CHAPTER 75

2.2K 170 8
                                    

_Selamat membaca_

Beberapa bulan kemudian.

Raysen telah melewati minggu demi minggu masa kehamilan Neels yang seringkali membuat pening pun panik dengan permintaannya.

Dan kali ini dia dihadapkan dengan rengekan Neels yang menginginkan bermain drift. Hobi Neels yang sangat berbahaya untuk bayinya.

Ini pertama kalinya pria itu mengabaikan permintaan kesayangannya dan lelaki cantik terus melingkari lengan suaminya yang sedang mengotak-atik keyboard Macbooknya.

"Daddy...."

"No..." Sahut Raysen tanpa mengalihkan pandangannya.

"The baby wants it."

"I don't want it."

"Daddy..."

Raysen menghela napas, meninggalkan layar Macbooknya dan sedikit bergeser menghadap Neels.

"Itu berbahaya sweetheart... Tolong mengertilah."

"Aku belum menyelesaikan ucapanku tadi."

Raysen terdiam, perasaan tak nyaman mulai menghampirinya, pikiran buruk tiba-tiba menyergapnya.

"Jangan katakan jika____"

"Yes... Bayinya ingin daddy yang melakukannya."

"No____"

"For the baby." Neels memasang puppy eyes dan Raysen menarik napas panjang. Neels paham betul kelemahannya.

"Kalau begitu ganti bajumu, aku tidak ingin melihatmu mengenakan celana kurang bahan seperti ini."

"Thank you..." Sahutnya antusias sembari memeluk Raysen dan Raysen mengusap kepala belakangnya.

Neels memisahkan diri dan bergegas menuju kamar sedangkan Raysen bersandar pasrah ke sofa. Dia tidak pernah menyangka jika tingkah ajaib Neels akan menurun pada bayinya yang bahkan belum lahir ke dunia.

Dia memejam lalu terkekeh geli membayangkan akan menghadapi dua bayi ajaib yang siap membuatnya pening sepanjang hari. Dadanya mengembang karena bahagia memikirkan sikap kakunya akan melebur sepenuhnya saat menuruti permintaan mereka.

"Sayang... Kamu depresi?" Tanya Neels melihat Raysen tersenyum sembari memejam.

Raysen membuka mata dan bangkit dari duduknya.

"Mari pergi."

"Kamu depresi?" Neels mengulangi pertanyaannya dan Raysen tertawa.

"Apa maksud pertanyaanmu hm?" Tanyanya lalu tertawa lagi.

"Kamu tersenyum sendirian."

"Hahahaha... Sepertinya aku memang mulai depresi, mari pergi sebelum aku menjadi gila." Sahut Raysen dan Neels mengangguk tersenyum.

Mereka pergi ke lift yang ada dipojok penthouse dan langsung turun ke basement. Raysen mengajak Neels menuju rubiconnya dan membuka pintu penumpang.

Setelah Neels masuk, dia segera memutari mobil dan duduk dibelakang kemudi lalu melaju ke sirkuit tempat kursus Neels.

Perjalanan di penuhi obrolan menyenangkan dengan menciptakan olok-olokan lucu tentang seberapa ajaibnya anak mereka nanti hingga tak terasa mereka telah sampai di sirkuit.

Tanpa berlama-lama mereka segera memasuki area depan sirkuit untuk menemui Ponce. Mereka berpapasan dengan satpam dan Raysen mengutarakan maksud kedatangannya.

Pihak keamanan yang paham segera mengantarkan Raysen dan Neels untuk pergi ke ruang monitor.

Tok tok tok

Tak lama pintu terbuka dan Ponce membelalakkan mata melihat siapa yang ada dibalik pintu.

"Hey... Kenapa tidak mengabariku? Ayo masuk." Sambut Ponce.

Raysen dan Neels segera masuk setelah pihak keamanan sirkuit meninggalkan mereka dan ternyata didalam ruangan ada Frey yang duduk tenang memangku Macbook.

Frey menengadah dan segera merapikan barang-barangnya.

"Aku akan pergi." Ucap Frey dan semua kebingungan.

"Mau kemana?" Tanya Neels dan Frey membeku, menatap lelaki cantik itu.

"Aku... Aku akan pergi sebentar, aku takut kamu tidak nyaman."

"Aku tidak keberatan." Frey tersenyum kikuk lalu menyenggut kecil.

"Okay... Jadi? Apa yang mengantarkan kalian kemari?" Ponce mencoba mencairkan suasana.

"Ah ya... Aku mau suamiku main drift atau menjadi penumpangmu."

"Kau yakin Neels? Dia tidak ada___"

"Biarkan aku menjadi penumpang, ya... Setidaknya itu lebih aman." Sela Raysen.

"Kau yakin Ray? Ini tidak..."

"Aku yakin. Jika aku yang mengemudi, aku takut mobilnya akan terbalik."

Ponce menahan senyum. "Baiklah... Mari kita pergi ke sirkuit."

Semua mengangguk dan pergi bersama ke area sirkuit. Neels dan Frey menunggu di tepi trek sedangkan Frey segera mengajak Raysen menuju salah satu mobil yang ada disana.

"Coach..." Panggil Boss dari kejauhan dan Ponce mengangkat tangan.

Pria itu menghampiri mereka, Boss tersenyum tipis pada Raysen dan Raysen hanya menyenggut kecil.

"Coach akan latihan?"

"Ya... Mengajaknya bermain karena permintaan Neels yang sedang hamil."

Boss beralih pada Raysen dan tersenyum lebar. "Dia hamil? Selamat... Aku turut bahagia."

Konflik yang sempat terjadi membuat situasi sedikit canggung namun Boss berusaha untuk mengikisnya.

"Terimakasih." Raysen tersenyum.

"Ingin bergabung?" Tanya Ponce pada Boss.

"Tentu, jika coach mengizinkan." Ponce mengangguk dan mereka berjalan menuju mobil.

Ponce duduk di kursi kemudi sedangkan Raysen di kursi penumpang dan Boss di kursi belakang. Dia mulai menyalakan mesin dan seketika deruman knalpot gahar menyapa pendengaran mereka.

"It's okay dude... Just rilex." Kata Boss saat melihat Raysen tersentak kaget.

"Siap?"

"Go coach..." Seru Boss.

Ponce mulai melaju, mengarahkan kendaraannya ke lintasan balap yang berkelok-kelok dengan tikungan tajam dan jalan lurus yang panjang.

Sedangkan Neels dan Frey terpingkal-pingkal tatkala samar-samar mendengar teriakan Raysen yang menghibur mereka.

"Aku tidak yakin ini kemauan babynya." Frey menatap Neels dan Neels menengok seraya menghentikan tawanya.

"Aku ingin mematahkan besi."

Frey tertawa. "Aku salut kamu bisa meluluhkannya." Frey diam sejenak, melirik perut Neels. "Boleh menyentuhnya?"

"Tentu."

Frey tersenyum. Dia menyentuh perut Neels dan mengusapnya lembut.

"Boy or girl?"

"Aku belum tau, aku tidak ingin memeriksa jenis kelaminnya." Neels terkekeh. "Aku ingin itu menjadi kejutan yang mendebarkan."

"Semoga persalinanmu lancar."

"Terimakasih..." Neels tersenyum.

Perhatian mereka teralih saat mendengar teriakan Raysen dan mereka kembali tertawa geli.



~°°~
Vote dan komen.

Sudah? Terimakasih my ladies.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang