Kembali-54

2.1K 397 65
                                    

Ken mengamuk melihat mereka melukai anak-anaknya, ia menendang Adrian sekuat tenaga dan memukulnya berkali-kali," Kau sialan! Kenapa kau melukai anakku!"

Adrian membalikkan tubuhnya dan ia beringsut mundur, "Seharusnya aku yang bertanya! Kenapa Elang melukai adikku! Dia sudah membuat adikku terluka parah!" Sergahnya dengan penuh emosi.

"Itu karena dia yang lebih dulu memancing Elang! Tapi sekarang kau yang memancingku! Aku tidak akan membiarkanmu hidup!" Ken menghajar Adrian berkali-kali, hatinya sakit saat melihat Zain yang terkapar di lantai begitu juga dengan Zoya, padahal ia tidak pernah menyakiti anaknya sebegitu kejamnya, siapa Adrian, berani sekali menyentuh anaknya.

"Violetta!" King menarik rambut Violetta dan menggeret keluar, ia juga membawa Bianca.

"Lepaskan aku!"

"Tidak akan! Kau keterlaluan! Kenapa kau melukai mereka!" King sungguh emosi, kenapa Violetta tega dengan cucu-cucunya.

"Kenapa kau membela dia! Dia telah menghancurkan rumah tangga anak kita! Gara-gara anak haram itu Aksa juga terluka! Kau tidak lihat cucu kita juga terluka! Kau tidak lihat! Kenapa kau tidak perduli dengan Aksa! Aksa juga cucumu!" Teriak Violetta yang membuat King tidak bisa mengendalikan emosinya.

"Sudah aku katakan jangan ikut campur! Kau benar-benar keterlaluan!" Ia mengambil sesuatu dalam sakunya sebuah pistol, lalu ia mengarahkan dan menembak Violetta.

Dor...

"Aaaaa!"

"Mama!"

Mereka semua menghentikan kegiatan mereka mendegar tembakan itu, tampak dada  Violetta sudah bersimbah dengan darah karena terkena peluru yang dilayangkan oleh King.

Bianca yang tadinya ingin memukul Nathan beralih dan mendekat ke Violetta."Mama!  Kenapa kau menembak dia! Kau mau membunuh   istrimu!"

"Peduli!  Itu belum seberapa! Bawa mereka! Jangan sampai mereka pergi jika tidak aku akan memenggal kalian!" King tidak akan mentolerir kejadian ini, istri, anak, menantu dan cucunya sama-sama gila, tidak beres!

"Lepaskan!" Bianca mencoba memberontak tapi tenaganya tidak sebanding dengan para bodyguard Ken.

Mereka juga membawa Violetta yang masih berteriak kesakitan dan menyumpahi King, "Sia-lan kau King!  Ka-u be-gini karena anak ha-ram! Lepa-skan aku!" Semakin Violetta bergerak maka dadanya juga semakin sakit.

King mengikuti mereka, ia tidak akan membiarkan Adrian serta yang lain kabur dari pengawasannya.

Nathan menutup telinganya dan menangis dengan kencang, ia sangat takut mendegar suara tembakan itu, ia memeluk Luna dengan tubuh yang bergetar.

"Lepaskan aku!" Masih terdengar suara Bianca yang menjerit untuk dilepaskan.

Max mendekati Zain dan mengendongnya ke  sofa, "Mana dokternya! Kenapa kalian masih diam! Cepat selamatkan adikku! Mau aku memenggal kalian!" Marahnya.

Ken juga mendekat Zain, ia melihat putranya yang sudah sangat pucat, "Zain kau tidak apa-apa! Zain!" Bisa Ken rasakan nafas Zain memberat. "Dimana dokternya! Zain bertahan..."

"Zoya, dengar abang?"Gio membawa Zoya ke sofa dan segera keluar, ia menarik dokter yang baru sampai itu segera mendekati adiknya, "Cepat periksa adikku!"

Dokter mendekati Zoya dan Zain, luka Zoya hanya tergores tapi bisa dijahit dengan segera tapi Zain lebih parah, nafasnya lemah karena terlalu lama di cekik.

Dokter  memasang alat CPR pada Zain dengan segera, ia memberikan tekanan pada dada Zain, dokter itu berkeringat dingin saat kondisi Zain belum juga kembali pulih, tatapan mata Max dan Ken terasa hingga membuat punggungnya dingin.

Setelah beberapa saat, nafas Zain kembali normal setelah ia terbatuk-batuk dan matanya sedikit terbuka, segera dokter memberikan oksigen pada Zain.

Ken menyingkirkan dokter itu dan memeluk Zain, ia sungguh takut jika terjadi sesuatu pada Zain, ia benar-benar melihat jika Zain dalam kondisi tidak baik-baik saja. Takut akan anaknya meninggalkan dirinya.

"Zain, kau baik-baik saja?"

Zain membuka matanya dengan pelan, ia mengangguk, dadanya masih sesak tapi tidak tidak separah tadi. "Zoya... Lulun..."

Ken melihat kearah putrinya, ia sudah diberikan perawatan oleh dokter, dan luka di dahinya sudah diobati.

"Sial! Aku akan membalas kalian! Berani sekali kalian melukai anak-anakku!"

Ken mencium kening putrinya, ia menatap dokter itu dengan tajam.

"No-na sudah di obati, tuan. Dan lukanya tidak terlalu parah."

Parah atau tidaknya Ken tetap saja tidak peduli, ia akan membalas mereka beribu kali lipat karena telah melukai anak-anaknya, ibu dan adiknya sudah keterlaluan! Selama ini dia tidak pernah ingin ikut campur urusan keluarganya karena sikap mereka yang tidak pernah dewasa, dan sekarang kenapa keluarganya menjadi sasaran, bukan hanya Elang yang mereka sakiti tapi kali ini sudah merambat pada anak-anaknya, tidak bisa dibiarkan, ia akan memberikan hukuman setimpal bagi mereka, ia bersumpah akan itu.

"Mana ibu gua!"

Elang yang datang, ia sebenarnya baru bangun dari bius yang diberikan oleh Ken, berada didalam mobil dan dijaga ketat oleh penjaga Ken, tapi setelah sadar ia tidak melihat siapapun dan akhirnya ia mendegar jika terjadi keributan diruangan ibunya, tanpa pikir panjang, ia segera pergi menemui ibunya, lagi dan lagi Elang merasa gagal melindungi ibunya.

Ia segera mendekat dan memeluk Luna, meneliti setiap jengkal tubuh Luna apakah ada luka tambahan, setelah benar-benar tidak ada apapun baru Elang lega, ia baru sadar jika terjadi kekacauan saat ini.

"Zoya sama Zain?"

"Mereka sudah baik-baik saja Elang." Ken mengelus kepala Elang, setidaknya dia sudah membereskannya untuk sekarang, ia takut Elang kembali mengamuk saat bertemu dengan Adrian dan keadaannya drop.

Elang mendekati Zain, ia bisa melihat Zain tampak lemah, "Ba-ng, nggak apa-apa?"

Zain tersenyum tipis, adiknya mengkhawatirkan dirinya  rasa sakit pada dirinya seakan hilang dalam sekejap karena Elang berbicara seperti itu.

Elang menunduk, tak dipungkiri jika ia khawatir dengan keadaan Zoya dan Zain, selama ini Zoya dan Zain sudah baik padanya dan Luna, dan sekarang ia terluka juga karena ulahnya, Elang tidak bodoh, ini ulah Adrian, mereka membenci dirinya sebab itu mereka melukai orang terdekatnya.

"Maafin gua ..."

"Apa yang kau bicarakan baby, ini bukan salahmu, ini salah mereka, mereka yang tidak tahu diri." Max segera memeluk Elang, tahu akan adiknya itu merasa bersalah atas kejadian ini.

Ken juga memikirkan hal yang sama, kenapa Elang harus menyalahkan dirinya, ini kesalahan Jason dan keluarganya itu!

"Elang, jangan menyalahkan dirimu, ini bukan salahmu." Gio juga tidak bisa melihat Elang yang langsung bersedih karena kejadian ini.

"Benar ..." Ken ingin menyela tapi ia dikejutkan dengan sebuah tangan yang memegangnya.

"Daddy..." Nathan dengan wajah yang masih memerah karena menangis mencoba menggapai daddynya.

Ken dan lainnya terkejut, apa tadi Nathan melihat jika King menembak Violetta, ini tidak benar, pasti sekarang Nathan tengah ketakutan, kenapa Ken bisa lupa jika Nathan masih belum terbiasa, ini salah King, kenapa dia melakukan itu didepan Nathan.

"Nathan jangan takut ..."

"Nathan  bisa jalan!" Teriak Elang yang membuat semua mata memandang kaki Nathan, benar ternyata Nathan berdiri sekarang.

Vote→ comment→ follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang