CHAPTER 16

2.8K 193 4
                                    

_Selamat membaca_

Lepas dari hari dimana Raysen melihat Neels bersama Ponce dan sepasang tunangan itu belum bertemu kembali. Raysen sibuk dengan pekerjaannya dan Neels memang tidak menghubunginya.

Dan kini pemuda yang menjadi kapten komunitas drifting itu sedang bersandar di body mobil sahabatnya. Dia membawa Ponce bersamanya.

Dikanan kirinya telah berjajar mobil dan para anggota Orion, berniat menyanggupi tantangan komunitas lain yang ada disebrang mereka.

Dua mobil Ford Mustang terparkir diantara mereka dan Neels melangkah gontai memasuki arena.

"Apa kali ini?" tanya Neels menyesap rokoknya lalu menginjak ujungnya setelah dijatuhkan.

"Lo punya berapa?" tanya lawan Neels.

"Ya lo mampunya berapa bangsat?" tanya Neels yang mulai tidak sabar.

"Santai dude..." lawan Neels terkekeh mengejek. "350 juta." lanjutnya.

Neels menengok ke belakang dan para anggotanya menggerakkan telapak tangan keatas sebagai isyarat up.

"700 juta or never."

Lawan Neels nampak terkejut, dia menengok ke belakang lalu kembali ke Neels.

"DEAL."

Neels menyeringai puas, keduanya segera masuk ke mobil masing-masing dan Neels menggunakan mobil milik Ponce. Ia menepi lebih dulu sebelum melakulan battle.

Atraksi dimulai, Neels menatap lurus dari dalam mobil saat melihat lawannya nampak lihai bermain kendali ditengah arena. Tatapannya tajam seolah sedang mempelajari tekhnik apa yang digunakan lawannya.

Sorak dan tepuk tangan memenuhi arena dan Neels menyeringai ketika gilirannya tiba. Pemuda itu duduk dibelakang kemudi dan mesinnya menderu-deru saat dia menghidupkannya.

Neels menginjak pedal gasnya maju ke tengah arena, ban berdecit saat dia mulai memutar kemudi dan mobil meluncur ke samping membuat pengendaranya tersenyum kecil.

Dia kembali meluncurkan mobilnya dengan bermanuver layaknya menikung tajam. Lelaki cantik itu melirik kaca spion, melihat tatapan kagum dari para penonton. Dia kembali berbelok tajam membuatnya berputar dalam lingkaran sempurna dan menghentikan mobilnya saat kembali mendapati kendali.

Neels keluar dan tertawa puas saat mengetahui jika dia melakukan aksi yang dapat memuaskan andrenalin para pencari sensasi. Tepuk tangan dan sorak namanya kembali membasahi dahaga egonya dan Ponce bersama para anggota Orion menghampirinya, menawarkan tos dan tinju kearah Neels.

"Gila... Selalu gila kek biasanya." Neels tertawa bangga mendengar pujian Jorrel.

"Kapten gue..." kata Onic merangkul bahu Neels dan mereka terkekeh.

"Selalu yang terbaik ma men..." ucap Matteu menawarkan tinjunya dan Neels membalasnya.

"Penampilan yang gila..." ucap Ponce terkagum-kagum sembari bertepuk tangan ringan.

"Hanya pertunjukan kecil." balas Neels tersenyum senang.

Dan ditengah acara itu, mereka terganggu dengan kedipan lampu tajam yang berasal dari atap rubicon hitam. Semua orang menatap ke satu arah dan bertanya-tanya siapa pemilik sorot terang yang mengganggu itu.

"Untuk saudara Neels Natanius dimohon kembali ke mansion."

Suara toa yang berasal dari dalam rubicon itu menggema diseluruh arena dan seketika pandangan tertuju pada Neels.

"Sekali lagi untuk Neels sayang segera kembali ke mansion dengan saya."

Suara toa kembali terdengar dan pemiliknya turun dari mobil dengan memposisikan toa tepat didepan mulutnya.

"Ayo pulang sayang..."

Ucap Raysen lagi dan Neels mengepalkan kedua tangannya dengan napas cepat menahan emosi. Wajahnya memerah kepalang malu melihat kelakuan tunangannya yang benar-benar membuatnya kesal.

"Paman kolot Neels." bisik Jorrel menyondongkan tubuh kearah Neels.

"Are you okay?" tanya Ponce melihat Neels hanya diam.

"Urus sisanya Nic." perintah Neels dan Onic mengacungkan jempol. "Pulang." kata Neels menepuk bahu Ponce dan Ponce mengangguk, bergegas masuk dibelakang kemudi disusul Neels.

Tatapan datar Raysen mengikuti arah gerak tunangannya dan dia tetap diam ditempat saat mobil Ponce melaju membawa Neels pergi. Dia menatap segerombolan anggota Neels dan mereka seketika mengalihkan pandangan.

Raysen kembali memasuki mobil dan pergi meninggalkan arena. Ada sedikit rasa kesal saat melihat Ponce lagi-lagi mendekati orang yang ada disekelilingnya namun dia tidak terlalu ambil pusing.

Pria tampan itu sampai ditempat huninya dan dia bergegas menuju lantai teratas untuk menemui Est yang menunggunya kembali setelah memberi informasi keberadaan Neels.

Dia melangkah ke area penthouse dan melihat Est duduk tenang diruang tamu sembari bermain ponsel.

"Ikut saya."

Est segera beranjak mengikuti Raysen ke ruang minum dan menempatkan diri duduk disebrang, melihat bossnya sedang menuangkan vodka ke dalam gelas.

"Anda sudah menemukan tuan Neels, sir?" tanya Est meraih gelas dihadapannya.

"Sudah, dia bersama bajingan itu."

"Maksud anda mr.Nestor?"

Raysen menatap tajam kearah Est saat terang-terangan menyebut marga rivalnya dan Est tersenyum kikuk.

"Saya juga melihat mereka bersama di Bar kemarin." lanjut Raysen menyesap air pusing.

"Itu berarti mereka memiliki hubungan dekat? Tapi bagaimana mereka bisa kenal sir?"

"Kurasa saat pesta tempo hari." Est menyenggut kecil.

"Tapi anda berhasil membujuk tuan Neels kan sir?" Raysen menenggak minumannya lagi sembari melirik Est.

"Sepertinya dia marah denganku, dia pulang bersama..." Raysen menggantung ucapannya dan Est langsung paham.

"Bagaimana bisa sir? Apa anda menyinggung tuan Neels?"

"Tidak... Kali ini saya cukup lembut padanya sesuai saranmu. Bahkan saya memanggilnya sayang menggunakan toa."

Est tersedak ludahnya sendiri hingga terbatuk-batuk setelah mendengar pengakuan atasannya.

"Kenapa kau ini?" tanya Raysen dan Est menggeleng. Dia ingin tertawa namun takut keselamatannya terancam.

"Saya hanya sedikit kaget dengan cara anda yang.... unik sir. Dan sepertinya anda harus mengambil langkah lebih tegas lagi, saya khawatir jika kejadian beberapa tahun lalu akan terulang kembali dan itu akan mempengaruhi reputasi anda yang semakin terang saat ini."

Raysen berpikir sembari menggoyangkan gelas. Rahangnya menegang saat mengingat bagaimana Ponce membuat dia merasa begitu menyedihkan di pemberitaan media beberapa tahun lalu.

"Ku rasa itu benar, aku harus mengambil langkah tegas."

"Iya sir... Meskipun belum ada perasaan tapi setidaknya reputasi yang anda junjung tinggi harus tetap aman." Raysen mengangguk lalu menenggak vodka ditangannya.

"Kau benar... Aku akan membuat keputusan tegas untuk menjaga reputasiku, aku tidak akan membiarkan Neels bertindak seenaknya yang akan menghancurkan citra yang susah payah ku pulihkan bertahun-tahun."

"Saya akan selalu mendukung langkah anda sir... Saya yakin tuan Neels akan luluh saat anda menunjukkan sikap dominan anda yang sebenarnya."

Raysen tersenyum simpul dan kembali menenggak minuman digenggaman dengan rencana yang sudah ada dikepala.

~°°~
Vote dan komen?

Sudah? Terimakasih my ladies.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang