CHAPTER 47

7.3K 342 6
                                        

_Selamat membaca_

Neels melempar ponselnya ke atas ranjang dan berjalan menuju cermin besar disudut kamar sembari mengeringkan rambut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Neels melempar ponselnya ke atas ranjang dan berjalan menuju cermin besar disudut kamar sembari mengeringkan rambut.

Kedua sudut bibirnya tertarik tipis saat pintu kamar terbuka dan menampilkan Raysen yang telah rapi dengan setelan jas hitam dan sepiring pasta ditangannya.

"Aku udah hubungi calon coachku." kata Neels menghampiri suaminya.

"Oh ya...? Jadi kapan kita bisa bertemu?" tanyanya meletakkan sarapan Neels diatas meja kamar.

"Nanti malem." jawab Neels merapikan kerah jas Raysen.

"Baiklah... Aku akan pulang lebih awal hari ini."

"Emang paman gak sibuk?"

"Tidak ada kata sibuk untuk kesayanganku." ucapnya mengecup kening Neels dan Neels terkekeh.

"Sana berangkat."

"Morning kiss?" goda Raysen.

"Udah lewat hahahaha... sana berangkat." Raysen terkekeh mendengar tawa candu Neels.

"Baiklah... Jaga diri baik-baik, segera telpon aku jika membutuhkan sesuatu." katanya lalu menangkup pipi Neels, mengecup seluruh wajahnya bergantian.

"Umm... Udah sana..."

Raysen terkekeh lagi dan mulai beranjak keluar kamar seraya melambaikan tangan dan Neels membalasnya lalu duduk di sofa menatap sarapan buatan suaminya.

Dia menyantap sarapannya dengan tenang sembari menggulir laman sosial media miliknya, sesekali sudut bibirnya berkedut saat membayangkan keterkejutan Raysen mengetahui siapa yang akan menjadi coachnya nanti.

Dia menjalani hari-harinya seperti biasa. Menonton film, menyusuri laman sosisal media dan beberapa akun sparepart mobil yang digemarinya hingga tak terasa petang menyapa dan dia bersiap untuk pergi.

Neels menyusuri lorong sembari menelpon Raysen namun pria itu tak kunjung memberi respon meski hanya sekedar pesan singkat atau yang lainnya. Akhirnya Neels menyerah, dia pergi seorang diri dengan perasaan kesal.

Dan disisi lain, Ponce sedang mengamati monitor untuk memantau perkembangan para atlet balap yang akan maju ke pertandingan beberapa hari lagi. Posisinya duduk dengan bersedekap dada, kali ini hanya ada ekspresi serius di wajah tampannya.

Matanya melirik kearah meja saat ponselnya berdering. Dia meraihnya dan segera mengangkat telepon dari Frey.

"Yes babe..."

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang