CHAPTER 07

3.5K 264 3
                                    

_Selamat membaca_

Bentley hitam menerobos malam dengan kecepatan mengkhawatirkan serta sorot lampu depan yang kuat membelah jalanan memberi jejak yang jelas ke depan.

Suara mesinnya bergemuruh sepanjang jalan seperti binatang buas, pemandangan malam menjadi kabur akibat lajur-lajur lampu yang berlalu.

Raysen memegang kemudi erat-erat dengan netranya yang menyipit karena konsentrasi pada jalan kosong didepan, satu-satunya hal yang bisa dia lihat dengan jelas dalam kegelapan.

Rahangnya menegang menahan kesal bahkan kekuatan kejengkelannya diterjemahkan lewat deru mesin dengan pikiran terkoyak antara kemarahan dan tanggung jawab.

Setelah beberapa saat, dia sampai didepan kantor kepolisian. Pria tampan itu bergegas turun dan membawa langkah tegasnya memasuki kantor penghakiman tersebut.

Netra tajamnya menyisiri seisi ruangan dan menemukan tiga pemuda tengah berdiri disudut dengan tangan diborgol. Ia bawa langkahnya kearah salah satu pemuda yang dikenal untuk memeriksa keadaannya.

Dia memindai penampilan Neels dari atas ke bawah, kaos sedikit terkoyak dengan pelipis robek, sudut bibir berdarah dan memar di pipi.

"Apa yang kamu lakukan?" lirih Raysen berwajah datar dengan bibir terkatup menahan emosi.

Dia berbalik saat mendengar langkah kaki dari arah belakangnya.

"Mari sir silahkan duduk." ujar anggota polisi.

"Berapa banyak yang harus saya bayar untuk jaminan?" tegas Raysen sembari mengeluarkan dompet dari mantelnya.

"Silahkan duduk dulu sir."

Raysen menarik napas dan duduk disebrang polisi.

"Katakan berapa jaminannya?" ulang Raysen tanpa basa-basi.

"Ini bukan masalah jumlah uang sir."

Raysen mengangkat alisnya sedikit dan melirik kearah Neels lalu kembali ke polisi.

"Lalu apa masalahnya? Dan apa kasusnya kali ini?"

"Malam ini saudara Neels terlibat penganiayaan pada seorang gadis di lokasi drifting liar dan sebelumnya dia memiliki setidaknya 4 catatan dengan kasus yang hampir sama, tawuran dan balap liar." jelas polisi.

"DIA YANG CELAKAIN GUE LEBIH DULU..!!!" teriak Neels.

"SHUT UP...!!!" tegas Raysen dengan nada tinggi sambil menunjuk kearah Neels membuat lelaki cantik itu tersentak dan bungkam sedangkan Raysen menghela napas pelan.

"Siapa mereka?" Raysen melirik dua pemuda yang berdiri tak jauh dari Neels.

"Mereka teman wanita yang menjadi korban dan karena itu kami meminta anda sebagai walinya untuk memberi jaminan diatas materai agar kejadiannya tidak semakin panjang."

"Jaminan macam apa yang sedang anda bicarakan?" polisi menelan ludah tatkala merasa hawa dingin tak nyaman dinada bicara Raysen.

"Anda akan mengizinkan kami untuk menahannya dalam kurun waktu beberapa bulan jika dia kedapatan mengulang kasus yang sama dan hal itu akan tertulis diatas kertas dengan tanda tangan diatas materai."

Raysen diam, berpikir dengan hati-hati lalu kembali melirik Neels. Netranya mengamati tunangannya dalam diam, sadar betul jika hal itu tidak akan membuat tunangannya jera.

"Saya akan membayarnya sebagai jaminan dan akan bertanggung jawab pada korban."

"Tidak bisa sir, kasusnya sudah terlalu parah. Sebelum ini ayahnya juga sering membayar sebagai jaminan namun dia tetap mengulanginya." ungkap polisi.

Raysen mencubit pangkal hidungnya dan menghela napas, mengusap sisi wajahnya sedikit karena jengkel.

"Apa menurut anda itu adalah solusi terbaik sedangkan orangtuanya saja tidak dia takuti?" Raysen berkomentar cukup kritis.

"Tapi itu solusi terakhir sir, kami terpaksa menahannya."

"Baiklah, kalau begitu mari kita lakukan."

"APA MAKSUD LO SIAL??!!" ucap Neels lantang dan Raysen menoleh, matanya sedikit menajam.

"Izinkan saya berbicara dengannya sebentar saja."

"Baik sir."

Raysen mengambil langkah menghampiri Neels, meraih dagu Neels untuk memaksa menatapnya.

"Jangan tinggikan suaramu." geram Raysen dengan kesabaran diujung tanduk.

"Emang kenapa kalo gue ngomong nada tinggi, sialan? Harga diri lo terluka?" ucap Neels tanpa takut.

Seringai perlahan muncul diwajah Raysen, cengkramannya sedikit menegang namun tidak cukup untuk membuat Neels merasa kesakitan.

"Apakah menurutmu, kamu cukup pintar berbicara seperti itu kepada saya, anak manja?"

"Tentu aku lebih pintar darimu."

Raysen tertawa kecil, mendekatkan wajahnya ke wajah Neels dan tangannya memaksa kepala Neels untuk menatapnya.

"Jaga mulutmu, kamu tidak akan suka dengan hukumannya jika terus bersikap seperti ini."

Raysen melepas cengkramanya dengan sedikit dorongan.

"Sekarang tutup mulutmu dan biarkan aku membuat kesepakatan ini, mengerti?" Neels diam dengan tatapan permusuhan dan Raysen kembali ke tempat semula.

"Berikan surat perjanjiannya." pinta Raysen pada polisi.

Polisi membuka sebuah map yang berisi beberapa lembar kertas dan Raysen segera mengambilnya untuk membacanya dengan teliti. Ruangan cukup hening dan sesekali terdengar suara gesekan kertas yang dibalik satu persatu.

Setelah selesai, Raysen segera meraih bulpoin diatas meja dan membubuhi kertas tersebut dengan tanda tangan diatas materai.

"Terimakasih atas kerjasamanya sir." ujar polisi mengulurkan tangan dan Raysen segera menjabat tangannya.

Polisi beranjak dari duduknya dan berjalan menuju Neels untuk membuka borgolnya lalu kembali ke mejanya.

"Sedikit rasa terimakasih untuk anda." kata Raysen meletakkan segepok uang diatas meja.

"Tidak perlu sir."

"Ambil saja dan saya harap dua pemuda itu mendapat penghakiman karena melakukan pengeroyokan pada tunangan saya." ujar Raysen sambil beranjak dari duduknya.

"Akan kami proses sir."

Raysen menengok kearah Neels yang berjalan lemas menghampirinya.

"Pulang bersama saya."

"Ogah." ketus Neels.

"Yakin? Baiklah saya akan mencabut jaminannya dan kamu ditahan mulai malam ini." tegas Raysen datar.

"Sialan lo." umpat Neels berjalan mendahului Raysen dan Raysen segera melangkah saat melihat Neels berdiri dipintu mobil bagian penumpang.

~°°~
Vote dan komen?

Sudah? Terimakasih my ladies.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang