CHAPTER 56

2.1K 179 5
                                    

_Selamat membaca_

Billionaire tampan itu telah kembali ke huniannya, dia memasuki penthouse dengan perasaan cemas.

Tilikan liar menyisir setiap sudut ruang dengan harap menemukan suami cantiknya.

"Sweetheart." panggilnya lembut namun tak ada jawab.

Dia bergegas menuju kamar tatkala melihat pintunya terbuka kecil.

"Sweetheart..." panggilnya lagi sembari membuka pintu perlahan agar semakin lebar.

Dia mengernyit, melihat Neels berbaring dengan selimut yang menutupinya hingga leher. Dia berjalan mendekat, duduk ditepi ranjang.

"Sudah tidur?" suaranya halus namun sedikit ragu.

Pria itu sedikit mengintip Neels, melihat separuh wajahnya tertutup selimut.

"Kamu tidak akan bisa bernapas jika____ kamu sakit?"

Tanpa ragu dia membalik tubuh Neels untuk terlentang dan lelaki cantik itu hanya menggerutu lirih.

Raysen meletakkan punggung tangannya ke dahi Neels yang terasa panas.

"Astaga... Kenapa bisa?" tanyanya panik. "Aku akan memanggil dokter."

"No..." lirih Neels dengan kedua sudut bibirnya melengkung kebawah.

"Sssstt tidak, tidak..." sahut Raysen menenangkan suami cantiknya.

Dia bergerak membuka laci nakas dan mencari obat penurun panas.

"Kamu sudah makan hm?" Neels mengangguk lemah. "Duduk sebentar dan minum obatmu."

Raysen membantu Neels duduk dan menyandarkan tubuh Neels ke tubuhnya.

"Buka mulutmu." 

Neels menggeleng, merengek manja dengan mata terpejam.

"Sebentar saja, hanya beberapa detik. Cukup buka mulut dan minum obatnya." bujuk Raysen dan Neels menggeleng. "Tolong hilangkan keras kepalamu sebentar saja sweetheat... Jangan membuatku semakin khawatir."

"Cuddles." lirih Neels.

"Ya ya... Aku akan memberimu pelukan setelah kamu minum obatnya."

Neels membuka mulutnya kecil dan Raysen menghela napas lega. Dia segera membantu Neels meminum obat penurun panas dan memberinya segelas air.

"Cuddles." lirih Neels lagi.

"Baiklah... Baiklah... Geser tubuhmu dan pelukan erat segera tiba."

Raysen membantu Neels menggeser tubuh dan merebahkan diri disampingnya lalu membawa Neels kedekapannya. Menautkan kaki sedemikian rupa hingga tubuh mereka benar-benar rapat.

"Astaga... Panas sekali tubuhmu." kata Raysen saat Neels mengusak ceruk lehernya, mencari kenyamanan.

"Mmm..." sahut Neels merasakan Raysen mengusap punggungnya dan menggaruk lembut kepala belakangnya.

"Apa yang kamu rasakan?"

"Gak nyaman..." rengek Neels menangis. 

Dia benar-benar merasa tidak enak badan, antara dingin dan panas yang menyatu membuat segala ruang geraknya tidak nyaman.

"Sh sh sh sh sh... Don't cry..." kata Raysen menyandarkan sisi wajahnya ke puncak kepala Neels.

"Gak enak, gak nyaman." rengeknya lagi dan Raysen semakin mengeratkan dekapannya seolah dia dapat meresap suhu panas ditubuh pujaannya.

Dia terus mengusap punggung Neels, merasa bersalah karena kurang memperhatikannya hingga jatuh sakit.

"Um..." rengek Neels tatkala merasakan Raysen menjauhkan tangannya.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang