Seminggu berlalu begitu saja, Elang sudah berada di kota lain, ia juga telah mendapatkan pekerjaan, sungguh beruntung, sekarang ia bekerja sebagai waiters di sebuah cafe, kebetulan sekali cafe itu membutuhkan beberapa karyawan untuk beberapa shift dan Elang menerima shift malam, ia akan bekerja setelah menindurkan Luna di malam hari.
Ken dan yang lain? Elang tidak memperdulikan itu, lagi pula ia sudah mencoba melupakan mereka dan yang paling penting, Luna tidak pernah menanyakan keberadaan mereka.
Sekarang mereka tengah bermain di taman, Elang sedang mengayunkan ayunan sekarang, Luna yang memintanya.
Luna senang saat bermain seperti ini, tapi ada satu yang aneh dari Luna, akhir-akhir ini Luna tidak mau makan begitu banyak, nafsu makannya sangat kecil, Elang sudah memberikan apa yang Luna suka, tapi tetap saja ibunya tidak mau.
"Cepat Elang! Dorongnya cepat!" Angin yang mengenai wajahnya begitu menyejukkan, Luna suka dengan itu.
Elang menuruti, tapi hanya sedikit mempercepat sedikit lajunya ayunan itu, ia tidak mau Luna nantinya terjatuh.
Luna tertawa keras, "Lalang tahu ... Lalang juga ajak main Lulun juga semalam!"
Elang menghentikan ayunannya, lagi? Lagi dan lagi ibunya berbicara seperti itu, Elang mengajaknya bermain, ini pasti adalah ulah Elang yang asli.
"Lalang kenapa berhenti? Lagi! Lagi!"
Elang mendekati ibunya dan memegang wajah Luna, entah kenapa akhir-akhir ini wajah Luna terlihat pucat, bahkan bibirnya terlihat sangat kering, ia mengusap keringat Luna dengan tissue.
"Udah siang bu, makan dulu ya." Elang sudah membeli nasi sebelum ke taman ini, jadi sepertinya mereka akan piknik kecil-kecilan bukan?
Luna memanyunkan bibirnya, ia menggeleng," Lulun udah kenyang, kenapa Lalang suruh Lulun makan lagi!"
"Bu, ibu cuma makan dikit aja tadi, sekarang makan ya, Elang suapin."Elang harus ekstra sabar jika begini, Luna terkadang rewel dalam keadaan tidur, kadang dia juga berkeringat dingin dan akhir-akhir ini, Luna berbicara tidak begitu jelas.
"Lalang lapar Luna udah kenyang, lapar Luna enggak lagi tahu!"
Sedikit berbelit-belit, tapi Elang mengerti, "Kalo ini nggak mau makan, Elang juga nggak akan makan." Elang mengikuti gaya Luna berbicara, ia membuang wajahnya.
Luna sedih mendengar itu, ia memeluk Elang dan menepuk tangan"Lulun makan, Lalang makan juga ..."
Akhirnya, Luna luluh juga, Elang membuka bungkusan nasi, hanya satu saja yang Elang beli, dia harus menghemat pengeluaran hingga hari gajian tiba.
Kesukaan Luna, ayam goreng yang begitu menggiurkan, Elang juga membelikan donat coklat untuk Luna.
Elang menyuapi Luna makan, rasanya melihat Luna makan saja ia sangat kenyang.
Luna menggeleng, ia menunjuk bibir Elang, Elang yang mengerti segera menyuapi dirinya sendiri.
Luna juga menunjuk Lupi yang berada di dekapannya, Elang hanya bisa tersenyum, Elang berpura-pura menyuapi Lupi, begitu seterusnya hingga makanan itu habis.
"Lalang lalang!"
"Kenapa bu? Ibu mau apa?"
Luna menunduk dia menunjuk Lupi, "Lupi rindu Zozo sama Nathan ..."
Elang yang membuka air mineral langsung berhenti, ia menatap Luna, baru hari ini Luna berkata seperti itu, bahkan Luna mengatakan jika Lupi yang merindukan mereka, Elang tahu itu bukan Lupi, mana bisa sebuah boneka merasa seperti itu, ini adalah keinginan Luna.
"Ibu ..." Elang tak tahu apa yang harus ia katakan, apa sebuah alasan yang tepat untuk memberi tahu Luna jika mereka tidak akan bisa bertemu lagi dengan Nathan dan Zoya, bahkan bukan mereka saja, mereka juga tidak akan pernah lagi bertemu dengan, Ken, King, Max, dan Zain.
"Ibu ..."
Luna terbatuk-batuk, Elang yang melihat itu segera membuka air dan memberinya pada Luna, "Pelan-pelan bu, kenapa bisa batuk gini."
Luna minum sedikit dan ia langsung muntah, makanan yang baru saja ia makan kembali keluar.
Elang yang melihat itu begitu panik, tangannya bergetar karena ketakutan, kenapa Luna muntah seperti ini.
"Ibu ... ibu kenapa?" Elang membantu Luna untuk mengeluarkan makanannya, ia mengusap punggung Luna agar ibunya itu berhenti muntah.
"La-lang ..."
"Kita kerumah sakit!" Ini aneh, Luna harus di periksa oleh dokter, pasti ada yang tidak beres dengan Luna.
"La-lang sakit ..."Luna memegang kepalanya, tapi yang terjadi selanjutnya membuat Elang tidak bisa berpikir dengan benar, tubuh Luna tiba-tiba saja kejang, mata nya memutih.
"Ibu! Ibu kenapa? Ibu! Jangan nakutin Elang gini! Ibu! Ibu bangun!" Elang menggendong Luna, ia berlari mencari sesuatu yang bisa membawa mereka ke rumah sakit.
"Tolong! Tolongin! Siapapun tolongin gua!" Elang berlari ke jalan raya, tapi tidak ada satupun yang ingin menolongnya, mereka bahkan mengumpat karena Elang menghalangi jalan.
Elang melihat sebuah pickup pembawa buah, ia menghalangi jalan pickup itu, "Pak tolong pak, tolong ibu gua pingsan! Tolong!"
Supir yang melihat itu kasihan, dia segera membuka pintu dan mempersilahkan Elang masuk.
"Ke rumah sakit pak, cepet gua mohon ..."Elang menangis, Luna sudah tidak sadarkan diri, "Ibu jangan buat Elang takut ..."
"Ibu ...."
Mobil pickup itu melaju tapi tidak begitu cepat, karena mobil yang sudah lama dan juga jalanan tidak begitu kosong.
"Ibu jangan gini ... jangan bercanda ... jangan nakutin Elang ..."
Vote→comment →follow
Typo? Tandai!
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI
Teen Fiction{SEASON 2 DARI LANGIT!} Not BL/BXB Update sesuai mood🙂 Dikehidupan pertamanya mempunyai kakak seorang lesbian membuat Lang harus menderita karena ulahnya, pernah mengalami buta dan ingin mati saja adalah keinginannya, tapi sayang keinginannya harus...