Kembali-71

1.7K 311 40
                                    

Ken tidak ingin Elang terus berlutut, ia mendirikan Elang dan memeluknya, berhari-hari sudah ia tidak bertemu dengan anaknya ini.

"Adek ... adek kenapa pergi? Adek nggak sayang sama kita?" Nathan ikut memeluk Elang.

"Adek jangan pergi lagi ... kita nggak bisa kalo nggak ada adek ... kangen Lang sama Lulun ..."Zoya juga melakukan hal yang sama, ketika melihat Elang di tengah taman dan kehujanan mereka menyusul dan berlari sekencang mungkin.

"Kita berteduh dulu, kalian akan sakit jika kehujanan seperti ini!"Max membawa Nathan dalam gendongannya.

Ken juga melakukan hal yang sama, ia menggendong Elang.

Zain juga memegang tangan Zoya untuk pergi ke tempat yang lebih teduh.

"Elang, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa berada di rumah sakit begini? Dan kenapa kau berada di luar di tengah hujan seperti ini?"Max melepaskan jaketnya, ia memasangkan jaket itu pada Elang agar adiknya itu tidak kedinginan.

Sudah lama ia merindukan Elang, pelukan erat ia berikan pada Elang, kenapa adiknya itu juga sulit untuk di temukan.

"Adek Lulun mana? Dia mana?"Zoya memegang tangan Elang, ia juga merindukan Luna.

"Iya, Lulun mana? Kami rindu Lulun ..."Nathan terbatuk-batuk, ia masih demam, tapi karena Ken memberitahu keberadaan Elang, dengan semangat dia ingin ikut, seolah demamnya sudah sembuh.

Begitu juga dengan Zoya dan Zain, mereka kehujanan seperti ini, pasti nantinya akan bertambah sakit, tapi mereka tidak peduli dengan itu, Elang lebih penting.

"Elang, kenapa diam saja? Apa terjadi sesuatu padamu?"Zain merasakan ada yang tidak beres saat ini, dari Elang yang menangis di tengah hujan, dan Luna yang tidak ada bersamanya, bertambah keberadaan Elang yang berada di rumah sakit, apa ini ada sangkut pautnya dengan Luna?

Ken juga tidak mengerti apa yang Elang ucapkan tadi, meminjam uang? Untuk apa Elang meminjam uang.

"Elang, katakan apa yang terjadi?"

Elang menyeka air matanya dan memegang tangan Ken dengan gemetar, "Gua mau elo pinjemin gua duit, gua mohon bantu gua kali ini aja, gua akan lakuin semua yang elo mau, tapi bantu gua buat sembuhin ibu ..."

"Lulun kenapa?"

"Ada apa dengan Luna?"

"Apa yang terjadi dengan Luna?"

"Lulun kenapa adek?"

"Apa yang terjadi?"

Rentetan pertanyaan itu datang dari mereka satu persatu, menyembuhkan Luna? Apa yang terjadi dengan Luna sehingga Elang berbicara seperti itu.

"Ibu kena kanker otak stadium ... stadium akhir ... gua mohon Ken, sembuhin ibu gua, gua akan nurutin semua yang elo mau, elo mau nyuruh gua nggak pake elo gua lagi gua mau ... elo mau cium gua setiap hari gua juga mau ... elo nyuruh kerja juga mau, apapun itu tapi tolong bantu ibu ..."

Zoya dan Nathan menutup mulut mereka tak percaya, jangankan keduanya, baik Ken, Max dan Zain sungguh terkejut mendengar itu, Luna terkena kanker otak? Kapan itu! Kenapa mereka tidak mengetahuinya?

"Lulun ...."

"Lulun kenapa sakit ..."

"Lalang mana Lulun! Mana Lulun! Lalang bohong kan! Lang bohong! Nggak mungkin Lulun sakit! Lulun sehat kok! Kemarin kita masih makan es krim sama-sama kan! Lulun sehat kan! Lang bohong!"Zoya mengurangkan bahu Elang, Elang pasti berbohong! Iya pasti begitu, Luna tidak mungkin sakit kanker, Luna sehat-sehat saja, Luna'nya  tidak mungkin menderita sakit seperti itu, apalagi kanker otak stadium akhir!

Nathan tidak tahu apa itu kanker stadium akhir, tapi bukankah itu sangat berbahaya, tidak mungkin, Luna masih sehat saja waktu mereka berada di rumah sakit, Luna baik-baik saja! Elang pasti sedang berpura-pura sekarang, Elang pasti menipunya saat ini, pasti begitu!

Zain juga tidak menyangka, ini begitu mengejutkan, dari Elang yang tiba-tiba saja hilang dan pergi masih menghantuinya dan sekarang! Fakta apa lagi yang mereka dengar, Luna sakit? Tidak mungkin!"Lang, katakan ini hanya tipuanmu saja?"

Ken dan Max terdiam, kenapa mereka tidak tahu mengenai ini!

"Elang!" King baru saja tiba langsung memeluk Elang, dia menggunakan mobil yang lain untuk menyusul kesini, dan karena hujan, jalanan menjadi macet, maka dari itu ia terlambat. "Baby ... akhirnya aku menemukanmu."King mengecup pipi Elang, cucunya yang paling ia rindukan, "Ada apa? Ada apa dengan kalian? Kenapa menangis seperti ini?"Herannya, melihat Zoya dan Nathan serta Zain yang sepertinya begitu menyedihkan.

"Opa ... Lulun sakit ... opa bilang sama Elang kejutannya udah aja, kita udah sedih kok, opa bilangin ke Elang kalo ini bohong ..."Nathan memegang tangan King, ia tidak sanggup mendengar itu, kenyataan yang tidak mereka harapkan.

"Sakit? Elang apa yang terjadi? Apa maksud dari Nathan?"Ada apa ini? Kenapa semuanya terdengar aneh, King tidak mengerti.

Elang menatap mereka dengan lelah, dia juga ingin ini hanya sebuah mimpi, mimpi buruk yang pernah hadir di hidupnya, mimpi yang tidak pernah ia harapkan, tapi berulang kali ia membuka mata, hanya kenyataan pahit yang ia terima, ini bukan mimpi, ini bukanlah suatu bunga tidur, ini lah kenyataannya, Luna memang sakit saat ini.

"Gua juga mau itu!"Suara Elang terdengar serak, "Gua mau ini semua mimpi! Tolong bangunin gua please ... bangunin gua ..."

Elang limbung, tubuhnya di tangkap oleh Ken. "Tolong ibu gua ... gua mohon ..."

Mereka menyeka air mata mereka, Elang begitu rapuh sekarang, Luna begitu berharga bagi Elang, kenapa cobaan ini datang bertubi-tubi, bayi mereka yang mereka tahu betapa kuatnya sekarang rapuh, seperti ranting kering yang mudah dipatahkan.

"Aku akan membantumu Elang, walaupun kau tidak memohon sekalipun aku tetap akan membantumu, karena kau anakku dan keluargaku, jangan pernah memohon padaku begini, aku pastikan akan melakukan apapun demi Luna, janjiku ..."Hati Ken terasa sakit, rasanya ingin sekali mengambukan permintaan Elang membuat Luna sembuh kembali, tapi dia bukan tuhan, meskipun begitu, Ken bersumpah akan membantu Luna untuk menyembuhkan penyakitnya, karena Luna juga bagian dari keluarganya, cinta anak-anaknya.

Vote→Comment→Follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang