Kembali-30

2.7K 385 42
                                    

Ken mengikuti penyusup itu, dia menendang punggungnya membuat penyusup itu jatuh tanah.

"Berani sekali kau masuk kekediaman ku!"Ken mengumpat, tidak berguna, tidak ada satupun para bodyguard yang tahu jika ada penyusup yang masuk kekediaman, bagaimana dia bisa mempunyai bodyguard yang tidak becus seperti itu.

Tapi orang didepannya ini sungguh berhati-hati, pasti dia juga memiliki kemampuan.

Ken mengeluarkan pistolnya dan menembak, penyusup itu segera berlari menjauh sebelum terkena tembakan.

Suara pistol teredam terdengar membuat para bodyguard yang berjaga segera melihat apa yang terjadi.

Penyusup itu terkena tembakan tapi dia bisa melarikan diri.

"Apa yang kalian lihat! Kejar!"Ken tidak habis pikir, lemot sekali bawahannya ini.

"Dia pasti mengincar baby, tapi siapa? Apa itu suruhan Jason? Sialan! Perketat keamanan, cek semua bodyguard yang berjaga malam ini!"Dia akan memberikan hadiah karena telah gagal dalam menjaga keamanan kediamannya.

Para bodyguard Ken hanya bisa berlutut, tidak ada gunanya menyesal karena jika  Ken sudah bicara, maka itu akan terjadi.

Penyusup yang melarikan diri segera menjauh dan masuk kedalam mobil, dia menginjak pedal gas dengan kencang, melesat disunyinya malam.

Membuka topi dan masker yang dia pakai, menetralkan nafasnya sejenak.

Dia mengigat bayi kecil yang tidur dengan betapa imutnya itu, "kenapa dia tiba-tiba berbeda?"

"Seperti bukan dia, begitu imut."

Adrian Sanjaya, anak sulung Jason yang telah memasuki kediaman Ken William itu, ini memang rencananya.

Flashback on

Adrian datang kekediaman Sanjaya dengan langkah kaki yang tegas dan aura yang mencekam, mata nan tajam itu menyapu setiap ruangan hingga dia menemukan ruangan kerja Jason.

Membukanya dan melihat jika Jason sedang berkutat dalam pekerjaannya.

Jason yang mendegar jika ada yang masuk keruangannya ingin marah, tapi saat melihat anak sulungnya yang datang membuat ia meredam kemarahannya.

"Adrian? Kau kembali."Jason tersenyum tipis, anak sulungnya sudah lama tidak menampakkan diri, setelah bertengkar dengan Bianca, Adrian dan Aksa juga mengikuti ibu mereka, hal itu membuat Jason jarang bertemu ataupun bertegur sapa.

Adrian diam sebentar, dia memandang Jason lamat,"jangan bercerai."Ungkapnya.

Sedangkan Jason menaikkan alisnya tidak mengerti, kenapa tiba-tiba Adrian mengatakan hal seperti itu.

"Apa maksudmu?"

"Jangan bercerai demi Aksa."Tegasnya, "aku tahu kau bajingan tapi jangan jadi bajingan juga menjadi ayah bagi Aksa, dia masih kecil."

"Dasar tidak sopan! Kenapa kau berbicara seperti itu! Aku daddymu!"Tentu saja Jason marah, kenapa dia dipanggil bajingan oleh anaknya ini.

Adrian berdecak pelan, jika saja ini bukan karena Aksa, dia tidak akan pernah meminta ini pada pria tua yang sayangnya bajingan tidak tahu diri dan rendahan seperti Jason, dia masih membencinya karena telah menyakiti Bianca, pria didepannya ini, sungguh tidak layak menjadi ayah, menyesal rasanya menjadi bagian dari anak Jason.

"Lagi pula aku tidak akan pernah menceraikan istriku! Dia tetap akan menjadi istriku selamanya, jadi tenang saja."Jason juga tidak mau itu terjadi,"tapi mommy mu bahkan tidak mendegar kata-kata ku."

"Maksudmu?"Adrian sedikit tidak mengerti tentang itu.

Jason yang melihat Adrian sedikit antusias tersenyum tipis,"kau tahu, mommy mu hanya ingin kembali jika aku membunuh mereka."

"Kenapa kau tidak lakukan?"

"Masalahnya, mereka berada ditangan Ken sekarang! Bagiamana bisa aku mengambilnya."

Adrian terdiam dia terkekeh kecil, "dari dulu aku sudah muak dengan omong kosong mu itu, kenapa tidak dari dulu kau membunuhnya! Sekarang setelah dia kabur kau ingin membunuhnya?"

"Diam! Dulu aku tidak menginginkan mereka mati dengan cepat, menyiksa seperti binatang dan memohon untuk mati, tapi sekarang berbeda, anak itu melarikan diri dan membawa wanita jalang itu, aku tidak tahu jika mereka dalam perlindungan Ken sekarang, kenapa Ken bisa memungut mereka."

Benar adanya Jason ingin melakukan penyiksaan, maka dari itu dia tidak membunuh Luna dan Elang, karena dia ingin membuat Elang dan Luna memohon untuk mati, seperti musuh yang telah menjebaknya itu.

Apalagi setelah membuat istrinya pergi dari rumah, hal itu membuat Jason bertambah murka.

"Jika kau mau aku kembali bersama Bianca maka bantu aku untuk membunuhnya."

Adrian langsung menatap Jason, membunuh orang? Dia tidak pernah melakukan itu karena tidak mau mengotori tangannya, dan juga dia tidak mau tangan yang selalu memegang Aksa adalah bekas dari membunuh seseorang, maka dari itu dia tidak membunuh Elang dan Luna, tapi memberikan perintah pada yang lain untuk melakukannya.

"Tidak!"

"Harus! Kau tidak mau Aksa memiliki orang tua yang bercerai kan? Itu syarat mommy mu, jika kau bersedia maka kau harus melakukan itu, demi Aksa."

Jason menyeringai, dia bisa melihat tatapan Adrian seakan tidak mau menolak, di tahu itu karena Adrian sangat menyayangi Aksa, lagi pula ini keuntungan untuk dirinya, jika Elang dan Luna tiada mereka akan menjadi keluarga yang bahagia kembali bukan?

Adrian pergi dari sana tanpa sepatah katapun, dia akan memikirkannya nanti.

Flashback off

Adrian memukul setir mobilnya, "kenapa dia seperti bayi!"Adrian tidak tega, wajah Elang mengingatkannya seperti melihat Aksa, adiknya, dia menjadi tidak tega  membunuh bayi mungil itu.

"Apa yang terjadi pada diriku?"

Jujur saja Adrian ingin mengendong bayi mungil itu dan membaringkannya diatas dada, menepuk pelan punggung anak itu supaya tertidur dan wajah yang sangat imut itu ingin dia cium berkali-kali.

"Sial!"

* * *

Ken menatap Elang yang masih tertidur dia mengendong Elang perlahan dan membawanya kedekapannya, barulah dia berbaring disamping Nathan.

"Maafkan daddy..."Suara Ken bergetar, andai  sedikit saja dia terlambat maka... membayangkan saja dia tidak sanggup, dia menatap anak-anak yang lain, bagaimana jika pria tadi juga melukai Nathan dan Zoya, bahkan Luna yang berada di dekapan Zoya.

Ken mengecup pelan kepala Elang, menepuk pelan punggung sempit itu, kemarahan tercetak jelas dibalik kacamatanya.

Elang sepertinya merasa tidak nyaman, kadang dia bergerak kekiri dan kekanan, Ken yang melihat itu segera menyamakan posisi Elang agar bayinya itu lebih nyaman.

Melihat dimeja, disana ada banyak pacifier yang memang disiapkan oleh Max, dia mengambilnya satu dan memasukkannya dalam mulut mungil itu, awalnya Elang mengerutkan keningnya tapi lama kelamaan dia menikmatinya, makanan dia lebih tenang sekarang.

Ken gemas, dia mengecup pipi gembul itu, sepertinya dia tidak akan tidur, dia akan menjaga bayi dan anak-anaknya hingga mereka bangun.

Vote →comment→ follow

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang