Kembali-53

2.1K 379 96
                                    

Zoya ingin memukul Adrian dengan vas bunga tapi ia merasa rambutnya ditarik dari belakang, rasanya begitu sakit, seperti rambutnya akan terlepas dari akarnya.

"Kau! Dasar tidak berguna! Kenapa kalian membela anak jalang itu! Padahal Aksa itu saudara kalian juga! Kenapa kau melakukan itu Zoya!"

"Oma! Jangan sakitin kakak! Lepasin! Daddy!" Nathan merangkak mengunakan tangannya, kakinya sama sekali tidak bisa diajak kerja sama, mendekati Violetta dengan susah payah, jaraknya dari v

Violetta sungguh murka melihat Aksa yang dirawat begitu parahnya, bahkan luka yang diberikan King belum sembuh dan ditambah dengan ini.

Nathan yang ingin mendekat malah ditendang oleh Violetta, "Jangan ikut campur cacat! Kau sudah cacat malah membela dia, apa gunanya untukmu!" Sergahnya.

Nathan memegang dadanya yang sakit karena tendangan Violetta, tapi hatinya lebih sakit dari tendangan itu sendiri, baru pertama kali ini ia mendegar hinaan langsung dari mulut omanya, benar bukan dia cacat, kenapa daddynya mengatakan dia tidak cacat, tapi walaupun begitu dia tetap memukul kaki Violetta agar bisa melepaskan kakaknya.

"Lepasin kakak! Lepasin!"Andai saja dia bisa berjalan, pasti dia akan menendang omanya ini.

Zoya mencoba melepaskan tarikan rambutnya, matanya sudah berkaca-kaca, tarikan omanya ini begitu kuat, bahkan ia merasa rambutnya ingin lepas, tidak hanya itu, lehernya sedikit berbunyi karena ia di paksa mendongak keatas.

"Lepasin! Sakit oma! Lepasin! Oma jahat... arggg..." Satu tamparan lagi Zoya dapatkan dari Violetta, sudut bibirnya sudah berdarah karena terus ditampar oleh Adrian dan omanya ini.

"Diam! Kau mau aku melakukan hal lebih! Cepat Bianca! Kau harus membunuh jalang itu!" Teriak Violetta melihat kearah pintu, disana ada Bianca yang datang dengan jalan yang tertatih-tatih.

Anak-anak Ken yang mendengar itu menatap tidak percaya, Bianca datang dengan pisau di tangannya. Tidak ini bahaya, Bianca akan melukai Luna, mereka tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Mereka mencoba menghalangi Bianca tapi tidak bisa.

"Jangan! "

"Jangan bunuh Lulun!"

"Jan-gan..."

Bianca tidak peduli, ia sakit hati melihat Luna, ia juga sakit melihat Aksa yang terkapar tidak berdaya atas perbuatan anak haram Luna itu, ia akan membalasnya sekarang.

"Kau seharusnya mati saat itu! Aku curiga Jason mencintaimu karena dia tidak pernah membunuh mu hingga sekarang!"

Kemarahan tercetak jelas di mata Bianca, kecurigaan dirinya selama ini bukan tanpa sebab, Jason benar-benar mencintai perempuan yang tidak tahu diri ini, polos tapi munafik, hanya berpura-pura bodoh agar semua orang tertipu dengan sikap dari anak dan ibu ini, mereka semua harus dimusnahkan agar masalah dalam hidupnya tidak ada lagi.

Zain sekuat tenaga melepaskan dirinya dari cekikikan Adrian, bahkan wajahnya sekarang sudah membiru, ia menendang-nendang Adrian dengan sekuat tenaga.

Zoya ingin melakukan hal yang sama tapi Violetta lebih dulu membenturkan kepalanya pada meja yang ujungnya lancip itu.

"Kakak!"

"Sudah aku katakan! Jika kau hanya diam kau tidak akan tersiksa seperti ini Zoya!" Kenapa anak-anak Ken sangat nakal tidak mau mendengarkan dirinya.

Zoya memegang kepalanya yang sakit, matanya berkunang-kunang saat ini, ia merasa dahinya tergores oleh benda yang sangat tajam.

Nathan yang melihat itu berusaha sekuat tenaga untuk berdiri, ia mengesampingkan rasa sakit dikakinya, "Ku mohon, tolong Nathan tuhan ... "Kaki Nathan bergetar, ia berusaha untuk berdiri, dan berhasil, Nathan senang tapi saat melihat Bianca yang mengayunkan benda tajam itu ia panik, tanpa memikirkan apapun ia berlari sekuat tenaga dan menendang Bianca.

"Arrg..."Bianca terjatuh, punggungnya sakit, ia menatap tajam anak Ken yang tidak tahu diri itu.

"Kau!"

Nathan tidak peduli, ia memeluk Luna dan melindungi Luna dari Bianca, "Lulun ... " Andai saja ia terlambat tadi bisa dipastikan jika Luna telah dilukai oleh Bianca.

"Sialan! Adrian!"

"Apa yang kau lakukan dengan cucuku!"

"Bianca!"

"Violetta!"

Anak-anak Ken bisa menghela nafas dengan tenang sekarang, daddy mereka sudah datang, itu artinya mereka bisa tenang, Zain juga tidak dapat lagi menahannya, wajahnya benar-benar membiru karena tidak bisa bernafas, dan jantungnya terasa akan meledak karena Adrian yang tidak mau melepaskannya, matanya memberat, tapi saat itu ia merasa jika cekikikan dilehernya juga terlepas dengan kasar, ia jatuh pingsan dan tergeletak di lantai.

Zoya juga sama, kepalanya sakit, ia merasa ada darah yang mengalir dipipinya, ia merasa di pangku oleh seseorang dan meneriakkan namanya begitu keras, tapi telinganya berdengung sakit  dan setelah itu pandangannya menggelap.

"Zoya! Zoya bangun! Zoya!" Gio mengguncangkan tubuh Zoya tapi tetap saja, Zoya sudah pingsan.

"Zain! Zain!"

Zain juga sama, mereka tidak merespon, wajah Zain tampak pucat dan lehernya ada bekas cekikan.

Vote →comment →follow

Typo? Tandai!

Lagi?

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang