CHAPTER 49

2.8K 171 22
                                    

_Selamat membaca_

Tiba di basement penthouse. Raysen mematikan mesin, melirik singkat pada spion tengah dan menemukan Neels duduk tegak bersedekap dada dengan wajah masam.

"Turun." tegas pria itu dengan tangan memegang handle, bersiap untuk keluar.

Raysen turun lebih dulu dan menunggu Neels diluar mobil namun lelaki cantik itu tak kunjung muncul. Dia mulai lagi.

Raysen menghela napas dan membuka pintu belakang, sedikit membungkukkan tubuh.

"Turun, kita bicarakan di penthouse."

Neels bergeming datar, bahkan kepalanya pun tak berniat menengok.

"Jangan menguji sabarku, aku lelah hari ini." suaranya santai namun cukup tegas.

Neels mendengus kesal, membuka pintu di sebrang dan membantingnya cukup keras lalu melangkah lebih dulu menuju lift. Raysen hanya mampu menggeleng dan menyusul bocah nakalnya.

Raysen mengulurkan kaki tatkala pintu hampir tertutup sepenuhnya, dia masuk dan Neels mundur, berdiri di pojok lift seperti bocah yang merajuk. Keheningan memekakkan ruang kecil yang tengah menuju ke lantai paling atas itu.

Mereka yang tadi pagi masih menempel dan bertukar kata menggoda kini berdiri memberi jarak yang di iringi kobaran ego masing-masing.

Denting nyaring terdengar dan Neels bergegas keluar memasuki penthouse di susul Raysen.

"Kamu pikir, kamu akan kemana hm?" tanya Raysen berhasil meraih pergelangan tangan Neels.

"Mau minum." ketus Neels menghempaskan tangan Raysen dan menuju dapur.

Pria dewasa itu mengikuti langkah pujaannya dan bersedekap dada menatap lelakinya yang sedang membuka lemari pendingin dan mengambil sekaleng soda.

Langkah tegas Raysen mendekati Neels untuk memperpendek jarak hingga tersisa satu langkah besarnya.

"Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak minum dengan orang lain Neels? Kamu lupa dengan sifat cerobohmu ketika mabuk?"

"Aku hanya minum segelas dan kamu datang." katanya dengan nada tak terima.

"Apa yang terjadi jika aku tidak datang? Kamu akan terus minum dengannya? Dan apa maksudmu menjadikan dia coachmu, ini kah alasanmu menolakku mencarikanmu coach lain?"

Neels memalingkan muka, menghindar ke samping dan Raysen mengikuti langkah Neels.

"Minggir."

"Selesaikan dulu."

"Semua udah jelas, gue yang salah dimata lo."

"Neels...!!"

"Apa? Lo yang ingkar paman, lo yang gak nanggepin telpon gue dan sekarang lo nyalahin gue??!!"

"Aku sedang meeting tadi." lirih Raysen kesal tapi juga merasa bersalah.

Neels memutar mata dan berniat melangkah namun Raysen menahannya, meraih pinggangnya dan memeluknya erat. Dia menghela napas berat dan menatap lelaki cantik.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang