CHAPTER 29🔞

8.9K 241 13
                                    

_Selamat membaca_

Hari mulai gelap dan Raysen masih duduk di ruangannya, menumpukan siku di sandaran kursi dengan jemari bertaut. Dia memejam, memikirkan apa yang harus di lakukan.

Dia lelah, ingin pulang dan beristirahat namun mengingat pernikahannya membuat billionaire tampan itu sedikit ragu. Terlebih kejadian malam panjang yang baru mereka lalui pasti menciptakan suasana semakin canggung.

Raysen meraih ponselnya dan memeriksa CCTV di penthouse. Dia mengernyit saat tidak menangkap kehadiran Neels disana, dia segera mencari nomor Neels dan menelponnya.

"Hmm..." sahut Neels setelah berdering cukup lama.

"Kamu tidak pulang ke penthouse?"

"Hmm..." Raysen mengangkat satu alisnya.

"Dimana kamu?" tanya Raysen tegas.

"Gue lagi nyetir."

Raysen melotot saat Neels mematikan teleponnya. Dia menyambar kunci mobil dan bergegas menuju mobilnya yang disimpan di basement.

Raysen melaju cukup kencang, yakin betul jika Neels sedang bertingkah lagi. Dia berulang kali menghela napas untuk meredap emosinya dan setelah beberapa menit, dia segera memarkirkan mobilnya lalu berlari untuk naik ke penthouse.

Raysen berjalan cepat memasuki penthouse, berlari kesana kemari mencari keberadaan suami nakalnya.

"Neels...!!" teriak Raysen mulai panik.

Raysen kembali menyusuri penthouse dan berniat keluar saat yakin Neels belum sampai. Dia menghentikan langkah melihat Neels memasuki penthouse dengan langkah lunglai dan dia menghampiri Neels, menatap datar dengan sorot marah namun juga lega.

"Apa yang kamu laku____"

Ucapan Raysen terhenti ketika Neels memeluknya. Jantungnya berdebar kencang saat mencium aroma alkohol dari suaminya.

"Kamu minum?" tanya Raysen datar.

Neels mengangkat kepalanya dan langsung melahap bibir Raysen dengan paksa. Raysen mencoba mendorongnya namun Neels menahannya.

"Ummh... Astaga kamu mulai lagi Neels..." ucap Raysen merasa jengah.

Neels merengek, melompat ke gendongan Raysen dan pria itu sedikit terhuyung saat menangkapnya.

"Kamu harus berendam." ucap Raysen lalu melotot saat Neels menangkup pipinya.

"Paman."

Raysen diam, menatap Neels yang nampak sayu dengan rona merah di pipi akibat mabuk.

"Paman." ulang Neels saat tidak mendapat jawaban dan pandangan Raysen beralih pada bibir Neels.

"Hmm..." sahutnya dengan suara berat.

Raysen melangkah ke sofa dengan Neels yang masih berada di gendongannya, duduk di sofa dan membiarkan Neels dipangkuannya.

"Can I...?" Raysen mengangkat satu alisnya saat Neels bertanya tak jelas.

"Apa maksud___"

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang