Kembali-32

2K 303 13
                                    

Violetta sungguh penasaran sekarang akan keberadaan King, dan setelah menyelidiki, ternyata King berada dikediaman putranya, Ken.

"Untuk apa King berada disana, pasti ada sesuatu."Dia tahu sifat Ken, ketidakpedulian Ken pada keluarganya akan membuat King pergi dari kediamannya sendiri, jadi mustahil jika King akan bertahan lama dikediaman putra mereka.

Violetta mengernyit, dia melihat Adrian baru saja pulang, tumben sekali, biasanya anak itu tidak akan keluar dan pulang pagi karena pasti akan bersama Aksa.

"Darimana Adrian?"

Adrian berhenti sebentar dan kemudian melanjutkan langkah kakinya.

"Tidak sopan!"Semuanya aneh tidak King bahkan sikap Adrian aneh, hanya melengos pergi tanpa berbicara.

Sedangkan Adrian, dia menuju kamarnya, membuka pakaian dan memperlihatkan lengannya yang terkena tembakan Ken.

Dia berdecak pelan sebelum mengeluarkan peluru dari lengannya sendiri. Tidak dalam tapi tetap saja mengeluarkan banyak darah.

"Abang!"Dahi Adrian mengernyit, suara Aksa, dari luar berarti Aksa tidak pergi kesekolah, dia menatap lukanya, harus segera mengobati agar Aksa tidak melihatnya.

Aksa yang berada diluar kamar Adrian menangis, dia tidak mendapati abangnya disisinya saat tidur, jadi dia mencari keseluruh mansion dan saat bertemu dengan omanya, baru dia ketahui jika Adrian baru pulang dan masuk kekamar.

Setelah menunggu beberapa menit, barulah Adrian keluar dari kamarnya, dan Aksa langsung memeluk dirinya.

Adrian menghela nafas sebentar sebelum mengendong Aksa dan membawanya kekamar.

"Kenapa menangis?"Mengusap punggung sempit itu yang bergetar, suara tangisan Aksa sungguh membuat hati Adrian sakit.

"Kenapa baby?"Adrian mengangkat wajah Aksa dan mengecup pelan mata yang sudah sedikit membengkak itu.

"A-ku mimpi... "Aksa sesegukan, "a-bang ditembak..."Tangisan Aksa semakin menjadi,"jangan tinggalin Aksa..."Kembali memeluk Adrian.

Adrian sedikit terdiam mendengar itu, dia memandang lengannya yang tertupi kemeja, memang benar jika dia tertembak, tapi kenapa Aksa juga memimpikan, jika begini sulit untuk menenangkan Aksa.

"Sudah jangan menangis, aku tidak apa-apa."

Aksa tidak berhenti menangis, dia benar-benar takut karena didalam mimpinya jika Adrian meninggalkan dirinya.

Setelah beberapa menit barulah Aksa berhenti menangis, sesekali sesegukan, Adrian memberikan minum ke Aksa yang diterima oleh sang empu.

"Abang mau sama bang Gio..."

Adrian diam, dia memberikan Aksa kesempatan berbicara.

"Aksa rindu bang Gio, dia udah nggak pernah datang lagi temuin Aksa, mau bang Gio abang..."

Bagaimana ini, Adrian mau saja mengantarkan Aksa kerumah Ken, tapi itu mustahil, itu akan membuat Aksa akan bertemu dengan Elang.

"Hubungi dia."

Aksa menggeleng, dia memeluk Adrian kembali,"bang Gio nomernya nggak aktif abang, Aksa udah hubungin."

Begitu juga dengan Gio, Aksa juga sangat senang jika Gio datang kekediamannya, karena Gio adalah abang yang sangat penyayang, jika Adrian datar dan penyayang beda dengan Gio, dia lembut, baik dan tentu saja sangat perhatian.

Tapi beberapa bulan ini dia sudah tidak pernah melihat Gio, bahkan Gio juga tidak datang kekediamannya, itulah yang membuat Aksa sedih, saat Gio senggang pasti dia akan mengatakan jika dia berada di kampus, Aksa menjadi rindu dengan Gio.

"Kita kerumah bang Gio..."

* * *

Kediaman Ken, sekarang seluruh keluarga berada ditaman, mereka bersantai sekarang, jarang sekali berkumpul bersama keluarga diwaktu seperti ini, apa lagi bisa melihat Elang bayi mereka.

Dan yang paling tidak bisa lepas dari penglihatan adalah Luna yang sedang bermain makeup-an bersama Zoya dan Nathan.

Sedangkan Elang dia bermain bulutangkis bersama Zain, terdengar aneh tapi Zain lah yang mengajaknya lebih dulu, Elang sebenarnya tidak mau, tapi dari harus bermain dengan Zoya dan Nathan lebih baik bermain dengan Zain seperti ini, lagi pula ini bisa membuatnya sedikit berolah raga.

"Baby pintar dalam olahraga dari mana baby belajar?"King yang berucap, dia penasaran akan itu, bukannya apa-apa tapi bukankah Elang tidak pernah disekolahkan oleh Jason, dan yang paling penting anak itu bisa apa saja, membaca, menulis dan tahu akan cara menggunakan alat canggih, sepertinya itu bukan hal yang mengejutkan bagi mereka tapi itu adalah hal mengejutkan jika Elang yang mereka tahu adalah anak dari Jason yang tidak pernah diajarkan oleh siapapun, tidak mungkin Luna mengajarkannya bukan jika Luna saja tidak tahu.

Sama halnya dengan King, Ken dan Gio juga memikirkan hal yang sama, itu benar, dari mana bayi mereka mengetahui semua itu.

Max hanya diam, "dia pintar."Hanya itu yang dia katakan, adiknya tidak mungkin sebodoh yang daddy dan adiknya pikirkan.

"Kau benar dia pintar."Ken yakin jika Elang lebih dari apa yang mereka kira, karena Ken bisa melihat itu dari dalam diri Elang yang selama ini selalu bersamanya.

"Yeay adek menang!"Nathan bersorak,  karena dia telah menghitung skor yang dimenangkan oleh Elang, ternyata dia mempunyai adik yang hebat.

"Karena menang harus kasih cium!"Zoya yang tadinya mendandani Luna juga mengalihkan pandangannya pada Elang, memanyunkan bibirnya minta ciuman.

"Yey Lalang menang! Hore!"Walaupun tidak mengerti, luna juga mengikuti saja apa yang diucapkan Nathan dan Zoya.

Zain memeluk Elang, "terima kasih adek, aku senang."

Elang melepaskan pelukannya, walaupun Zain tidak menatapnya sinis tapi tetap saja dia tidak suka, ingat jika Elang tidak suka disentuh oleh siapapun kecuali Luna.

"Iya, ya udah lepasin."

Senyum Zain mengembang, dia dapat pelukan hari ini, berarti bukankah itu sebuah kemajuan?

"Abang Gio!"

Mereka semua serentak melihat kearah siapa yang berteriak keras.

Vote →comment→ follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang