CHAPTER 09

3.4K 245 5
                                    

_Selamat membaca_

Suasana telah beralih dari ketenangan malam menuju hiruk pikuk hari baru. Matahari memulai perjalanannya melintasi cakrawala, menyinari sekeliling dengan cahaya cemerlang yang menghasilkan bayangan panjang menari-nari.

Pria jangkung 31 tahun itu telah siap dengan setelan licinnya untuk pergi bekerja, guratan lelah masih begitu nampak karena kurangnya istirahat. Ia mengancing lengan jasnya, mencengkram kedua sisi jas lalu memberi hentakan kecil untuk menyamankannya.

Dia melangkah keluar dengan irama pantofel yang seolah mewakili ketegasan sikapnya. Menuruni tangga dan disambut senyum manis Mix yang duduk diruang tengah bersama Earth.

"Mima kira bibi bohong kalau semalam kamu pulang kesini, sayang..." ujar Mix dan Raysen hanya tersenyum. "Kopimu." lanjutnya.

"Terimakasih mima..." Mix mengangguk.

"Ada apa?" tanya Earth mengamati ekspresi putranya.

Raysen yang sedang menghirup aroma kopi itu hanya menilik daddynya lalu menyesap minuman favoritnya dipagi hari.

"Ada yang ingin Ray bicarakan." ujar Raysen sembari meletakkan cangkirnya diatas coaster.

Earth mengangkat alisnya, melirik pada Mix lalu kembali pada putra semata wayangnya.

"Tell me, what is it?" sambut Earth mulai serius.

"Raysen tidak bisa melanjutkan perjodohan ini dad."

Earth dan Mix saling pandang, ada sedikit keterkejutan diwajah keduanya namun ketenangan mereka kembali dengan cepat.

"Ada apa sayang?" tanya Mix lembut sedangkan Earth bergerak memangku kaki dan menyalakan pemantik membakar cerutunya.

"Mima tau pasti apa alasan Ray. Kita terlalu berbeda mima... Raysen tidak bisa bersama dengan orang seperti dia, very toxic and egoistic person." ungkap Raysen dengan kilatan kekesalan namun masih cukup tenang.

"Perbedaan itu pasti ada sayang___"

"Tidak sadar jika dirimu juga egois?" sela Earth dan Mix menghentikan ucapannya.

"No... Raysen tidak egois, Ray sudah mencoba untuk mengalah, okay? Coba daddy bayangkan tengah malam di telpon polisi karena dia terlibat penganiayaan. Ray benar-benar tidak mengerti dimana pikirannya. Disaat semua orang beristirahat dari kelelahan setelah bekerja, dia justru bertingkah tanpa menggunakan akalnya."

"Dari caramu menjelaskan saja sudah menunjukkan dirimu egois nak." ucap Earth memcondongkan tubuh membuang abu bakarannya di asbak.

Earth menatap putranya dengan sorot menilai.

"Daddy tau pasti didalam jiwa pengontrolmu yang telah tumbuh sejak remaja itu menginginkan Neels patuh padamu dan menuruti semua ucapanmu. Egomu terluka karena dia memberontak seolah tidak takut dengan konsekuensi yang kamu berikan." sarkas Earth tak saring-saring.

"Tapi dad... dia sudah 23 tahun dan sikapnya masih seperti remaja. Tawuran, balapan seperti berandalan."

"Itu wajar nak... Dia masih muda, jangan samakan dengan dirimu yang mencintai duniamu sendiri sampai detik ini. Daddy tidak membelanya tapi pikirkan baik-baik, kamu sudah menginjak kepala tiga. Kamu butuh pendamping untuk berbagi segalanya, apa kamu pikir daddy dan mima terlihat harmonis sampai sekarang tidak memiliki konflik? Kami juga berkonflik nak tapi kami terus berusaha mengerti satu sama lain."

"Dia tidak mengerti Ray dad, hanya Ray yang mengerti dia." Earth terkekeh geli.

"Nak... Kalian baru beberapa hari bertunangan dan kamu berbicara seperti sudah bertahun-tahun bersama. Santai saja, jalani lebih dulu dan disini kamu yang lebih dewasa jadi bersabarlah lebih lama lagi."

Raysen diam, jiwa dominannya yang membara tidak terima dengan saran daddynya namun dia menahan diri dan memilih bungkam.

"Daddy tau betul kamu sangat menjunjung reputasimu dan pikirkan jika kamu menyerah di awal seperti ini, kamu akan merusak reputasimu sendiri didepan orangtua Neels. Paman Off sudah memberitahumu tentang Neels dan kamu tetap menyetujuinya berarti kamu harus menerima konsekuensinya. Yah... anggap saja ini bisnis. Bisnis mempertahankan reputasi yang kamu dewakan itu."

Raysen menghela napas dan beranjak dari duduknya sembari merapikan jasnya.

"Raysen akan mencobanya sekali lagi tapi jika Ray tidak sanggup, Ray akan benar-benar menyerah. Ray lebih senang dengan tumpukan kertas ber-uang itu daripada dengannya." Raysen menghampiri Mix. "Ray berangkat mima." lanjutnya sembari memeluk Mix lalu Earth.

"Hati-hati sayang." Raysen mengangguk dan mulai melangkah. "Dad..." lanjutnya beralih menegur Earth dengan suara lirih dan Earth menahan tawa.

"Biarkan saja. Biarkan dia mengeksplore perasaannya sendiri, hatinya terlalu asing dan aku tidak ingin anakku menjadi bujang tua." jawab Earth terkekeh.

Mix tersenyum sembari menggeleng, paham betul jika Earth tidak benar-benar menanggapi Raysen dengan serius. Hanya mengikuti sikap Raysen yang memang begitu kaku jika menyangkut urusan perasaan.

1 Jam kemudian.

Raysen sampai dikantornya dan dia segera turun dari mobil, melangkah kearah lift khusus di basement yang langsung menuju lantai dimana ruangannya berada.

Didalam lift dia terus memikirkan ucapan daddynya sembari menilik arloji mahal yang bertengger gagah. Sikap dominannya benar-benar membuntukan akalnya dan membuat Billionaire tampan itu tetap berpegang pada prinsipnya.

Raysen keluar dari lift, menyusuri lorong yang disambut sapaan dari asisten Est. Dia mengabaikannya dan terus melangkah lalu mengetuk pintu ruangan asistennya.

"Ya sir." ucap Est setelah membuka pintu.

"Ke ruangan saya." Est mengangguk dan mengikuti Raysen.

Raysen duduk dikursi kebesarannya dan Est duduk tepat disebrang meja.

"Kau sudah mendapatkannya?" tanya Raysen langsung ke intinya.

"Sudah sir."

"Jadi...?"

"Semalam tuan Neels pergi ke arena wild drifting sendirian dan terlibat perkelahian dengan dua pemuda yang juga menjadi rival club mobilnya." Raysen mengangkat satu alisnya.

"Jadi tawuran antar geng?"

"Yang saya dengar tuan Neels membalas dendam karena persekongkolan yang membuatnya kecelakaan seminggu yang lalu sir."

"Dan dia memukul wanita?" Est mengangguk.

"Adu mulut berujung perkelahian dan bertepatan dengan polisi yang sedang berpatroli."

"Oh God..." geram Raysen dengan emosi yang kembali mendidih. "Ada lagi?"

"Hanya itu yang saya dapatkan sir." Raysen menyenggut pasrah.

"Kau boleh keluar." putusnya lalu memijit pangkal hidungnya.

Dia menghela napas berat, hidupnya yang tentram kini berantakan karena bocah nakal yang barusaja ia miliki.







~°°~
Vote dan komen

Sudah? Terimakasih my ladies.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang