CHAPTER 19

2.4K 176 2
                                    

_Selamat membaca_


Ford Mustang melaju dengan kecepatan sedang dan dua orang didalamnya saling diam setelah kejadian yang tidak direncanakan tadi.

Ponce terus memperhatikan jalanan dan sesekali mencuri pandang pada Neels yang hanya diam menahan kesal. Pria tampan itu berdehem dan Neels segera menengok.

"Are you okay? Kayaknya ada yang punya suasana hati cukup buruk disini." kata Ponce melirik sekilas pada Neels dan Neels tersenyum tipis.

"I'm okay... Cuma agak kesel aja."

"Kalian sering bertengkar? Atau memang seperti itu komunikasi kalian?" selidik Ponce.

"Memang begitu cara komunikasi kita, tapi tolong percaya sama aku kalo aku gak pernah, ah nggak... Maksudku, aku jarang ngomong nada tinggi. Aku kayak gitu karena dia ngeselin aja."

Ponce menahan tawa saat Neels berusaha menjelasan pemicu sikap buruknya.

"Aku agak kaget denger kamu teriak." Ponce terkekeh. "Aku sempet deg-degan waktu denger suara baritonmu." goda Ponce mencairkan suasana dan Neels terkekeh.

"Tapi paman kolot gak takut tuh."

Ponce spontan tertawa mendengar julukan Raysen yang keluar dari mulut Neels hingga membuatnya sedikit mengurangi kecepatan mobilnya.

"Tunggu... Kamu manggil dia siapa?"

"Paman kolot?" jawab Neels dan Ponce kembali terbahak.

Tawa geli Ponce menular pada Neels hingga membuat lelaki cantik itu ikut terkekeh. Dia sedikit tidak menyangka jika julukannya pada Raysen bisa menyenangkan seseorang seperti ini.

"Oke-oke..." ucap Ponce setelah puas tertawa dan dia mengatur napas dengan sedikit kekehan yang tersisa. "Aku emang gak terlalu deket sama Raysen, hanya denger dari kabar-kabar sekitar aja dan ya... Aku rasa dia emang agak___"

"Kolot." sela Neels saat melihat Ponce akan tertawa lagi.

"Mungkin bisa diperhalus dengan kata berprinsip." ralat Ponce dan Neels tersenyum simpul.

"Kalo soal dia gak perlu diperhalus deh kayaknya."

"Hahahahaha aku mencium bau-bau kekesalan yang semakin membara." goda Ponce dan keduanya terkekeh. "Ini dia... Kita sampai dirumah besarmu." lanjut Ponce berhenti didepan gerbang sembari menekan klakson beberapa kali.

"Mampir?"

"Lain kali aja." Neels tersenyum.

"Kalo gitu terimakasih tumpangannya." kata Neels dan Ponce terkekeh memberi jempol untuknya.

Neels bergegas turun dan segera memasuki mansion menuju kamarnya. Dia menghempaskan tubuhnya ke ranjang sembari merentangkan tangan.

"Hah... Yang kuat Neels..." ucap Neels sambil merogoh ponselnya disaku celana.

Lelaki cantik itu mengernyit saat melihat notifikasi dari Raysen dan dia segera membukanya. Seringai kecil muncul diwajahnya saat membaca pesan singkat dari tunangannya.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang