CHAPTER 13

3.2K 225 9
                                    

_Selamat membaca_

"Dimana lo Rel?" tanya Neels setelah telpon tersambung.

"Bengkel sama anak-anak, lo dimana Neels?" jawab Jorrel.

"Gue lagi dijalan, otw kesana."

"Gue tunggu."

"Yups."

Neels mematikan sambungan telepon, menambah kecepatan supercarnya menuju bengkel yang menjadi salah satu titik kumpul komunitasnya.

Sedangkan suasana bengkel diramaikan oleh para anggota Orion yang sedang mengobrak-abrik mesin mobil mereka. Suara dentingan logam dan tawa mereka bersahutan dengan deruman mesin mobil yang sedang di uji coba.

Semua suara-suara itu berangsur meredup saat sebuah lamborghini limited edition berhenti didepan bengkel. Semua anggota Orion bertukar pandang dengan gerakan kepala saling mempertanyakan.

"Woahohoho..." seru Jorrel heboh saat Neels turun dari mobil.

Semua berhamburan mengelilingi mobil dengan sorot kagum.

"Punya siapa woi? Ngrampok dimana?" tanya Jorrel mengusap body mobil Neels.

"Punya paman kolot." jawab Neels terkekeh dan semua melongo.

"Sial, tajir beneran Neels?" tanya Onic menggelengkan kepala.

"Ya gitu lah... Ada yang lain juga cuman gue mau ini. Ntar malem kita rayain mobil gratis dari paman, gue bakal booking Club buat kita." ucap Neels dan semua anggota Orion berseru heboh.

Mereka kembali melanjutkan kegiatannya sembari mengobrol dan bercanda untuk membahas acara yang akan diselenggarakan kapten mereka.

~~~

Parkiran luas disebuah Club&Bar ternama dipenuhi mobil-mobil mewah berjajar rapi dan pemiliknya tengah melangkah bersama memasuki club yang telah di booking sebelumnya.

Suara dentuman musik memekakkan telinga namun menggugah jiwa muda mereka.

"Kalian boleh pesen apapun disini, gue yang bayar..!!!" seru Neels dan para anggota Orion berpencar ke lantai dansa dan Bar center.

"Neels lo yakin bokap lo gak bakal marah?" tanya Onic.

"Aman... Black card cuy..." jawab Neels santai lalu melangkah ke arah Bar diikuti ketiga sahabatnya.

Semua nampak menikmati pesta yang diadakan kaptennya, makan dan minum sepuasnya tanpa memikirkan tagihan yang membengkak.

"Bourbon." ucap Neels pada bartender.

"Cara licik apa yang lo pake sampe dapet mobil itu Neels?" tanya Onic penasaran.

"Gak ada... Cuma janji gak bakal bikin ulah lagi." Jorrel menoleh cepat.

"Tapi ini bikin ulah gak sih Neels?" tanya Jorrel.

"Kan gak masuk penjara." jawab Neels santai dan ketiga sahabatnya mengangguk.

Sedangkan disisi lain Raysen sedang duduk terpaku didepan Macbook, memeriksa setiap projek kerja yang telah dan akan dilaksanakan.

Ia beristirahat sejenak, melepas kacamata lalu menyandarkan tubuh ke kursi kebesarannya. Merelakan waktu istirahatnya berkurang demi memenuhi tanggung jawab memimpin perusahaannya dan milik calon mertuanya.

Raysen menghela napas, meraih ponsel yang sedari tadi dia abaikan dan seketika ia terduduk tegak melotot kaget melihat tagihan black card milik Neels diluar batas.

40 juta

10 juta

8 juta

"Pengeluaran apa ini..." gumam Raysen merasa frustasi.

Dia menilik arloji yang menunjukkan pukul 23.20 lalu kembali memeriksa kemana larikan lembaran uang tersebut.

"Xena club&bar." lirihnya mengingat-ingat dimana letak club tersebut.

Raysen menyambar remote mobilnya dan bergegas keluar ruangan untuk menuju tempat dimana Neels berada.

Dadanya bergemuruh dengan kepala berdenyut pening. Genggaman pada setir menonjolkan urat-urat tangannya, tarikan napasnya terasa berat menahan emosi yang siap meledak saat itu juga.

Raysen memarkirkan mobilnya dan netranya mengedar sekitar pada jajaran supercar yang tertata rapi. Dia segera turun saat melihat lamborghini Veneno yang dibawa Neels dan memasuki club.

Netranya memicing, mencari-cari keberadaan tunangan nakalnya yang selalu bertingkah. Emosinya semakin naik saat menemukan Neels tertawa-tawa di Bar center dan segera menghampirinya.

"Apa yang kamu lakukan?" geram Raysen mencengkram lengan Neels.

Neels memutar kursi dan menyipitkan pandangannya yang mulai kabur.

"Paman?"

"Pulang." tegas Raysen sembari menatap ketiga sahabat Neels dan mereka hanya diam.

"Santai paman..." ujar Neels menepuk-nepuk tangan Raysen yang mencengkram lengannya.

"Cepat berdiri dan ikut saya pulang." ucap Raysen susah payah menekan emosinya.

Neels meraih sisa bourbon miliknya dan segera meneggaknya hingga tandas lalu berdiri.

"Gue balik dulu... Semua udah gue bayar, selamat menikmati." ucap Neels melangkah sempoyongan dan Raysen menahannya.

Mereka melangkah keluar Club dan cengkramannya di lengan Neels semakin erat.

"Sakit sial." desis Neels.

Raysen mendorong Neels memasuki mobil dan segera masuk ke kursi kemudi.

"Apasih mau lo...!!!" kata Neels mulai kesal.

Raysen membuang napas kasar dan mencengkram rahang Neels.

"Sampai kapan kamu akan menguji kesabaran saya Neels Natanius?" tanya Raysen dengan nada tegas. "Bisakah kamu bertingkah sewajarnya saja tanpa menyusahkan saya?" lanjut Raysen melepas cengkramannya lalu menyalakan mesin mobil.

"GUE GAK PERNAH MINTA DI URUS LO DAN GAK PERNAH MAU TUNANGAN SAMA LO." teriak Neels yang mulai mabuk.

Raysen mengangkat tangannya berniat menampar Neels namun urung saat kesadarannya segera kembali. Ia menghela napas pelan dan memutuskan untuk mengabaikan Neels yang terus bergumam tak jelas.



~°°~
Vote dan komen.

Sudah? Terimakasih my ladies.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang