CHAPTER 39

3.1K 207 25
                                    

_Selamat membaca_

Raysen sampai di penthouse dengan Neels yang berada digendongan. Mereka semakin melekat setelah saling mengungkapkan isi hati masing-masing.

"Aku pingin ke arena." celetuk Neels dan Raysen spontan menjauhkan diri untuk menatapnya.

Dia mengernyit lalu membenarkan posisi Neels yang sedikit merosot.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Cuma pingin aja." jawab Neels melingkari leher Raysen dan mengayunkan kakinya.

Raysen diam, membuka pintu kamar dan menutupnya dengan kaki. Dia bergerak merebahkan Neels di kasur dengan perlahan.

"Boleh ya?"

"Ini sudah jam 7 malam." Raysen melepas jasnya dan melemparnya ke ujung ranjang.

Dia melepas kancing dipergelangan tangannya lalu menarik dasinya sembari menatap Neels dan Neels merangkak mundur saat melihat sorot Raysen mengartikan sesuatu.

"Jangan aneh-aneh, aku capek."

"Aku tidak melakukan apapun." balasnya dengan seringai tipis.

Raysen merayap diatas Neels dan mengangkangi pinggangnya membuat lelaki cantik itu segera menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Aku mau ke arena..." jerit Neels tertahan.

Raysen menyeringai, menyatukan kedua pergelangan Neels dalam satu genggaman dan membawanya keatas kepala. Dia amati paras indah yang nampak panik dibawahnya.

"Mau kemana, um?" ucap Raysen dengan seringai kecil.

"Arena."

Raysen menahan senyum mendengar Neels yang tetap gigih meski terpojok. Dia merunduk, hampir menyentuh bibir Neels.

"Ulangi, mau kemana?"

"Arena." Raysen terkekeh lalu mengecup sudut bibir Neels.

Satu tangannya mulai bergerak mengikat pergelangan Neels dengan dasi, cukup kencang namun tidak cukup untuk menyakiti bocah nakalnya.

"Jangan usil... Aku mau ke arena..." Neels merengek kecil.

"Iya sweetheart, ke arena jika tidak kemalaman."

"Aku capek... tadi udah janji kan?" Raysen mengangkat satu alisnya lalu mengecup pipi Neels.

"Janji yang mana?" Neels merengek.

"Jangan sok lupa... paman mainnya gak selesai-selesai, di kira gak capek apa keluar terus." kata Neels mulai kesal.

"Yah bagaimana lagi, kamu terlalu enak."

Raysen mengecupi leher Neels dan sesekali menyesapnya.

"Aha... Paman... Udah tua jangan sering-sering nanti encok." rengek Neels semakin menjadi.

Raysen mengangkat kepala, mengecupi rahang Neels hingga ke telinga.

"Jangan salah little brat... Perlu kamu tau, pria yang memasuki usia 30 justru lebih prima dari laki-laki 20 tahunan."

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang