Wajah yang penuh luka lebam itu semakin tampak buruk karena mendengar laporan dari bawahannya.
"Tidak becus! Kenapa tidak bisa menangkap hama satu itu!"
Jason, pria itu sungguh sangat marah ketika mendengar bawahannya tidak bisa menangkap Elang.
"Bodoh! Menangkap anak itu saja kalian tidak bisa ingin mati!"
Kesal sudah Jason saat ini, anak itu membuat ia terluka dan menghinanya.
"Benar-benar tidak berguna! Sebelum istriku kembali kerumah ini maka aku tidak akan pernah membiarkan mereka pergi dengan begitu mudah!"
"Cari!"
Para bodyguard yang mendengar itu segera pergi dengan tergesa-gesa, takut akan tuan mereka bertambah marah.
* * *
Hari begitu dingin dan masih gelap karena memang matahari belum muncul.
Laki-laki yang tengah mengendong seseorang dibelakangnya berjalan melewati jalan raya yang begitu sepi.
Elang, pemuda itu sedikit meringis saat dia berjalan, karena tidak memakai alas kaki, kakinya sudah membengkak dan ada darah segar hingga kering disana. Dibelakangnya Luna tengah tertidur dengan nyenyak.
Sebenarnya Elang ingin menunggu sampai pagi hari tapi melihat kondisi Luna yang kedinginan ia tidak ada jalan lain.
Elang melihat ada sebuah tempat makan ditepi jalan, sepertinya orang itu memang jualan dini hari, 'bubur' itu tulisan disana.
Mata Elang berbinar, ia mempercepat jalannya agar sampai ke tempat makan itu.
Ia mendudukkan Luna terlebih dahulu dan meletakkan kepala Luna dimeja makan kayu itu dengan hati-hati.
Ia berjalan mendekat kearah pemilik yang memandangnya aneh.
"Pak satu ya, sama teh hangatnya juga."
"Maaf ya saya tidak maksud menyinggung, ini masih pagi dan saya masih belum buka dasar, jadi kalau mau gratis tidak bisa kasih."Ujar bapak penjual itu.
Dengan cepat Elang menggeleng,"nggak pak gua bayar, ini uangnya."Elang mengeluarkan uang seratus ribu dari sakunya.
Bapak itu melirik sebentar dan setelah itu menerimanya, siapa yang menolak uang walaupun dalam pikirannya uang itu adalah hasil yang bukan-bukan, setelahnya ia memberikan kembalian, segera ia menyiapkan apa yang diminta Elang.
"Nggak ada waktu buat gua marah, ibu sekarang lagi laper, bisa aja gua tonjok tu muka!"Itu isi pikiran Elang.
Elang berjalan mendekati ibunya kembali.
Dari mana Elang mendapatkan uang? Sebenarnya setelah ia memberi balasan pada Jason, ia melihat dompet Jason terjatuh dan mengambilnya, tidak ada banyak didalam dompet itu, hanya ada uang tunai sekitar dua juta.
"Orang kaya masa nggak ada duit!"Itu yang dipikirkan Elang, bahkan kartu saja didalamnya tidak ada, aneh sekali.
"Ibu..."Elang menggoyangkan pelan tubuh Luna, setelah beberapa saat akhirnya Luna terbangun, ia ingin menggosokkan matanya tapi ditahan oleh Elang.
"Lalang..."
"Iya ibu minum dulu ya."Elang memberikan teh hangat yang baru saja tiba bersama bubur itu.
"Em? Kok kita bisa ada disini?"
"Ibu minum dulu."Elang menyodorkan teh hangat itu ke Luna.
"Enak! Lalang bisa sulap ya? Tadikan kita nggak ada di sini?"
Elang hanya tersenyum tipis, ia mengangguk pelan.
"Wah! Hebat! Lalangnya Lulun hebat!"Luna bertepuk tangan,"nanti Lulun pengen liat sulap yang lain ya?"
"Iya sekarang ibu makan ya."
"Iya! Tapi janji nanti sulap ya?"
Hanya anggukan yang Elang berikan, ia meniup bubur itu sebentar dan menyuapi Luna.
"Enak! Ada ayamnya! Lalang kenapa nggak makan? Makan bareng Lulun!"Luna berbicara dengan mulut yang penuh, tapi segera Elang hentikan.
"Ibu makan sampe habis dulu, nanti tersedak, Lang udah makan bu, baru aja selesai makan, kenyang banget jadi ibu makan lagi ya."
"Em? Kapan Lalang makannya? Kok Lulun nggak liat? Lalang bohong ya! Ini makan."Luna mengambil sendok dan ingin menyuapi Elang tapi kembali Elang mengambilnya.
"Udah kok bu, tadi pas ibu tidur Lalang udah makan, masa udah makan harus makan lagi, nanti kekenyangan, ibu makan lagi ya."
Luna menatap perut Elang dan menyentuhnya,"tapi kenapa nggak besar?"
"Em itu... ibu makan aja ya, nggak baik makan sambil ngomong."Elang kembali menyuapi Luna dan diterima olehnya.
Luna mengiyakan saja, setelah itu makan dengan senang, dia lapar sekali hingga cacingnya dari tadi berbunyi.
Bubur itu habis, Elang bisa melihat jika Luna masih lapar, ia segera beranjak dan memesan sekali lagi.
Elang sebenarnya lapar, tapi... dia harus berhemat, uang ini ia setidaknya cukup untuk mencari kontrakan terdekat, tidak mungkin dia hanya hidup dijalanan bersama Luna.
Memikirkan itu saja ia tidak sanggup, tidak sanggup jika harus melihat Luna kedinginan, mereka butuh tempat tinggal.
"Nggak mau, Lalang juga makan lagi aaa..."Luna memaksa menyuapi Elang kembali, dia tidak mau makan sendiri.
"Tapi Lang kenyang bu..."
"Tapi Lulun nggak mau makan sendiri! Pokoknya Lalang harus makan sama Lulun! Kalo nggak mau Lulun marah."Luna memanyunkan bibirnya dan meletakkan tangannya didadanya, ia menatap Elang dengan delikan tajam.
Bukan seram tapi lebih terasa lucu bagi Elang, akhirnya ia makan bubur itu dengan terpaksa dan lebih banyak menyuapi Luna.
"Pak disekitar sini ada kos-kosan?"
Mungkin bapak penjual itu tahu sesuatu, dia mungkin tahu seluk beluk dari tempat ini, hal itu membuat Elang berpikir untuk bertanya saja, dari pada harus nantinya capek-capek mencari kesana-kemari.
Lagi, lirikan seperti merendah Elang dapatkan, "ada di persimpangan gang didepan sana."
Elang marah melihat tatapan itu, maksudnya apa? Ia ingin menghajar tapi ibunya memegang tangannya seketika.
"Lalang kos-kosan itu apa?"
Elang menghela nafas sebentar, sepertinya tidak ada gunanya mencari masalah dengan orang didepannya ini, ibunya lebih penting.
"Tempat tinggal bu, ibu udah selesai minumnya?"
"Udah! Liat perut Lulun besar!"Luna menunjuk perutnya , sepertinya ia sangat kenyang sekarang.
"Ya udah kalo gitu kita pergi ya bu, naik kebelakang."Elang berbalik merendahkan tubuhnya.
"Nggak mau! Nanti Lalang capek! Lulun jalan aja, nggak mau digendong!"
"Nggak capek kok bu, nanti ibu capek kalo jalan, gendong aja ya, kalo ini nggak mau Lang marah."Elang sedikit memelototi ibunya membuat Luna menggeleng cepat.
Tidak! Elang tidak boleh marah kepadanya, Luna tidak bisa jika Elang marah padanya.
"Jangan marah..."Lihatlah sekarang ia memeluk Elang dengan matanya yang berkaca-kaca, takut jika Elang akan meninggalkannya.
"Nggak bu, maafin Lang ya, Lang nggak akan marah kalo ibu nurut sama Elang."Elang memeluk Luna, dia salah, kenapa dia malah berbicara seperti itu, seharusnya dia tidak menakuti Luna.
"Ya udah kalo gitu ibu naik ya, ibu ngantuk kan? Kalo ngantuk tidur aja nggak apa-apa."
"Iya."Tidak mau melihat Elang marah kembali, Luna segera naik ke gendongan Elang, ia menyandarkan dirinya pada ceruk leher Elang, hangat, membuat matanya mengantuk, menutup mata dan membiarkan Elang berjalan dengan mengendongnya.
"Harus kuat demi ibu..."
Vote→comment→ follow
Lagi?
![](https://img.wattpad.com/cover/368637111-288-k826238.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI
Teen Fiction{SEASON 2 DARI LANGIT!} Not BL/BXB Update sesuai mood🙂 Dikehidupan pertamanya mempunyai kakak seorang lesbian membuat Lang harus menderita karena ulahnya, pernah mengalami buta dan ingin mati saja adalah keinginannya, tapi sayang keinginannya harus...