CHAPTER 18

3.7K 216 15
                                    

_Selamat membaca_


2 hari kemudian.

Setelah kejadian memalukan tempo hari, baik Raysen maupun Neels tidak saling menghubungi. Mereka sama-sama diam mempertahankan ego masing-masing dan saat ini Neels bersama ketiga sahabatnya sedang bersantai di teras kafetaria yang berada tepat didepan kampus, mereka telah menyelesaikan kelasnya 30 menit yang lalu.

Onic berdehem dan tiga orang lainnya menoleh bersama membuat lelaki tampan itu memamerkan deretan gigi rapinya.

"Kenapa lo?" tanya Neels penuh selidik.

"Nggak. Itu... Emmm tumben lo gak ngeluh soal paman." kata Onic tersenyum kikuk dan Neels menyesap rokok eletriknya.

"Nggak, orangnya juga ngilang. Mana duit gue nipis tapi gue gengsi mau minta."

"Telpon bokap lo aja." Jorrel menimpali dan Neels hanya diam.

"Jangan bilang lo gak pernah telpon mereka?" selidik Mattew.

"Nggak."

Ketiga sahabat Neels melongo kaget mendengar jawaban santai dari sahabatnya. Mereka saling pandang, mencoba memproses informasi yang barusaja didapatkan.

"Kirim pesan? Kek say hai dad... Pa.. gitu?" tanya Onic.

"Nope."

"Dan mereka gak pernah hubungin lo?"

"Mereka sering nelpon cuman perbedaan waktu kita aja yang gak pas. Kadang mereka nelpon pas gue tidur atau kuliah."

Matteu dan Jorrel hanya diam mengamati interaksi kedua sahabatnya, mereka dibuat geleng-geleng kepala dengan sikap acuh tak acuh yang dimiliki Neels.

"Dan lo gak nelpon balik?" tanya Onic lagi.

"Nggak."

"Stres lo Neels." Jorrel buka suara.

"Lo gak kangen Neels sama orangtua lo? Jauh Neels, beda negara." ucap Onic tak habis pikir dengan kaptennya.

"Ya mau gimana, jamnya beda."

"Seenggaknya kirim pesan kek atau apa kek." protes Jorrel merasa kesal.

"Sumpah gue gak ngerti isi kepala lo Neels." sambung Matteu.

"Ya lagian mau ngomong apa sih? Paling juga nanya gimana kuliahnya."

Ketiga sahabatnya kembali menggelengkan kepala dengan ucapan Neels yang benar-benar diluar nalar.

"Trus lo mau gimana? Mau minjem duit gue?" Onic menawari.

"Nggak, gue mau jual jam tangan aja."

"Sialan, Neels... lo anak orang tajir woi, jangan berlagak kayak orangtua lo lagi bangkrut. Jangan kayak gitu, lo sebagai anak harus ngalah lah... Turunin gengsi lo demi liquid bro." omel Jorrel.

Matteu dan Onic menahan tawa mendengar ucapan Jorrel yang tidak ada bedanya, mereka pikir Jorrel akan menasihati Neels untuk menurunkan gengsi demi hubungan keluarga namun nyatanya hanya demi hal lain.

"Mending hubungin paman aja sih kata gue, lagian udah sayang-sayangan juga" goda Matteu dan kedua sahabatnya tertawa mengingat kejadian dua hari yang lalu sedangkan Neels menatapa tajam dengan wajah masam.

Tiba-tiba tawa mereka semakin samar saat sebuah mobil yang tidak asing berhenti diparkiran kafetaria. Neels menarik kedua sudut bibirnya saat mengenali siapa yang datang.

"Neels..." sapa Ponce mendekati Neels dan yang lain.

"Hai..." Neels tersenyum ramah.

"Aku gak sengaja lewat dan liat kalian, jadi puter balik."

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang