CHAPTER 48

2.3K 173 9
                                    

_Selamat membaca_

"Sepertinya kamu sangat nyaman dengan Neels." tuding Frey.

Dia bangkit dari pangkuan Ponce dan duduk disebrangnya. Tatapan sinisnya tak lepas dari Ponce sembari menuangkan alkohol dan menenggaknya.

"Sayang..."

"Berhenti memanggilku seperti itu."

"Please listen to me, I can explain it." kata Ponce.

Dia berniat bangkit namun Frey menunjuknya, membuat pria itu kembali duduk.

"Sedari pagi kamu memaksaku ikut ke bar dan mengajak laki-laki lain saat aku tidak bisa datang, begitu?"

"Babe..."

"Sudah berapa kali kamu seperti ini? Apa ini yang kamu lakukan selama aku sibuk dengan pekerjaanku?" tuntut Frey dengan sorot kecewa dan Ponce menghela napas.

"Bisakah kita pulang dan membicarakannya dirumah?"

"Memangnya kenapa jika kita membicarakannya disini? Kamu malu karena kepergok selingkuh? Kamu malu orang-orang menatap aneh padamu?"

"Demi Tuhan aku tidak selingkuh, aku dan Neels hanya berbicara seputar pekerjaanku dan hobinya___"

"Jadi maksudmu, kalian saling bertukar cerita atas minat yang sama begitu?"

"Bisakah kamu berpikir jernih Frey? Demi Tuhan aku kewalahan saat sifat overthinkingmu mulai lagi."

"Kamu keberatan dengan sifatku ini setelah kamu menemukan Neels yang lebih seru dariku?"

"Apa yang kamu bicarakan Frey... Bukankah aku sudah memintamu untuk mendengar penjelasanku?"

Frey mengatur napasnya yang memburu karena emosi dan menenggak alkohol sembari memejam.

"Explain to me." tegas Frey membuka mata dan Ponce menghela napas sebelum memulainya.

"Tadi pagi saat kamu mandi, Neels mengirimiku pesan dan mengajakku bertemu untuk membahas sesuatu. Dia memintaku untuk mengajakmu dan ku pikir dia akan membawa Raysen bersamanya. Tapi saat aku sampai disini, ternyata dia sendirian. Setelah itu kami hanya mengobrol sebentar tentang drift dan kalian datang."

Frey menenggak minumannya lagi dan bangkit dari duduknya. Ponce mengulurkan tangan untuk meraihnya namun Frey menarik diri dan melangkah pergi.

"Babe..." panggil Ponce namun Frey mengabaikannya, dia bergegas bangkit dan mengejar pujaannya.

•••

Suasana didalam mobil cukup tegang karena amarah. Raysen mencengkram setirnya erat-erat dan mengemudi dengan kecepatan tinggi.

Bukannya takut, Neels justru duduk santai bersedekap dada seolah Raysen sedang memanjakan jiwa adrenalinnya yang tidak pernah padam.

"Aku tidak tau apa yang ada dikepalamu." Raysen membuka suara.

"Otak." singkat Neels menambah emosi Raysen.

"Aku serius Neels."

"Aku juga serius."

"Berhentilah bersikap kekanak-kanakan, aku sedang serius." tegas Raysen mencengkram setirnya lebih erat.

"Dia yang salah, dia yang marah." cibir Neels.

"Berhenti membantah atau aku akan menurunkanmu disini."

"Yaudah turunin aja."

Raysen mengurangi kecepatan lajunya dan menepikan mobil ditempat sepi. Dia menggeser duduknya menghadap Neels.

"Susahkah menurut sedikit saja? Kurang bebas apa aku padamu Neels?"

Neels mengabaikan ucapan Raysen dan bergegas keluar mobil menyusuri trotoar.

"Astaga ya Tuhan..." geram Raysen frustasi saat Neels nekat turun di daerah yang sangat sepi.

Dia keluar untuk mengejar Neels dan lelaki cantik itu mempercepat langkahnya, Raysen melangkah semakin lebar untuk menghadang suami cantiknya.

"Masuk."

"Lo kan yang mau nurunin gue." mata Raysen melebar dan mencengkram pipi Neels dengan satu tangan.

"Apa? Katakan lagi?"

"Lo___uppmm.." ucapan lelaki cantik terhenti saat Raysen mamasukkan telunjuknya kedalam mulutnya.

"Jangan karena kamu merasa kesal lalu aku akan membiarkanmu mengucapkan panggilan lancang itu. Aku bukan temanmu dan aku sudah berulang kali mengingatkan____ ARGH...!!!" Raysen menarik tangannya saat Neels menggigit jarinya.

"Rasain." sinis Neels kesal mendengar omelan Raysen.

"Masuk." ucap Raysen dengan gigi terkatup.

"Nggak."

Raysen menghela napas lalu menarik Neels kembali ke mobil, dia melepas tangan Neels dan membuka pintu penumpang.

Neels bergeser, memilih duduk dikursi belakang membuat emosi Raysen bertambah gelap.

"Pindah, aku bukan supirmu." kata Raysen menahan pintu belakang.

Dia mengulurkan tangan dan Neels membuka pintu disebrangnya lalu kembali keluar.

"Jangan bercanda Neels Natanius." Neels bungkam, tak bergerak sama sekali. "Terserah." lanjut Raysen membanting pintu belakang dengan tatapan tajam ke sebrangnya lalu masuk ke kursi kemudi dan Neels ikut masuk, tetap duduk dikursi belakang.

Raysen membuang napas kasar dan mengemudi dengan keadaan kesal menuju penthouse.







~°°~
Vote dan komen.

Sudah? Terimakasih my ladies.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang