CHAPTER 31

3.2K 235 19
                                    

_Selamat membaca_


"Kesepakatan?" Neels mengernyit merasa penasaran sekaligus curiga.

"Ya... Kali ini tidak ada tanda tangan diatas materai seperti di kantor polisi tapi aku harap kamu bisa menepatinya."

"Liat dulu gimana kondisinya."

"Baiklah... Tapi berjanjilah untuk tidak menyela disaat yang tidak tepat."

"Okay..."

"Sebelumnya aku minta maaf jika menurutmu ini akan terlalu menuntut tapi aku juga tidak ingin gagal dalam pernikahan."

Neels mengernyit, menghadap kearah suaminya saat merasa tertarik dengan ucapan Raysen.

"Aku sudah berpikir sebelum memutuskan untuk membicarakan ini denganmu. Dan perlu kamu tau diawal, ketika aku memutuskan untuk menikah itu artinya aku harus bertahan dengannya sampai kapanpun. Dalam suka duka, dalam masalah seberat apapun dan entah cinta atau tidak, aku ingin bertahan dengan satu orang karena bagiku pernikahan itu sakral. Dan saat aku memutuskan menikah denganmu, itu artinya aku siap menerima segala tingkah laku kurang ajarmu tapi..."

Raysen menjeda ucapannya, mempelajari ekspresi Neels yang hanya diam membeku. Dia menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Aku minta kerjasamanya, aku tidak akan melarang pergaulanmu. Kamu bisa melakukan segala macam kesenanganmu tapi tolong jaga diri, bukan hanya untuk reputasiku tapi juga untuk dirimu. Aku tidak akan memintamu mengurus perusahaan atau apapun, cukup selesaikan kuliahmu dengan benar. Beli apapun yang kamu suka dengan uangku dan kamu boleh minum dengan oranglain. Tapi hanya satu sampai dua gelas, tidak lebih. Jika kamu ingin mabuk cukup katakan padaku dan aku akan menemanimu minum tapi tidak sesering sebelum kita menikah."

"Paman mencoba memberiku kendali diatas kebebasanku?"

"Terserah bagaimana pemikiranmu tapi aku hanya ingin membantumu lebih tertata."

Neels menimang ucapan Raysen, mencoba berpikir ke depan tentang kesejahteraannya.

"Tidak ada omelan dan kata-kata sarkas?" tanya Neels dan Raysen mengangguk.

"Jika ada masalah kita akan menyelesaikannya dengan cara dewasa. Duduk bersama dan merundingkan semuanya tanpa kata-kata sarkas atau apapun."

"Aku masih boleh drifting?"

Raysen diam, lidahnya kelu untuk mengiyakan tapi dia harus menyetujuinya demi kepatuhan Neels padanya.

"Boleh tapi jangan sampai menimbulkan masalah untuk oranglain dan cukup sebulan 3 kali."

"Ha...??!! Paman bercanda? Lama banget."

"Kamu sudah menikah Neels... Kamu tidak bisa kelayapan diluar sedangkan suamimu sedang lembur untuk memberi kehidupan yang layak untukmu."

Neels diam, matanya mengedar liar sembari memikirkan keuntungan serta kerugian yang akan dia dapatkan dan seketika ucapan Onic untuk bertingkah diam-diam lewat begitu saja.

"Oke deal." putus Neels.

Raysen mengulurkan tangan dan Neels menerimanya sebagai tanda kesepakatan.

"Semoga kerjasama kita lancar." ucap Raysen dan Neels mengangguk. "Mari pulang."

Neels mengangguk, keduanya beranjak dan melangkah bersama untuk kembali ke penthouse tanpa obrolan.

Setelah beberapa saat, Raysen bersama Neels memasuki penthouse dan langkah Neels berhenti saat Raysen berbelok kearah dapur.

"Mau sarapan?" Raysen menawari.

"Boleh..." Neels mengikuti Raysen. "Paman bisa masak?"

"Aku sudah tinggal sendiri sejak usia 25 tahun, rugi jika aku tidak bisa memasak. Yah meskipun tidak selihai chef tapi aku bisa memasak beberapa makanan." Neels nampak antusias.

"Bisa masak carbonara?"

"Of course, do you want carbonara?" Neels mengangguk antusias dan Raysen tersenyum tipis.

Raysen mulai mengobrak-abrik isi dapur untuk mempersiapkan semua bahan-bahannya dan Neels duduk didepan bar mini menyaksikan semua gerak-gerik suaminya.

"Ada sesuatu yang tidak kamu suka? Atau kamu ingin tambahan pada carbonaramu nanti?" tanya Raysen memulai kegiatan masaknya.

Neels berpikir sejenak mempertimbangkan pertanyaan Raysen.

"Hm... Aku bukan orang yang pilih-pilih makanan, tapi kalo banyak preferensi aku lebih suka carbonara dengan sedikit saus. Kadang aku minta tambahan beberapa potong cabai dan sosis giling."

"Baiklah..."

"Ah ya... Permesan, aku suka banyak permesan."

"I see." singkat Raysen.

Neels memperhatikan Raysen saat menyibukkan diri di dapur, ada tatapan terkesan dan kagum saat melihat Raysen begitu lihai dengan spatula dan teflon.

Dia beranjak dan melangkah mendekat saat aroma masakan menyapa indera penciumannya yang membuat keroncongan.

"Baunya enak." ucap Neels dan Raysen bergumam menoleh sejenak padanya.

Raysen melilitkan spaghetti ke garpu lalu meniupnya dan mengarahkannya pada Neels.

"Coba."

Neels diam sejenak dan membuka mulut saat Raysen mengangguk agar menerima suapan kecilnya. Lelaki cantik itu memejam sembari merasakan masakan suaminya.

"Enak." puji Neels tersenyum dan Raysen menarik sudut bibirnya tipis.

"Kalau begitu tunggu disana, semua akan segera siap." kata Raysen menunjuk meja makan dengan lirikan matanya.

Neels mendengus kesal dengan pengusiran Raysen tapi dia juga menurutinya untuk duduk dimeja makan dan menunggu dengan tenang.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya makanan siap dan Neels berbinar saat Raysen membawa dua piring carbonara kearah meja makan.

Raysen meletakkan sepiring carbonara didepan Neels dan duduk didekatnya.

"Selamat makan." singkat Raysen dan Neels mengangguk.

Mereka mulai menikmati sarapannya dengan tenang dan Raysen melirik sekilas melihat Neels begitu senang.

"Setelah ini kamu akan kemana?" tanya Raysen dan Neels menatapnya.

"Entahlah tapi aku ada kelas jam 10." Raysen mengangguk. "Paman tidak ke kantor?"

"Sepertinya tidak, aku akan menyiapkan beberapa hal untuk perjalanan bisnis." Neels mengernyit.

"Kapan?"

"Aku berangkat nanti siang."

Neels menyenggut kecil dan mereka kembali diam menikmati sarapannya masing-masing.





~°°~
Vote dan komen.

Sudah? Terimakasih my ladies.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang