CHAPTER 11

3.3K 242 2
                                    

_Selamat membaca_

Raysen menghentikan mobilnya didepan gedung hotel ternama, dia segera turun lalu menyerahkan kunci mobil pada penjaga dan Neels menyusul.

Mereka berdiri sejajar diiringi kilatan-kilatan lampu kamera dari awak media yang tidak bisa masuk kedalam gedung.

"Lingkari lengan saya." titah Raysen dengan gigi terkatup dan Neels tersenyum dengan memendam perasaan jengkel namun juga melakukan hal yang diperintah tunangannya.

Raysen melangkah penuh wibawa dengan wajah datar sedangkan Neels tersenyum tipis disepanjang jalan. Mereka memasuki pintu besar, menyusuri lorong yang sangat mewah dan glamor.

Dindingnya dihiasi dengan wallpaper rumit berbingkai emas dan langit-langitnya dicat dengan lukisan yang menggambarkan kemewahan dan kenyamanan. Pencahayaan lembut saat mereka semakin masuk, meningkatkan kesan eksklusivitas dan kemurnian.

"Sampai kapan gue harus megang lo paman?" tanya Neels dengan bibir terkatup sembari menilik para pelayan yang menyambut disepanjang lorong.

"Jangan banyak bertanya dan lakukan saja." balas Raysen lirih.

Mereka memasuki pintu ballroom dan suasana dipenuhi gumaman percakapan, diselingi dentingan seruling sampanye saat para tamu berbaur bersosialisasi. Mereka mengenakan parade label desainer dan fashion kelas atas, sebuah pertunjukan kekayaan dan selera.

Neels menilik sekitar, masih cukup nyaman untuk menyesuaikan keadaan karena pernah beberapa kali menghadiri acara semacam ini bersama orangtuanya meskipun tidak semegah sekarang.

Raysen membawa Neels ke tengah ruangan dan beberapa pengusaha segera menghampirinya untuk menyapa pun saling menjilat secara halus demi keuntungan mereka.

Neels hanya tersenyum saat Raysen memperkenalkan dirinya sebagai tunangan. Sekedar formalitas untuk menanggapi rasa penasaran relasi Raysen.

Lelaki cantik itu menilik sekitar. Menatap meja panjang dihiasi dengan pajangan mewah hors d'oeuvres dan camilan lainnya, ditata secara mewah. Ia beralih pada para pelayan yang berlalu lalang menawarkan wine berkualitas dan cocktail nikmat.

Raysen melirik Neels sembari terus menanggapi relasinya. Dia meraih segelas wine saat pelayan lewat lalu memberikannya pada Neels tanpa menoleh dan Neels segera menerimanya.

"Selamat malam mr.Kyle." sapa seorang lelaki yang baru bergabung dan senyum Raysen merekah.

"Selamat malam mr.Tangsakyuen."

"Senang bisa melihatmu disini malam ini, bagaimana kabarmu sir?" ucap Frey.

"Jangan terlalu kaku teman lama..." sahut Raysen ramah dan Neels hanya diam memperhatikan. "Dan aku baik, terimakasih. Bagaimana dengan dirimu? Pesta cukup mewah, seperti biasanya." sanjung Raysen dan Frey terkekeh.

Frey mengangkat alis dengan tatapan tertuju pada Neels.

"Ah kenalkan tunanganku, Neels Natanius. Dan Neels, kenalkan dia Frey Tangsekyuen kolega sekaligus sahabatku semasa kuliah."

Neels menyipitkan mata saat Raysen menyebut kata "ku", kata yang cukup asing dan terdengar aneh baginya namun Neels sadar secepat kilat dan membalas uluran tangan Frey.

"Putra mr. Off Natanius?" tanya Frey dan Neels tersenyum mengangguk. "Akhirnya saya dapat berjumpa dengan anda... Anda cukup sulit ditemui diacara seperti ini." ucap Frey sedikit lirih untuk menggoda dan keduanya terkekeh.

"Senang bertemu dengan anda juga sir."

"No... Panggil Frey tanpa kata sir." Neels mengangguk dan mereka melepas tautan tangan masing-masing. "Ah Raysen... Aku ada projek bisnis potensial yang sepertinya bisa kita diskusikan." lanjut Frey mengangkat alis.

"Wah sepertinya memang sangat menguntungkan." sahut Raysen.

"Kita perlu mencari tempat yang lebih.... Ah disana." kata Frey menunjuk lokasi sedikit lengang didekat pilar.

"Saya akan pergi ke toilet." ucap Neels.

"Hati-hati." kata Raysen mengusap tangan Neels yang ada dilengannya.

"Kami akan menunggu anda disana." sambung Frey dan Neels mengangguk lalu melepas lingkaran tangannya dilengan Raysen.

Raysen dan Frey mulai melangkah ke tempat yang dipilih dan Neels kearah kamar mandi namun berhenti didekat meja disebrang Raysen.

"Bosen banget sialan." gumam Neels duduk disalah satu kursi yang sedikit berjarak dengan tamu yang lain.

Ia meraih wine dan menyesapnya sembari mengamati sekitar, dan tak berselang lama seorang pria menghampirinya.

"Selamat malam sir." sapa seseorang dan Neels menengok kesamping.

"Malam sir." Neels tersenyum mengangguk.

"Ponce Nestor, and you?" Ponce mengulurkan tangan dan Neels menerimanya.

"Neels Natanius."

"Ah putra mr.Off Natanius?" Neels mengangguk dan melepas jabatan tangannya. "Sendirian?"

"Tidak... Saya bersama tunangan saya." Neels menunjuk Raysen.

"Mr.Kyle?" Neels mengangguk. "Woah... Are you sure? Ini akan menjadi berita menggemparkan dimedia." ucap Ponce terkekeh. "Lalu kenapa anda tidak bergabung?"

"Sejujurnya saya tidak terlalu tertarik dengan dunia bisnis."

"Apa anda barusaja mengatakan seperti bisnis bukan passionku secara halus?" Neels terkekeh

"Anggap saja begitu." Ponce ikut terkekeh. "menarik... Lalu apa passionmu?"

"Drifting"

"Woah... Kau serius?" Ponce tertawa senang. "Saya tidak salah bertemu seseorang, ambil ini." Ponce memberikan kartu namanya dan Neels menerima lalu membacanya.

"Damnit... Kau pelatih di sirkuit balap?" Ponce mengangguk antusias.

"Kurasa balap dan drifting tidak berbeda jauh, hanya sedikit tekhnik berkendara yang membedakannya kan?"

"That's right." sahut Neels antusias dan keduanya tertawa.

Neels nampak bersemangat karena menemukan seseorang yang sesuai seleranya, mereka terus mengobrol dan sesekali tertawa sembari menikmati wine masing-masing.

Sedangkan Raysen terus menyisiri sekitar karena takut Neels menimbulkan masalah yang akan mempengaruhi reputasinya sembari menanggapi obrolan mengenai projek potensial bersama Frey.

Ia memicing saat melihat Neels mengobrol dengan seseorang dan urat-urat dipelipisnya sedikit menegang saat mengenali pria tersebut.

Waktu terus berlalu dan Raysen mulai mengakhiri obrolannya bersama Frey ketika melihat Neels mulai bergerak tak nyaman dari kejauhan.

Dia melangkah cepat menghampiri tunangannya dan segera menyambar lengannya untuk membuat Neels berdiri.

"Hei..." tegur Neels dengan suara yang mulai diseret dan Raysen hanya diam dengan tatapan tajam pada Ponce.

"Long time no see, mr.Kyle." ucap Ponce mengejek.

"Hmm... Saya permisi." ucap Raysen dan membawa Neels menjauh.

"Apa masalahmu sialan." gumam Neels dan Raysen mengeratkan cengkramannya saat Neels mulai sempoyongan.

"Kita pulang." tegas Raysen terus melangkah.

Mereka menyusuri lorong dan Raysen mulai tak sabar dengan cara Neels berjalan, tanpa sepatah katapun dia menggendong Neels ala bridal dan berjalan keluar dengan langkah lebar.

Dia segera mendudukkan Neels ke kursi penumpang yang sudah terparkir dihalaman lalu memutari mobil untuk duduk dikursi kemudi.

"Kau sangat merepotkan, little brat." gumam Raysen menengok pada Neels yang mulai kebingungan karena pening lalu segera melajukan mobilnya ke penthouse.





~°°~
Vote dan komen

Sudah? Terimakasih my ladies.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang