CHAPTER 80

2K 156 3
                                    

_Selamat membaca_

Raysen dan Neels memasuki ruang anak di rumah sakit untuk menghadiri kelas khusus belajar tentang merawat bayi yang sudah diatur Earth sebelumnya.

Perawat berdiri didekat ranjang bayi untuk bersiap mencontohkan cara merawat bayi dengan benar sedangkan Raysen dan Neels berdiri disekitar suster untuk memperhatikan praktik yang disampaikan. 

Perawat wanita itu mulai menunjukkan kepada mereka teknik mengganti popok, membuat susu formula dan menggendong bayi dengan benar. Mereka nampak serius dan antusias mengikuti setiap arahan perawat.

"Anda juga bisa meletakkan sudut jari di dagu si kecil lalu mengusap punggungnya untuk memberi kenyamanan tuan." Jelas perawat sembari mempraktikkan dengan boneka bayi.

Seketika tatapan Neels beralih pada telapak tangan Raysen yang nampak besar nan kekar dan Raysen yang menyadari itu mengikuti arah pandang suami cantiknya.

"Sus..." Panggil Neels beralih pada suster.

"Iya tuan?"

"Itu bahaya banget kan? Tangan suami saya besar, meleset sedikit anak saya bisa tercekik."

Perawat itu menahan senyum. "Semua akan baik-baik saja jika melakukannya dengan hati-hati."

"Sweetheart... Aku tidak mungkin melukai anakku sendiri." Raysen menatap sinis, pura-pura merajuk.

"Aku tau sayang, aku cuma tanya."

"Apa semua bisa diterima dengan baik tuan?"

"Bisa sus..." Sahut mereka serempak.

"Kalau begitu kelas sudah selesai tuan, selamat untuk gelar baru menjadi orangtua."

"Terimakasih sus..."

Mereka berjabat tangan dengan suster lalu kembali ke ruang inap Neels.

"Bagaimana? Sudah bisa?" Tanya Earth saat melihat anak menantunya muncul dari pintu.

"Bisa dad..." Sahut Neels.

"Syukurlah..." Ujar kedua orangtua mereka bersamaan.

"Kamu yakin tidak ingin tinggal dirumah mima sayang?" Tanya Mix.

"Kita yakin mima... Kita mau mandiri." Sahut Neels.

"Tapi jangan lupa untuk berkunjung kerumah kami." Sambung Gun.

"Pasti paa..." Jawab Raysen dan semua tersenyum.

"Kalau begitu mari pulang." Ajak Off.

Semua orang setuju dan membawa barang-barang Neels lalu keluar dari ruangan dengan si mungil yang ada di gendongan Gun.

Mereka melangkah bersama menuju parkiran dan Neels segera duduk dikursi penumpang setelah Raysen membukakan pintu untuknya.

"Grandpa akan rindu..." Ucap Gun meneteskan airmata sembari menyerahkan Xaviera ke gendongan Neels.

"Pa... Bisa ketemu lagi kan, kenapa nangis?"

"Kamu tidak akan tau rasanya berpisah dengan cucu Neels..." Gun mulai sesegukan membuat Mix ikut meneteskan airmata.

"Kan masih bisa jenguk baby Xav..."

Mix mengusap bahu Gun. "Kak... Benar kata Neels, kita bisa main kesana." Gun mengangguk.

"Tolong jaga cucu kami." Kata Mix pada Raysen.

"Mima... Kita bukan orang jahat, pasti kita menjaga baby dengan sebaik mungkin." Mix mengangguk dan mengusap airmatanya.

"Mima percaya sayang..." Ucap Mix dan Raysen memeluk mimanya.

Setelah beberapa detik, Raysen berpamitan dengan yang lain. Memeluk mereka bergantian lalu membubarkan diri ke mobil masing-masing untuk kembali ke kediaman.

~~~

Langit telah menggelap dan sepasang orangtua baru itu sedang berada diruang tamu untuk menidurkan putri sematawayangnya.

Raysen berdiri sembari menimang-nimang Xaviera, mengusap punggungnya lembut untuk memberi kenyamanan sedangkan Neels berdiri disamping Raysen, mengintip putrinya yang menempel didada daddynya.

"Duduklah sweetheart..." Raysen terkekeh melihat kelakuan Neels.

"Dia sangat nyaman." Lirih Neels dan Raysen menunduk, mengintip putrinya.

"Dia tau mana yang lebih menyayanginya..."

Neels berdiri tegak dengan tatapan sinis setelah mendengar godaan suaminya dan Raysen susah payah menahan tawa lantangnya.

"Aku hanya bercanda... Papa juga menyayangi baby Xav..." Kata Raysen mencondongkan tubuh untuk mengecup dahi Neels.

Neels mengangguk dan tatapannya melembut, dia mengusap kaki Xaviera lalu mengecupnya.

"Aku mau gendong baby."

"Bayi gendong bayi begitu?"

"Aku seorang papa sekarang."

"Hahahahaha... Ya ya... Didepan Xaviera kamu memang seorang papa tapi didepanku kamu tetap bayi besar."


Neels kembali melirik sinis seperti anak kecil yang sedang merajuk.

"Ouh... Sudah menjadi papa tidak boleh mudah merajuk."

Neels memeluk Raysen dan menyandarkan kepalanya didekat Xaviera.

"Daddymu nakal." Adu Neels dengan suara kecil dan Raysen menahan senyum. "Ayo cepat besar nanti pukul daddymu kalau godain papa."

"Hey... Jangan mengajari Xaviera untuk persekongkolan jahat ya..." Protes Raysen dramatis.

"Nggakpapa sayang kan kamu bela papa."

Raysen geli mendengar pembelaan Neels, dia tertawa cukup keras namun Xaviera tidak terganggu sama sekali.

"Lihatlah... Dia sangat jago tidur sepertimu." Goda Raysen lagi.

"Nggakpapa nak... Kumpulin tenaga aja, makin dewasa nanti makin capek apalagi ngadepin orang kaku kayak daddymu."

Raysen tertawa lagi. "Come on... Aku sudah berubah..."

"Ya ya... Sedikit bisa menyesuaikan diri." Jawab Neels dan Raysen mengangguk seraya menilik jam yang menunjukkan pukul 10 malam.

"Mari istirahat." Ajak Raysen.

Neels menatap jam diatas buffet lalu mengangguk dan mereka masuk ke kamar.

Raysen meletakkan Xaviera di box bayi tepat didekat ranjang lalu merebahkan tubuh disamping Neels.

Dia merentangkan satu lengannya dan Neels menggunakannya sebagai bantal. Mereka mulai memejamkan mata dan mengistirahatkan tubuh.

~°°~
Vote dan komen.

Sudah? Terimakasih my ladies.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang