Kembali-59

2.1K 327 49
                                    

Gio, Nathan, Zoya dan Zain sekarang sedang menuju keruangan Luna, mereka baru saja sampai.

Zoya dan Zain sudah sembuh  sekarang, walaupun mungkin tubuh mereka terasa sedikit nyeri tapi itu bukanlah seberapa seperti kemarin.

"Pelan-pelan Nathan." Gio menjaga Nathan dari belakang, Zain samping kiri dan Zoya samping kanan, betapa senangnya mereka melihat Nathan sudah bisa beberapa langkah, itu adalah hal yang baik, Nathan juga semakin semangat dalam berjalan, ia tidak dibantu dengan alat.

Tiga langkah sekali dia akan berhenti karena kakinya juga sudah tidak kuat.

"Sudah jangan dipaksa." Gio tidak tega melihat Nathan yang berkeringat dingin seperti itu.

"Nggak mau abang, Nathan mau ke ruangan Lulun dengan usaha Nathan sendiri!" Ia sudah berusaha keras dari tadi, ia tidak mau para abangnya menggagalkan usahanya.

"Ayo semangat! Ayo semangat! Nathan bisa! Nathan bisa! Adik aku bisa! Ayo Nathan!" Zoya menyemangati Nathan, ia sangat antusias melihat Nathan yang bisa berjalan sekarang.

Zain juga tidak kalah panik saat Nathan akan terjatuh, jadi ia dengan sigap menangkap Nathan walaupun Gio selalu mendahuluinya."Hati-hati, sudah jangan di paksa." Zain meringis sendiri melihat Nathan yang seperti itu.

"Nggak mau abang! Nathan mau jalan sampe ruangan Lulun!"Mutlaknya.

Gio mengusap rambut Zain pelan, ia menggeleng saat Zain melihatnya, "Biarkan Zain, kita jaga dari belakang saja." Gio tidak mau jika keantusiasan Nathan dalam benar berjalan nanti akan sia-sia karena mereka menghalanginya.

"Abang!"

Gio merasa ada yang memeluknya dari belakang dengan erat, ia menoleh kebelakang, mendapati jika ada Aksa yang ada dibelakangnya.

Gio berusaha melepaskan pelukan Aksa, tapi Aksa memeluknya dengan erat pula.

Baik Zain, Zoya dan Nathan menatap Gio tajam, bahkan mereka memelototi Gio.

Gio panik dengan itu, ini bukan maunya, Aksa yang memeluknya terlebih dahulu, bahkan Ia tidak tahu jika Aksa akan memeluknya seperti ini.

"Huh! Ayo adek, kita pergi aja! Bang Gio bukan abang kita lagi!" Ucap Zoya sambil memukul tangan Gio.

Gio menggeleng, jangan lagi, adiknya susah untuk dibujuk, jangan sampai mereka merajuk dan marah dengannya.

"Ayo Nathan, kita pergi, biarkan adik dan abang ini melepas rindu."Sinis Zain, dia mengendong Nathan dan mengajak Zoya pergi dari sana.

"Zain, Zoya, Nathan! Dengar aku dulu, Zain!"

Mereka lebih dulu pergi, Aksa masih memeluknya dengan erat, dengan kasar Gio melepaskan Aksa.

"Aksa! Kenapa kau melakukan ini!" Gio tidak suka dengan sikap Aksa yang semena-mena, lihatlah sekarang adiknya kembali marah, bagaimana dia akan membujuknya.

Aksa menangis, ia kembali memeluk Gio, "Abang jangan tinggalin Aksa ... Aksa takut ... nggak ada yang peduli lagi sama Aksa ... abang ... Aksa rindu ..."Aksa menangis histeris, tidak ada lagi orang yang berada disisinya.

Ibunya, ayahnya dan abangnya juga tidak lagi peduli dengannya, Adrian tidak lagi menampakkan wajahnya, Aksa takut sendirian, dia ingin bersama Gio.

Inilah ketakutannya terbesarnya, dan benar terjadi, mereka meninggalkannya sendiri.

"Lepas Aksa! Aku tidak mau berurusan denganmu lagi!" Pelukan erat yang diberikan oleh Aksa harus Gio singkirkan.

"Abang .... Aksa mohon ... Aksa nggak ada ... Aksa ..."Aksa terbatuk-batuk, ia sesegukan sekarang, abangnya Gio juga ingin meninggalkan dirinya, padahal hanya Gio dan Adrian yang peduli dengannya, sekarang semuanya sudah hilang, mereka entah pergi kemana.

"Abang jangan tinggalin Aksa ..."

Gio melepaskan Aksa, ia menggeleng, "Kau sudah keterlaluan Aksa, kau pantas mendapatkan itu semua." Gio berlari meninggalkan Aksa, ia lebih khawatir dengan adiknya sekarang.

Aksa ingin mengejar, tapi dirinya lebih dulu terjatuh, kepalanya berdenyut sakit.

"Abang ..."

Hati Aksa sakit, semua orang meninggalkan dirinya, dia sendiri sekarang, kenapa orang-orang begitu jahat, bolehkah dia egois, dari kecil hingga sekarang ia tidak pernah merasakan ketulusan dari ibu dan ayahnya, hanya ada Adrian yang menemani dirinya, mengenal Gio membuat Aksa bertambah senang karena memikirkan jika dirinya akan disayangi lebih, Aksa memang haus akan kasih sayang, dia mengakui itu, ketakutan terbesarnya adalah ditinggalkan oleh orang-orang yang ia sayangi seperti sekarang.

Adrian juga meninggalkan dirinya entah kemana, Aksa ketakutan setengah mati, ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang.

"Mommy ... daddy ... Aksa mau kalian ... Aksa mau Abang Adrian, Aksa juga mau seperti Elang yang di sayang semua orang ..."

Aksa menangis histeris, perawat yang memang lewat menghentikan Aksa tapi Aksa tidak peduli.

"Kenapa Aksa nggak bisa bahagia seperti yang lain ... Aksa mau keluarga yang utuh aja ... Aksa cuma mau itu, Aksa nggak mau kalian bercerai, Aksa juga nggak mau kalian ninggalin Aksa ... abang jangan tinggalin Aksa ... Aksa takut ..."

Orang yang tidak jauh dari sana melihat Aksa menangis, ia hanya tersenyum penuh arti, "Ini belum seberapa, apa yang kalian lakukan pada dia itu lebih buruk, bahkan kalian melupakan dia."

Voted→comment →follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang