_Selamat membaca_
Raysen membawa Neels memasuki gedung dengan jemari yang saling bertaut. Beberapa staff membungkuk hormat saat melewatinya dan billionaire itu menghentikan langkah lalu berbalik tubuh.
"Beritahu karyawan lain untuk tidak membungkuk lagi saat melewati saya."
"Baik sir." Sahut para karyawan penuh keraguan.
Raysen mengabaikannya, mengeratkan genggamannya pada Neels sebagai isyarat untuk kembali melangkah menuju lift khusus.
"Kenapa hm?" Tanya Raysen menahan senyum saat menyadari Neels terus menatapnya.
"Tumben paman gila hormat gak mau di hormati, paman gak sakit kan?" Raysen tertawa dan menggeleng kecil sembari memasuki lift.
"Sebelumnya aku memang berpikir semua pencapaian dan rasa hormat adalah hal penting diatas segalanya namun aku menyadari sesuatu setelah pertengkaran kita kemarin, aku merasa jika hal terpenting adalah bersamamu. Semua yang aku miliki tidak ada artinya saat kamu tidak disampingku."
"Bualan bapak-bapak memang terlalu berat di tangani." Celetuk Neels dengan pipi bersemu merah dan Raysen terbahak lantang.
"Bukankah itu terdengar cukup manis?" Ucapnya dengan seringai tipis dan Neels menggeleng.
"Terlalu usang."
Raysen tidak bisa menahan tawanya lagi, dia memeluk pinggang Neels dan menyandarkan dahi ke bahunya sembari tertawa lantang.
Pria itu mengatur napas untuk menghentikan tawanya. "Mohon maklumi suamimu sweetheart..."
"Ya... Ya... Aku akan selalu memaklumi bualanmu yang kuno itu paman, tenanglah." Kata Neels mendramatisasikan.
"Terimakasih sweetheart... Tapi aku sedikit puas, setidaknya ucapan kuno ini bisa membuat pipi seseorang bersemu merah."
"A-aku nggak..." Neels mengelak dan memberi dorongan kecil pada Raysen untuk keluar dari lift.
Raysen terkekeh gemas dan mengikuti Neels. "Apa ada yang tersipu disini?"
"Nggak."
"Really...?" Kata Raysen dengan nada menggoda.
"Stop teasing me." Neels menatap tajam kearah suaminya dan Raysen hanya bisa tertawa melihat Neels begitu menggemaskan.
Raysen membuka pintu ruangannya. "Aku ada meeting diruang pertemuan, ingin ikut?"
"Nggak, aku tunggu disini aja." Neels bergerak duduk disofa yang ada diruang suaminya.
"Kamu yakin? Meetingku akan lama."
"Ya ya... Pergi aja, aku bakal nyusul kalo bosen."
"Baiklah... Hubungi aku jika terjadi sesuatu." Ucap Raysen menangkup pipi Neels dan mengecupi seluruh wajahnya.
"Udaaah..." Neels memberontak membuat Raysen semakin gemas.
"Aku akan merindukanmu."
"Aku nggak."
Raysen mengangkat satu alisnya. "Hm?"
"Hahahahaha... I will miss you too."
"Pintar." Raysen mengecup kening Neels sekali lagi.
Pria itu melambaikan tangan dan pergi keluar ruangannya menuju ruang pertemuan. Baru beberapa detik terpisah Neels mulai merasa kekosongan karena ketidakhadiran Raysen di sisinya dan dia memutuskan untuk bermain ponsel.
Neels membuka instagram dan menelusuri feed sembari menunggu Raysen kembali dari meetingnya. Waktu terus berjalan, menit-menit terasa berjam-jam dan Neels mengalihkan perhatiannya dengan aliran konten yang tak ada habisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RODE || JOONGDUNK
FanfictionAREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahun, Neels. Dia memilih kehidupan bebas dan tidak mengenal penantian. Namum, tiba-tiba muncul pria wor...