Kembali-45

2K 336 58
                                    

Elang mengepalkan tangannya, dadanya memburu dan sesak, ia meletakkan Luna di atas tanah dengan hati-hati.

"Bajingan! Elo bajingan! Sini lawan gua! Kenapa elo nyakitin ibu gua bangsat!"

Elang memukul Jason berkali-kali, ia tidak membiarkan Jason bergerak sedikitpun.

"Apasalah ibu gua! Kenapa elo nyakitin ibu gua!" Elang meraung, dia tidak bisa tenang saat melihat luka di sekujur tubuh Luna.

Kenapa Jason sebajingan itu, padahal Luna tidak mengerti apapun, kenapa bisa Jason setega itu. Itulah yang ia tidak habis pikir.

Jason mencekik Elang dan membanting tubuhnya, ia menampar Elang dengan keras.

"Kau lah bajingannya disini! Jika bukan karena kau! Aku tidak mungkin seperti ini! Hidupku tidak akan sehancur ini bodoh! Argg!"Jason memegang kepalanya, ia menggeleng, merasakan kepalanya berkunang-kunang di tendang oleh Ken.

"Berani sekali kau menyakiti Elang!" Ken menendang wajah Jason berkali-kali, hatinya sakit melihat Jason melukai Elang.

"Elang ..." Max membantu Elang berdiri, ia bisa melihat jika Elang sedikit terengah-engah karena kekurangan oksigen saat Jason mencekiknya.

"Jason sialan!" Max juga ingin menghajar Jason, tapi dia juga melihat Luna yang terkapar di tanah, "Luna lebih penting."

Elang yang juga akan menghajar Jason tidak dibiarkan oleh Max.

"Lepas! Gua mau bunuh dia!"

"Diam! Dengarkan aku! Kita antar dulu Luna kerumah sakit! Biarkan Daddy mengurus dia! Luna lebih penting!"Max mengguncangkan bahu Elang, ia berteriak didepan wajah Elang, walaupun kemarahan Elang ingin membunuh Jason, ia akan mengabulkannya tapi tidak sekarang, keadaan Luna lebih penting.

Elang yang lepas dari kendali langsung tersadar, ia melihat Luna yang bersimbah darah di tanah, dengan segera ia ingin mengangkat Luna.

"Ibu ... Ibu bertahan, maafin Lang yang egois, ibu tahan bentar ... pasti sakit ..." Elang mencoba menggendong Luna tapi Max lebih dulu mengambil Luna.

"Ayo kita kerumah sakit!"

Elang mengejar Max menuju mobil, ia berjalan tidak lurus, kadang ia hendak terjatuh karena tubuhnya mengigil ketakutan.

Luna diletakkan di kursi belakang, dia dipangku oleh Elang.

Tangan Elang seperti mati rasa, ia tidak bisa melihat Luna dalam kondisi seperti ini, tidak berdaya dan terluka.

"Ibu ... Maafin Elang ..." Elang tidak bisa tidak berhenti menangis, ia terbatuk-batuk tersedak ludah sendiri.

Melihat tangan yang memegang boneka kepala Lupi, boneka itu tidak berwujud lagi, bahkan bentuknya seperti boneka yang dirasuki oleh hantu.

"La-lang ..."

"Iya bu, diem ya, bantar lagi kita nyampe! Cepetan bawa mobilnya!"Elang berteriak dengan marah pada Max, ia merasa bahwa detik demi detik yang ia lalui sekarang sangat amat lama.

Max menginjak pedal gas hingga terakhir, ia juga takut akan terjadi sesuatu pada Luna. Apalagi luka Luna sangat parah.

"Sa-kit"

Elang tidak bisa berkata-kata, dia menepuk dadanya sesak," Elang bego! Elang bodoh! Kenapa elo nggak bantuin gua! Kenapa elo nggak bantuin nolong ibu! Elo kemana! Liat ibu kek gini! Ini semua salah elo! Elang sialan! Elang!"Elang menangis, dadanya bertambah sesak, nafasnya seperti tidak teratur, bahkan wajahnya sangat pucat.

"Ini juga salah gua! Gua nggak jagain ibu, maafin Elang bu ..."

Pandangan Elang mengabur, ia menatap ibunya dengan sayu dan lama-kelamaan ia tidak sadarkan diri.

Max yang tidak mendengar jeritan Elang melihat di kaca spion, "Elang! Baby! Elang kau kenapa! Sial!"Max bertambah melajukan mobilnya, pasti Elang kelelahan,  dia berlari sangat jauh, dan setelah beberapa jam baru Ken dan Max bisa menemukan Elang, itupun mereka harus membujuk Elang terlebih dahulu agar bisa mencari Jason bersama-sama.

Sampai di rumah sakit, segera Max membuka pintu dan mengendong Elang.

"Bang! Elang kenapa!"Zain panik saat melihat Max menggendong Elang yang pingsan, apalagi pakaian Elang berlumuran darah.

"Bawa Luna!"

Zain mengangguk, ia telah dihubungi oleh Max, hanya dia sendiri yang kerumah sakit, bahkan mereka tidak memberitahu Nathan dan Zoya takut akan mereka menyusul ke rumah sakit, pasti mereka sangat histeris nantinya.

"Astaga!"Mata Zain membulat saat kondisi Luna, kenapa Luna bisa seperti ini.

"Cepat Zain!"

Segera Zain mengendong Luna, ia dibantu para petugas medis yang sudah di panggil oleh Max.

Dikediaman Ken, Gio yang telah melihat pesan diberikan Max sedikit panik dengan itu, ia sempat menelpon Max tapi hanya berbicara sebentar dan setelah itu tidak tahu lagi kondisi saat ini, ia ingin menyusul tapi dia tidak bisa, Zoya masih dalam keadaan lemas dan Nathan, ia takut akan Nathan histeris saat melihat Luna nantinya, apalagi Max mengatakan jika Luna terluka.

"Abang Gio! Lulun udah ketemu kan! Lulun ada dimana! "

Gio berbalik, ia bisa melihat Nathan datang dengan kursi rodanya, disebelahnya ada Zoya yang berjalan dengan lemas.

"Astaga Zoya, kau masih belum pulih, kita istirahat sekarang."Gio ingin menggendong Zoya tapi Zoya malah menghindar.

"Nggak mau! Lulun udah ketemu kan bang! Elang juga udah ketemu, bang mau ke mereka."Zoya menggoyangkan tangan Gio.

Nathan juga melakukan hal yang sama, ia merengek meminta dipertemukan dengan Luna dan Elang.

"Zoya dengarkan abang, kau masih belum pulih, kita akan kesana jika kau sudah pulih, kita ..."

"Abang! Zoya mau ketemu sama Lulun!"Teriak Zoya dengan keras, ia menangis, dia sangat khawatir sekarang.

Gio yang diteriaki Zoya terdiam, ia terkejut tapi setelah itu ia menghela nafas."Baiklah tapi kau harus terus di dekatku."Gio mengendong Zoya ala koala, ia mendorong kursi roda Nathan.

"Siapkan mobil, kita akan kerumah sakit."

Bawahan Ken segera menerima perintah itu, mereka tidak akan menunda lebih lama, setengah dari mereka sudah mulai sadar dan membaik sedangkan yang lain masih belum pulih, semoga saja setelah Gio pergi tidak ada terjadi apapun, ia takut Zoya dan Nathan dalam bahaya, musuh mereka tidak hanya Jason sekarang.

Zoya dan Nathan tidak berhenti menyuruh Gio mempercepat jalannya mobil, Gio memang mendegarkan tapi ia tetap akan hati-hati, dua harta berharganya juga harus dijaga.

Sampai dirumah sakit, tanpa banyak kata Zoya berlari meninggalkan mobil.

"Zoya!"Gio menggendong Nathan, ia segera menyusul Zoya.

"Abang! Gimana kondisi Lulun!"Max memeluk Zoya yang berlari, wajahnya terlihat pucat, ia memandang Gio dengan tajam, sudah dikatakan agar menjaga Zoya dan Nathan dirumah kenapa Gio tidak mendengarkannya.

Gio yang menerima tatapan itu hanya menunduk, ia mengumamkan kata maaf, ia juga tidak berdaya.

"Daddy ..."Nathan merentangkan tangannya pada Ken, ia memegang wajah Ken, "Daddy adek sama Lulun gimana?"

Ken menghapus jejak air mata di pipi Nathan, "Mereka sedang diperiksa dokter, tunggu sebentar."

Sedangkan King, dia yang tadinya ingin menyusul Elang dan tidak mendapati kemana Elang pergi segera menuju rumahnya, satu yang ia tahu pasti ini ada sangkut paut istrinya.

"Sudah aku katakan aku tidak tahu! Kenapa kau menyiksa ku begini King!" Violet berteriak dengan marah, suaminya ini kenapa begitu kasar.

King mengambil ponselnya yang terus berdering, melihat pesan dari Zain, ia langsung melepaskan Violetta, tanpa memperdulikan sang empu, ia berlari secepat kilat.

"Cih! Sialan! Awas saja jika Jason gagal melukai anak haram dan jalang itu!"


Vote →comment→ follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang