?"Tidak sabar rasanya ingin bertemu dengan Elang.

Saat dia merenung memikirkan Elang, Max merasa ada yang menabrak punggungnya. Dia berbalik dan melihat siapa yang berani menabrak punggungnya itu.

"Maaf, aku tidak sengaja."

"Kau tidak apa-apa?"Ternyata Gio, Max melihat Gio sepertinya tidak baik-baik saja, dia memegang kening adiknya itu.

"Kau demam."

"Ah benarkah?"Gio merasakan dahinya, dia tertawa,"sepertinya aku terjangkit demamnya Elang."

"Kau tidak baik, istirahat."

Gio mengangguk patuh."terima kasih."Saat melihat Max ingin pergi Gio memanggil Max.

"Ada apa?"

"Jangan berlebihan sama Elang bang, dia tidak terbiasa seperti itu."

"Aku tahu, beristirahatlah."Max mengusap kepala Gio sebentar sebelum pergi menemui kedua bayinya itu.

Gio yang melihat kepergian Max hanya menggeleng pelan,"kurasa dia akan melakukannya lagi."Tidak yakin dengan ucapan Max.

* * *

Elang menaikkan alisnya, bukan tanpa alasan, apa hari ini akan terjadi badai atau bencana alam.

Zain tiba-tiba saja memberikannya makanan dan mainan untuk Luna, dan apa itu, bukannya tadi dia masih cuek dan tidak mau berbicara padanya, kenapa sekarang memanggilnya juga dengan sebutan adek.

"Adek udah sehat?"

Gila bukan? Elang menjadi merinding dibuatnya,"Ken anak lo kayaknya sakit deh, keknya dia kemasukan jin dirumah ini.. aws! Apasih sakit tahu!"Elang mengusap dahinya yang dijentik Ken.

Ken mengusapnya pelan,"daddy, kenapa kau memanggil dengan nama baby, aku daddymu."Mengecup kening Elang sebentar.

"Iya dad, keknya Zain kemasukan jin, bener yang Elang bilang!"Zoya juga tidak percaya apa yang terjadi sekarang, tahu betul sikap abangnya itu.

Nathan yang mendegar itu mencoba menjauh dari Zain,"daddy..."Takut dia jika benar Zain benar-benar dirasuki.

Sedangkan Zain hanya mendengus, baik salah tidak baik juga salah. Sebenarnya dia berubah seperti ini karena Gio sudah berbicara dengan Zain, Zain tidak menyangka ternyata Elang bukan orang lain,  pantas saja dia pernah mendengar nama itu, Elang, yang selalu disebut oleh Aksa, ternyata Elang adalah anak dari Jason.Yang membuat Zain prihatin adalah, ternyata kehidupan Elang tidak semulus aka yang ia pikirkan, dia tidak tahu karena memang tidak dekat dengan keluarga aunty nya, jadi dia tidak pernah melihat Elang sebelumnya, hanya sedikit mendengar desas-desus rumor itu dari Aksa.

Bagaimana lagi, Ken memang tidak pernah membahas apapun tentang itu karena memang tidak penting, hanya Gio saja yang pernah mengunjungi kediaman Jason, mereka tidak pernah sama sekali."Ternyata yang aku pikirkan tidak benar."

Zain tersadar dari lamunannya karena merasa panas dipipinya, "kau!"

Zoya menampar pipinya dengan keras,"pergilah wahai jin! Jangan rasuki dia!"

"Apa yang kau lakukan!"Zain ingin menarik tangan Zoya tapi ditahan oleh Ken.

"Jangan seperti itu Zain, dia adikmu! Daddy tidak suka kekerasan."Anaknya ini, tidak bisakah dia membedakan tenaga perempuan.

Zoya memeluk tangan kekar milik Ken, dia menjulurkan lidahnya,"mang enak!"

Benarkan? Zain tidak suka dengan adiknya itu, sangat menjengkelkan, dan pasti dia yang selalu akan terkena dampaknya, padahal dia diam saja. Zain tahu jika tidak boleh kasar terhadap perempuan, itu yang Ken ajarkan, tapi adiknya ini keterlaluan, ada kalanya ingin menjetikkan jarinya didahi Zoya, tapi sebelum melakukan itu pasti Zoya sudah mengadu.

"Ck! Maaf dad."

Ken menepuk pelan bahu Zain, "jangan ulangi."

Elang tidak menghiraukan mereka, dia melihat ibunya Luna yang hanya bermain dengan Lupi, padahal banyak mainan yang bisa dimainkan tapi ibunya selalu membawa Lupi kemanapun.

"Ibu kenapa?"Elang melihat Luna sepertinya sedang sedih, dia khawatir.

"Lalang..."Luna memeluk Elang, dia langsung menangis dan itu membuat mereka semua terkejut, kenapa tiba-tiba saja Luna menangis.

"Lulun kenapa?"

"Lulun sakit juga ya?"

"Daddy Lulun kenapa?"

"Ibu kenapa bu?"Elang melepaskan pelukannya dan melihat Luna,"jangan nangis, Lang nggak suka."

Luna menahan air matanya, dia mengangguk ragu, "Lalang jangan marah..."

"Marah kenapa bu, ibu ngomong aja."Sungguh sekarang Elang sangat khawatir.

Luna memberikan Lupi pada Elang, dia membuka tangan Lupi dan menunjukkan bagian tangan itu, "Lupinya rusak..."Luna kembali menangis, dia sedih melihat hadiah yang Elang berikan robek, padahal ini hadiah Elang yang sangat spesial.

Elang menghela nafas sebentar, dia tersenyum, "nggak apa-apa bu, nanti kita beli yang baru aja ya."

Luna menggeleng cepat, "nggak mau! Lupi Elang kasih!"Luna berbicara berbelit-belit, tapi Elang mengerti.

Hatinya terenyuh mendengar itu, ternyata boneka yang tidak seberapa itu sangat Luna sayangi, dia melihat robekan boneka itu tidak terlalu besar tapi bisa membuat Luna sedih seperti ini, apalagi jika robekannya besar apa yang terjadi pada Luna.

Lama keheningan yang terjadi, terdengar ada suara gadis yang berteriak,"gimana kalau kita jahit aja!"

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang