CHAPTER 58

2.3K 176 63
                                    

_Selamat membaca_


Cinta salah- cover Feby Putri

Raysen kembali ke penthouse setelah menyelesaikan semua pekerjaannya. Rasa lelah yang menjalar ke seluruh tubuh seolah tidak dirasa saat mengingat Neels.

"Sweetheart..." panggilnya memasuki kamar.

Pria tampan itu kebingungan saat menyadari tidak ada siapapun disana. Dia kembali keluar, mengitari seluruh penthouse yang memang kosong.

"Where are you little brat...?" tanyanya sedikit lantang namun tak ada siapapun yang menyahut.

Raysen kembali ke kamar dan menghentikan langkah saat merasa ponselnya terus bergetar. Dia mengangkat alis tatkala melihat Mix menghubunginya dan dia segera menanggapinya.

"Yes mima..."

"Are you okay Ray..?" Raysen mengerutkan alis.

"I'm okay... Why?"

"Mima mohon selesaikan dengan kepala dingin. Jangan membuat keputusan yang akan kamu sesali." tutur Mix yang sangat hafal dengan sifat Raysen.

"Apa maksudnya."

"Setelah ini periksa ponselmu, tapi mima mohon bicarakan dengan baik-baik."

"Okay." sahut Raysen yang tidak mengerti ucapan mimanya.

"Baiklah... Mima matikan teleponnya."

Sambungan telepon berakhir namun ponsel Raysen tidak berhenti bergetar, dia segera memeriksa panel-panel yang memenuhi notifikasinya dan seketika terbelalak dengan dada sesak saat melihat berita terhangat dimedia.

Sambungan telepon berakhir namun ponsel Raysen tidak berhenti bergetar, dia segera memeriksa panel-panel yang memenuhi notifikasinya dan seketika terbelalak dengan dada sesak saat melihat berita terhangat dimedia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Raysen duduk diruang tamu dengan kedua sikunya bertumpu pada paha yang terbuka lebar. Dadanya terasa ditumbuk berton-ton batu bata setelah melihat berita tentang Neels.

Seketika emosinya meninggi, napasnya sesak bahkan sedikit sulit hanya untuk menghirup udara disekitarnya.

Mata Raysen memerah, dia menunduk dan menangis dalam diam dengan punggung bergetar. Pria itu tidak menyangka jika orang yang begitu dicintai berani bermain curang dibelakangnya.

Putaran waktu terasa begitu lambat saat menunggu Neels kembali, dia ingin menyelesaikan masalahnya. Menanyakan apapun yang memenuhi kepalanya.

Setelah 30 menit, Neels kembali dan Raysen mengangkat kepala dengan tatapan nyalang.

"Masih berani pulang?" pertanyaan dingin datar keluar dari mulut Raysen. Emosinya telah menguasai sepenuhnya.

Neels menghentikan langkah, menatap Raysen yang nampak menahan amarah.

Pria tampan itu berdiri, menatap Neels dari atas ke bawah dan kembali ke wajah cantiknya yang nampak pucat dengan mata merah sedangkan Neels hanya diam saat menangkap sorot tajam yang sudah lama tidak ia lihat.

"Kurang baik apa aku padamu Neels Natanius?"

Neels diam, tidak mengerti apa yang menyulut emosi Raysen.

"Maaf aku tidak pamit." kata Neels serak.

Tidak ada nada membantah darinya, dia merasa lelah setelah menangis.

Raysen memainkan ponselnya lalu dengan kasar meletakkannya diatas meja.

"Luar biasa sekali tingkahmu." ejek Raysen.

Neels maju, meraih ponsel suaminya dan melotot saat membaca thumbnail.

"Bukan___" Neels menggeleng kecil.

"Bukan kamu?" sela Raysen dan Neels diam.

"Aku tidak tau dimana akalmu sampai kau memilih pria yang gagal mempertahankan pernikahannya. Dari awal aku sudah cukup sabar denganmu, TAPI KAU TETAP TIDAK TAU DIRI...!!!"

Neels tersentak tatkala nada Raysen meninggi. Dia ingin membantah berita itu namun lidahnya terasa kelu dan tubuhnya masih begitu lemah untuk membalas ucapan suaminya.

"KAU PIKIR AKU TIDAK MENGAWASIMU...?! ORANG BODOH MANA YANG MENCERITAKAN SELINGKUHANNYA DIDEPAN SUAMINYA, ORANG TOLOL MANA YANG MENGAJAK SUAMINYA MENONTON KOMPETISI SELINGKUHANNYA JIKA BUKAN KAU...!!!"

Neels menggigit bibir bawahnya, dia tidak menemukan sepatah katapun untuk menanggapi teriakan Raysen.

"Aku lelah bekerja untukmu, memberimu kehidupan layak, menuruti semua keinginanmu, rela menjadi pria bodoh dan KAU MERUSAK SEMUANYA. REPUTASIKU, HUBUNGAN KITA DAN HARGA DIRIMU DIMATAKU." 

Neels memejam mendengar cemoohan Raysen padanya. Nyali yang dulunya membara seketika menghilang entah kemana.

"Aku kira orangtuamu salah memandangmu, mereka menilaimu pembuat onar dan tidak ada yang dapat dibanggakan tapi aku terus mengelaknya. Aku berpikir tidak masalah dengan semua tingkah sialanmu itu, setidaknya kamu memiliki kesetiaan untukku." 

Raysen menajamkan tatapannya. "Tapi aku salah dan mereka benar. Tidak ada yang bisa dibanggakan darimu dan aku menyesal menikahi seseorang yang tidak bisa menjaga dirinya untukku."

Mata Neels melebar mendengar ucapan tajam Raysen, dadanya sesak dan airmata yang ditahan sedari tadi mulai mengalir. 

"Aku sudah memberitahumu jika aku tidak ingin gagal dalam pernikahan tapi sepertinya kau tidak tau makna kesetiaan."

Raysen diam sejenak, amarahnya semakin menjadi saat Neels tidak membantah ataupun mencoba menjelaskan sesuatu padanya.

"Kemasi barang-barangmu dan aku akan mengantarmu ke mansion mr.Natanius. Kamu cukup duduk diam dengan selingkuhanmu dan biarkan aku mengurus dokumen perpisahan kita, mari bercerai." putus Raysen tanpa ragu.

Neels menggeleng kecil dengan airmata yang semakin deras.

"Pam___"

"JANGAN MENGATAKAN APAPUN...!!! PENGKHIANAT SEPERTIMU TIDAK BERHAK MENGGUNAKAN LIDAHNYA. KEMASI PAKAIANMU DAN KITA BERPISAH."

Kalimat yang terulang menjadi hantaman keras untuk Neels, dia menarik napas putus-putus. Segala kata menghilang dari benaknya.

Neels tertunduk pasrah, melangkah lemah menuju kamar dan mengeluarkan semua pakaiannya, merapikannya sembari menangis tersedu-sedu.

Sesuatu yang ditakutinya datang tanpa persiapan dan dia kembali hilang arah tanpa pegangan, merasa bingung dengan apa yang akan dilakukan tanpa Raysen. Namun semua telah terjadi dan saat ini yang bisa dilakukan hanya pasrah dengan keadaan.

Lelaki cantik itu telah selesai dan menyeret kopernya keluar kamar sedangkan Raysen bergegas bangkit saat menyadari kehadiran Neels.

Mereka melangkah berjarak menuju basement dan segera memasuki Bentley hitam menuju mansion orangtua Neels.

Tidak ada perbincangan diantara mereka. Neels hanya menangis diam menatap keluar jendela sedangkan Raysen fokus ke jalanan dan melaju dengan kecepatan tinggi seolah tidak sudi berlama-lama berada satu mobil dengan Neels.

Setelah beberapa menit, Raysen menghentikan mobilnya didepan mansion megah milik keluarga Natanius dan keluar untuk menurunkan koper Neels.

"Tidak perlu menemuiku lagi." ucapnya saat Neels turun dari mobil, nadanya terdengar begitu dingin.

Raysen memutari mobil dan melaju meninggalkan Neels yang masih berdiri diam dihalaman mansion dengan airmata yang membanjiri pipinya.


~°°~
Vote dan komen.

Sudah? Terimakasih my ladies.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang