CHAPTER 23

2.3K 187 3
                                    

_Selamat membaca_


Waktu menunjukkan pukul 21.45 dan Bentley hitam sedang melaju kencang membelah jalanan setelah pergi kesana kemari mengantarkan pemiliknya untuk menyelesaikan segala urusannya.

Raysen berhenti disebuah Bar yang lama tidak ia kunjungi. Dia mematikan mesin mobilnya sembari menelpon asistennya.

"Ya sir?"

"Temani saya minum di World Bar."

"Baik sir, saya akan segera kesana."

Raysen mematikan teleponnya dan segera turun memasuki Bar. Matanya mengedar liar, mengamati suasana Bar yang tidak berubah sama sekali lalu melangkah menuju counter Bar.

 Matanya mengedar liar, mengamati suasana Bar yang tidak berubah sama sekali lalu melangkah menuju counter Bar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat datang mr.Kyle." sapa Bartender dan Raysen tersenyum tipis.

"Seperti biasa." singkat Raysen duduk didepan meja Bar.

"Cognac Hennessy."

"Tepat sekali." jawab Raysen saat bartender mengingat salah satu minuman favoritnya.

Bartender mulai menyajikan pesanan Raysen dan pria tampan itu mengamati kelihaian pegawai Bar dengan sesekali mengalihkan pandangan ke sekitar.

"Pesanan anda mr.Kyle." Raysen menyenggut kecil.

"Terimakasih."

Raysen menumpukan sikunya dimeja lalu menenggak alkohol pesanannya, merasai pahit serta pedas dengan sedikit sentuhan manis menyapa lidahnya. Alunan santai musik jazz menambah kesan menenangkan bagi dirinya.

"Maaf saya terlambat sir." ucap Est yang baru datang.

"Tidak masalah." singkat Raysen kembali menenggak minumannya dan Est memperhatikan gelagat bossnya.

"Are you okay, sir?" Raysen mengangguk.

"Saya hanya lelah seharian meyakinkan mereka."

"Apa semua berjalan baik?" selidik Est sembari mengangkat telunjuknya sebagai isyarat memesan satu minuman pada bartender.

Raysen tersenyum simpul dan menenggak minumannya lagi.

"Tidak ada yang berjalan baik ditengah masalah seperti ini, tapi saya berhasil meyakinkan mereka." jelas Raysen dan Est hanya diam, merangkai kata dikepalanya untuk menanyakan sesuatu pada atasannya.

"Bagaimana dengan..." Est ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Neels?" sambung Raysen lalu menenggak minumannya hingga tandas dan Est menyenggut kecil. "Saya sudah membebaskannya tapi saya tidak tau akan seperti apa setelahnya."

"Anda akan mempertahan tuan Neels, sir?"

"Entahlah... jujur saya lelah dengan kelakuannya tapi saya merasa sedikit simpati setelah melihatnya berada didalam sel."

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang