CHAPTER 33

2.9K 230 21
                                    

_Selamat membaca_

Terhitung sudah tiga hari Raysen melakukan perjalanan bisnis dan Neels mulai kebosanan menjalankan aturannya, meninggalkan dunia malam dan diam dipenthouse seperti orang bodoh.

Hari ini Neels tidak ada kelas dan dia sedang duduk di ruang tamu sembari menggulir laman sosial media untuk mencari hiburan. Dia tersenyum tipis saat mendapat telepon dari Ponce dan tanpa pikir panjang segera mengangkatnya.

"Halo..." sapa Neels.

"Hai... Apa kabar? Lama gak ketemu.." Neels terkekeh kecil.

"Baik... Kamu apa kabar?"

"Kabar baik... Sibuk gak?"

"Ada apa?"

"Hari ini aku ada jadwal ngawasin talentku tapi gak ada temen ngobrol, mau nemenin?"

"Ha...? Aku boleh ikut?" tanya Neels antusias.

"Boleh dong, sekalian cobain arenanya."

"Emang boleh?"

"Boleh banget."

"Frey gimana?" terdengar kekehan kecil dari sebrang panggilan.

"Entahlah, dia gak ada kabar setelah pamit perjalanan bisnis sama suami kamu."

"Sama Rey?"

"Iya... Tapi it's okay, mungkin mereka sibuk mikir project. Jadi gimana?" tanya Ponce.

Neels diam sejenak, ada rasa kesal dan marah yang tiba-tiba menghampiri.

"Oke deh.... kebetulan aku pingin nyoba mobilnya Ray, aku yang jemput ya..."

"Hahahahaha oke oke... Aku tunggu, aku share lokasiku ya."

"Oke."

Neels mematikan teleponnya dan bergegas menuju basement, memilih Lamborghini Huracan dan meluncur ke alamat yang dikirim Ponce.

Dia melaju dengan kecepatan sedang, menyela beberapa kendaraan didepannya dan setelah beberapa menit dia sampai ditempat tujuan. Melihat Ponce menunggu didepan gerbang rumah besar.

"Lama ya?" tanya Neels setelah menurunkan jendela dan sedikit mengintip keluar.

"Aman." jawab Ponce membungkuk.

"Ayo masuk."

Ponce masuk dibagian penumpang dan Neels segera melaju.

"Dimana?"

"Center line."

"Center line?" ulang Neels antusias. "Itu stadion besar, kamu jadi coach disana?"

Ponce terkekeh dan mengangguk.

"Damn it...! You kidding me?" ucap Neels takjub dan Ponce terbahak dengan antusiasme Neels.

Setelan beberapa saat, mereka sampai di stadion dan Ponce mengarahkan Neels untuk melewati gerbang besar dan memarkirkan mobilnya di tepi arena.

Ponce menarik tangan Neels untuk menuju ruang monitor dan semua talent Ponce mulai memasuki Arena. Manik bulat Neels tidak berkedip melihat aksi para ahli secara langsung, tangan dan kakinya terasa kesemutan ingin segera mencoba arena tersebut.

"Setelah ini coba lah." mata Neels melebar sembari menahan senyum.

Akhirnya hal yang di impikan sedari kecil bisa dirasakan dengan bantuan kenalannya. Dia menatap Ponce yang nampak serius mengamati para talent, ada rasa menggelitik saat mengingat dia dan Ponce memiliki beberapa selera yang sama.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang