CHAPTER 72

3.1K 172 6
                                    

_Selamat membaca_

Langit telah membiru dan sejoli yang kelelahan karena pergulatan semalam baru memberikan tanda-tanda kehidupan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit telah membiru dan sejoli yang kelelahan karena pergulatan semalam baru memberikan tanda-tanda kehidupan.

Raysen tersenyum tipis menemukan wajah cantik Neels menyapa ketika membuka mata. Dia mengusap punggung polos Neels dan saling bertukar pandangan.

"Happy morning, sweetheart..."

"Morning sayang..."

"Come closer... I'll give you a morning kiss."

Neels mendekat dan Raysen memberinya ciuman pagi seperti biasanya namun kali ini ditempat dan dengan suasana yang berbeda.

"Send me a warm smile." Pinta Raysen setelah melepas ciumannya.

Lelaki cantik itu menarik kedua sudut bibirnya cukup lebar dan Raysen terkekeh, meggesekkan hidungnya ke hidung Neels sebab merasa gemas dengan sikap belahan jiwanya.

"Like a sunshine."

"Your sunshine." Gumam Neels dan Raysen terbahak.

"Yeah... Yeah... My sunshine... This smile is mine." Jawabnya memeluk Neels erat.

Neels terkekeh dilekuk leher Raysen, hatinya menghangat mendengar ucapan suami tampannya yang penuh kasih sayang. Sedikit tak percaya saat mengingat bagaimana hubungan mereka diawal. Neels memberi jarak dan mata mereka bertemu.

"Sayang."

Raysen mengangkat alis. "Um...?"

"Apa aku bisa jadi orangtua yang baik?"

Raysen menilik kedua mata Neels bergantian, menemukan keraguan dibalik tatapan mata coklat itu.

"Of course... Kamu akan menjadi papa yang hebat untuk anak kita nanti."

"Tapi aku gak siap___ jangan salah paham dulu."
Neels cepat-cepat mengoreksi ucapannya saat melihat keterkejutan diwajah Raysen.

"Aku tidak salah paham, aku akan mendengarkanmu sampai selesai." Sahut Raysen menenangkan kepanikan Neels.

Neels mengangguk. "Aku gak siap jadi orangtua, maksudku... Kamu tau kan gimana cara daddy mendidikku? Aku takut jadiin anak kita pelampiasan karena tekananku selama ini, kamu pasti pernah melakukan sesuatu tanpa sadar saat capek atau marah kan?"

Raysen mengangguk, menyibakkan rambut di dahi Neels kebelakang.

"Aku takut seperti itu. Aku takut mendidiknya terlalu keras saat aku merasa kesal."

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang