_Selamat membaca_
Jorrel dan Matteu sedang bersenda gurau dibengkel yang di dirikan bersama sebagai pelengkap hobi mereka.
Matteu menggelengkan kepala dengan seringai kecil, celetukan Jorrel sedikit menggelitik sifat dinginnya.
"Pinter banget gaya lo." Kata Onic menyaksikan Jorrel hanya duduk di lantai dekat mobilnya.
"Woah kopi gue..." Sahut Jorrel melihat Onic membawa nampan berisi 3 cangkir kopi.
Belum sempat membalas dengan olok-olokan lucu, mereka di kejutkan dengan datangnya beberapa pria kekar mengenakan setelan jas licin.
Jorrel menelan ludah dengan napas susah payah. "I-ini siapa yang kartu kreditnya jatuh tempo, sial." Ucapnya menilik kedua sahabatnya.
"Lo...?" Tanya Onic pada Matteu dan yang tertuduh hanya menggeleng seraya mengedikkan bahu.
"Kami bayar tepat waktu om." Celetuk Jorrel.
Pria paling dominan meletakkan tangan di dada lalu membungkuk kecil.
"Selamat siang... maaf mengganggu, dengan sahabat tuan Neels?" Mata mereka melebar.
"Kami gak ada sangkut pautnya sama hutang Neels, om." Jawab Jorrel cepat-cepat seolah tidak ingin terkena getahnya.
"Anda salah sangka tuan, kami kemari untuk menjemput kalian." Ucap salah satu pria berjas dengan wajah datar, tidak terpengaruh dengan kepanikan Jorrel.
"Om kami gak tau apa-apa." Ucap Jorrel sekali lagi, wajahnya mulai pucat.
"Lebih baik kalian ikut kami tuan-tuan, saya jamin kalian akan tetap aman." Kata pria itu pada Onic dan Matteu yang nampaknya lebih mudah diajak kerjasama.
Onic mengangguk dan mulai melangkah namun langkahnya terhenti saat Jorrel tiba-tiba memeluk kakinya.
"Jangan asal ikut-ikut aja anjing, mending kita hubungi polisi atau Neels. Kalau mereka penipu terus buang kita ke laut gimana nanti? gue pewaris tunggal, anjir."
Onic tak sabar dengan kebiasaan Jorrel yang sering dilanda kepanikan berlebihan, dia mengabaikan ucapan sahabatnya dan kembali melangkah.
"Nic... Nic... Nic..." Ucap Jorrel saat tubuhnya terseret kaki Onic.
"Kita liat dulu, siapa tau Neels dalam bahaya." Sambung Matteu.
Jorrel berpikir sejenak dengan tubuh yang terus menggelayut di kaki Onic.
"Oke deh demi kapten." Jorrel melepas pelukannya dan bangkit.
Mereka menutup bengkel lalu masuk ke limousin mewah yang telah disiapkan.
"Mobil kayak gini punyanya paman Neels gak sih?" Tanya Jorrel setelah mencari posisi nyaman.
"Kayaknya sih... makanya ikut aja dulu, gue juga khawatir gimana nasib Neels setelah ngilang waktu itu." Jawab Onic dan dua sahabatnya mengangguk setuju.
Mereka bertiga diam setelah obrolan singkat itu, mencoba tetap tenang dan tidak terlalu berpikir buruk tentang kondisi Neels.
Setelah beberapa saat, mereka saling pandang ketika mobil berhenti di landasan luas dengan pemandangan private jet yang nampak begitu mewah dan pria berjas hitam membuka pintu.
"Silahkan tuan."
Mereka turun dari mobil dengan memasang wajah bingung.
"Izinkan saya memimpin jalannya." Lanjut pria itu mulai melangkah dan mereka mengikuti di belakangnya.
Jorrel mencolek lengan Matteu dan Matteu hanya menengok singkat lalu kembali menatap lurus kedepan.
"Silahkan tuan, beliau sudah menunggu." Ucap pria berjas setelah sampai didekat tangga.
Tiga sahabat itu saling pandang dan mulai menaiki satu persatu anak tangga untuk masuk ke private jet tersebut.
"Oi..." Sapa Neels membuat ketiga sahabatnya terperanjat kaget.
Lelaki cantik itu terbahak lantang sembari menghampiri anggota inti Orion dan mereka saling bertukar pelukan seperti biasanya.
"Gue kira lo lagi di kejar rentenir Neels." Kata Jorrel dan Neels kembali tertawa.
"Aman, gadun gue masih banyak duit." Jawab Neels dan ketiga sahabatnya tertawa.
"Siapa yang kamu maksud hm?" Tanya Raysen yang baru bergabung.
"Hahahaha nggak... Duduk yuk." Ajak Neels dan semua mengangguk lalu berjalan mengikutinya.
Mereka duduk ditempat yang telah dipilih lalu mengenakan sabuk pengaman karena pesawat akan segera lepas landas.
Neels duduk disebelah Raysen, menengok ke luar jendela untuk melihat landasan pacu dibawahnya. Pesawat mengeluarkan suara gemuruh pertanda mulai meluncur dari landasan.
Begitu pesawat berada di udara dan terbang menembus awan, pramugari mengumumkan bahwa mereka dapat melepas sabuk pengamannya.
"Ini gue gak dapet minum Neels? Haus banget." Tanya Jorrel seraya melepas sabuk pengamannya. "Champagne atau tequila gitu."
Onic mendorong lengan Jorrel sebab merasa jengah dengan kelakuan sahabatnya dan Neels tertawa kecil melihat kegaduhan kecil itu.
Sedangkan Raysen hanya tersenyum tipis melihat keceriaan Neels saat bersama sahabat-sahabatnya, sangat berbanding terbalik ketika dia merajuk untuk meminta liburan tadi pagi.
Pria itu menekan sebuah tombol dan tak lama seorang pramugari mendorong troli kecil yang berisi berbagai minuman beralkohol.
"Jangan terlalu mabuk, ada yang mau gue omongin waktu sampai di tempat nanti." Himbau Neels dan Jorrel mengangguk, meraih segelas champagne yang dituangan pramugari.
"Emang kita mau kemana Neels?" Tanya Onic.
Neels mengedikkan bahu, melirik Raysen.
"Kita akan pergi ke surga tropis yang indah." Sahut Raysen dan semua mengernyit saling pandang. "Saint Lucia."
Raysen menahan senyum saat melihat mereka menganga setelah mendengar tujuannya.
"Paman... Maksudku liburan di Kanada, lihat kincir angin atau apapun. Bukan ke luar negeri."
"I'm sorry... Aku kira kamu akan senang bisa berjemur dan berlarian dipantai."
"Sakit jiwa." Lirih Jorrel belum sepenuhnya sadar.
Neels menatap Jorrel lalu menahan tawa saat melihat wajah terheran-heran sahabatnya.
"Gue bener-bener gak tau apa-apa, paman yang siapin semuanya." Neels membela diri.
"Yaudah lah... suka-suka yang punya duit aja." Celetuk Matteu membuat Raysen dan Neels tertawa.
Mereka kembali santai dan mulai mengobrol untuk mempersingkat waktu agar tak terasa begitu lama.
~°°~
Vote dan komen.Sudah? Terimakasih my ladies.
KAMU SEDANG MEMBACA
RODE || JOONGDUNK
FanficAREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahun, Neels. Dia memilih kehidupan bebas dan tidak mengenal penantian. Namum, tiba-tiba muncul pria wor...