CHAPTER 64

2.9K 239 30
                                    

_Selamat membaca_

Beberapa hari kemudian.

Raysen turun dari private jetnya dan berjalan cepat menuju Rolls Royce yang sedang menunggunya. Dia masuk ke bagian belakang.

"Dieu hospital." titahnya tegas.

Supir yang duduk dikursi kemudi langsung melajukan mobilnya setelah mendapat perintah dari tuannya.

Pikiran Raysen benar-benar tidak tenang saat berada jauh dari pujaannya. Meskipun Gun selalu memberi kabar terbaru tentang Neels namun tak bisa dipungkiri jika dia masih begitu khawatir.

Hampir gila ketika dia harus tetap fokus menyelesaikan masalah perusahaannya saat kondisi Neels tidak baik-baik saja. Waktu istirahatnya tersita cukup ketat hingga lingkaran hitam dibawah matanya nampak jelas.

Perjalanan dirasa begitu lama oleh Raysen, penolakan Neels yang terus menerus mampu membuatnya begitu frustasi. Dia melirik kesamping, menatap bucket bunga cukup besar yang sudah disiapkan orang suruhannya.

Hari ini tepat peringatan satu tahun pernikahan mereka. Hubungan yang diterpa badai saat usianya masih seumur jagung. Namun Raysen tetap dalam prinsipnya, dia ingin mempertahankan pernikahannya dengan Neels.

Mobil berhenti didepan rumah sakit dan Raysen turun sembari memeluk 365 tangkai mawar di lengan kirinya dan menuju ruang inap Neels.

Tok Tok Tok

Raysen masuk, melihat Off dan Gun sedang duduk disamping Neels. Mereka bangkit dan mendekat.

"Daddy dan papa akan makan malam lebih dulu, ada titipan?" Raysen menggeleng tersenyum.

"Ray akan menjaga Neels."

"Baiklah... Daddy titip Neels sebentar." Raysen mengangguk dan kedua mertuanya keluar ruang inap.

Raysen menyungging senyum tipis tatkala melihat Neels tak sepucat beberapa hari yang lalu. Dia mendekat, meletakkan bunga di samping tempat tidur Neels dan membungkuk. Mengusap surai hitam pujaannya.

"Happy anniversary, sweetheart." ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar.

Neels menatap datar pada suaminya.

"Boleh aku mencium keningmu?" Lirihnya dan Neels tidak memberi jawaban.

Raysen menarik napas dan mencoba keberuntungannya. Dia membungkuk lebih rendah, mencium kening Neels dan lelaki cantik itu tidak menghindar.

Raysen tidak bisa menahan airmatanya saat Neels tidak mendorongnya, dia mencium kening Neels begitu lama. Menunjukkan simbol kerinduan yang menyakitkan.

Dia memejam, punggungnya bergetar. Dia ingin serakah untuk menarik Neels ke pelukannya namun mati-matian menahan diri. Takut menyakiti Neels.

"Kenapa gak ngomong." lirih Neels lemah.

Raysen membelalak, dadanya sakit mendengar suara lemah Neels namun juga senang saat Neels bersedia membuka suara untuknya.

Pria itu menjauh, menangkup pun mengusap pipi Neels dan Neels tidak menolak.

"Bisa ulangi ucapanmu?"

Neels diam menatap Raysen. "Kenapa gak jelasin?"

"Jelasin apa sweetheart? Aku tidak mengerti."

"Chat tengah malem sama Frey." 

Ekspresi Raysen sedikit berubah, dia teringat ucapan Boss yang menyebabkan Neels menangis dan menemui drifter itu.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang