CHAPTER 04

4.1K 289 9
                                    

_selamat membaca_

Waktu terus berputar dan Raysen yang ketiduran di single sofa mengernyit ketika sinar fajar mulai menerobos pori-pori kelambu tipis dikamar tunangannya.

Tarikan napasnya cukup berat seolah menggambarkan beratnya hari-harinya setelah ini. Raysen kembali menatap kearah ranjang yang belum menunjukkan tanda-tanda kehidupan nyata, ia merogoh ponsel untuk menelpon asistennya.

"Yes sir... Est yang berbicara, ada yang bisa saya lakukan?"

"Aku akan sedikit terlambat, handle semuanya untukku jika aku belum tiba."

"Baik sir... Ada hal lain sir?"

Raysen masih terpaku kearah ranjang dengan banyaknya pertanyaan mengitari kepalanya.

"cari tau tentang Neels Natanius dalam waktu 15 menit."

"Baik sir..."

Raysen mematikan sambungan telepon dan memutar-mutar ponselnya sembari memejam bersandar di sofa. Dia merasa pening dijodohkan dengan seseorang yang dari penampilannya saja sudah bisa dipastikan sangat problematik.

Setelah beberapa saat menunggu, nada panggilan masuk terdengar. Dia merubah duduknya kembali tegap dan segera membungkamnya.

"Saya sudah mendapatkannya sir."

"Tell me..." tegas Raysen dan hening beberapa detik.

"Neels Natanius, mahasiswa semester akhir di University of Toronto." Raysen sedikit mengernyit lalu menyebikkan bibirnya kecil dengan sorot tertuju pada Neels yang masih tidur.

"Penampilan yang cukup berantakan untuk ukuran mahasiswa Toronto." cibir Raysen. "Lanjutkan."

"Menjadi ketua geng komunitas mobil, sering melalukan drifting dan balap liar sejak usianya 17 tahun dan memiliki beberapa catatan buruk di kepolisian." Raysen diam namun kepalanya mulai menerka-nerka.

"Criminal? robbet? killer?" tebak Raysen.

"Melanggar lalu lintas, merusak fasilitas umum dan tawuran." jelas Est.

"Oh my God..." ucap Raysen cepat dengan memijit pelipisnya. "How old is he? why is he still acting like a teenager?"

"23 tahun sir."

"What?!! 23 tahun dia masih bermain geng-gengan?" tanya Raysen memastikan.

"Begitulah informasi yang saya dapatkan, sir."

"Baiklah... Lanjutkan kesibukanmu."

Raysen mematikan sambungan telepon dan kembali memijit pelipisnya, menghela napas berat.

"Ada apa dengan anak muda jaman sekarang, bahkan aku sudah mulai membangun bisnisku saat usiaku 1 tahun di bawahnya." keluh Raysen memejam dengan suara kecil.

Dia mengalihkan pandangan saat mendengar pergerakan dari arah ranjang dan segera beranjak mendekat. Bersedekap dada.

Neels melenguh dengan mata memejam, meregangkan otot-ototnya sembari mendesis ketika kepalanya berdenyut akibat sisa alkohol semalam.

Dia membuka mata dan seketika melotot terkesiap sembari memundurkan tubuh saat melihat sosok pria gagah dihadapannya tanpa atasan.

Dia mengangkat kakinya lalu menyentuh paha Raysen dengan ujung jarinya, mendorongnya kecil.

"Bodyguard?" lirih Neels.

Raysen mengangkat satu alisnya lalu melemparkan kotak cincin ke ranjang.

"Pakai." nada perintah yang cukup dingin.

Neels menunduk, menatap kotak kecil didepannya dan mencoba mencerna apa yang terjadi semalam.

"Apa? Gue gak ngerti." tanya Neels kebingungan.

"Buka dan pakai."

Neels meraih dan membuka kotak didepannya lalu beralih pada pria didepannya yang sedang memamerkan jemari kekarnya. Dia menunduk, membandingkan dengan jemarinya sendiri.

"Apa?"

Neels benar-benar bingung, kesadarannya yang belum pulih sepenuhnya langsung dihadapkan dengan kejadian yang menurutnya sangat aneh, seperti mimpi.

"Pakai cincin tunangan kita." Neels melotot.

"Orang gila." ucap Neels menunjuk wajah Raysen.

"Periksa ponselmu dan kenakan itu." titah Raysen kembali melangkah kearah sofa.

Neels diam sejenak dan membuka handphonennya sesuai ucapan Raysen, dia melirik sekilas saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari daddynya lalu berganti membuka puluhan pesan belum dibaca.

Matanya bergerak dengan jarinya yang perlahan menggulir layar, tak lama matanya melebar dengan jantung berdetak cepat membaca beberapa pesan dari daddynya.

Matanya bergerak dengan jarinya yang perlahan menggulir layar, tak lama matanya melebar dengan jantung berdetak cepat membaca beberapa pesan dari daddynya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sesuai amanat yang om sampaikan, semua urusan perihal dirimu disini menjadi tanggung jawab saya sekarang. Jadi suka atau tidak, kamu harus mematuhi aturan saya tanpa terkecuali." suara Raysen memecah keheningan.

Neels memandang pria tampan dihadapannya dengan perasaan kesal namun juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tiba-tiba banget gitu?" ucap Neels mencoba tetap tenang.

"Semua sudah ditentukan dan jangan mencoba memberontak." tegas Raysen.

"Apa urusan lo ngatur-ngatur gue."

"Saya tunanganmu dan saya yang memegang kendali disini, semua yang bersangkutan denganmu berpindah menjadi tanggung jawab saya. Kuliah, pergaulan, tingkah lakumu dan semua biaya yang menyangkut dirimu ada dibawah otoriter saya. Jadi tetaplah patuh jika ingin semuanya lancar."

Neels bungkam dengan perasaan kesal, seorang kapten komunitas mobil yang cukup terkenal dikalangannya tiba-tiba menjadi boneka yang bergantung pada seutas benang ditangan pria dewasa dihadapannya.

"Pakai cincinmu." desak Raysen setelah beberapa saat diam.

Neels mendengus lalu terpaksa mengenakan cincinnya dengan tatapan permusuhan pada Raysen namun Raysen tidak terpengaruh sama sekali.

"Sok ngatur banget sialan." gerutu Neels.

"Saya tidak akan mengatur jika tidak ada wewenang untuk menjalankannya."

"Terserah lo deh..." Neels menyerah, hanya untuk saat ini.

"Setelah ini saya harap kamu cukup pandai untuk bersikap dan jangan membuat masalah yang menimbulkan kekacauan terutama untuk karier saya." ujar Raysen sembari berjalan ke pintu.

"Om-om sialan...." umpat Neels saat Raysen keluar dari kamar.




~°°~
Vote dan komen?

Sudah? Terimakasih my ladies.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang