CHAPTER 77

2.1K 165 15
                                    

_Selamat membaca_

22.00

Gemerlap bintang terlihat jelas dari dinding kaca di penthouse yang nampak lengang. Tak ada pergerakan apapun, hanya terdengar samar-samar suara film diputar dari arah kamar utama.

Malam ini cuaca cukup gerah dan Neels sedang duduk diatas ranjang menatap layar Macbook Raysen sembari menunggunya selesai mandi.

Neels bergerak gelisah, tak nyaman dengan tubuhnya yang terasa lengket dan dia mengalihkan pandangan saat mendengar pintu kamar mandi terbuka.

"Masih belum bisa tidur hm?"

Neels menggeleng. "Aku mau jalan-jalan."

"Hm?" Alis Raysen mengerut.

Dia berjalan mendekati Neels dan duduk di tepi ranjang lalu mengusap perutnya. "Babynya rewel? Kamu tidak nyaman?"

"I'm okay... Aku cuma mau jalan-jalan disekitar sini, jalan kaki aja."

"Kamu yakin? Ini sudah larut sweetheart..."

"Tapi aku mau..." Jawab Neels sedikit merengek.

"Kamu benar-benar tidak merasakan sesuatu yang aneh? Perutnya tidak sakit?"

"Apa sih sayang... Aku cuma mau jalan-jalan..." Nadanya mulai naik.

"Baiklah... Baiklah... Tunggu sebentar." Ucapnya kelabakan.

Raysen beranjak ke walk in closet dan mengenakan kaos polos berwarna putih dengan celana olahraga hitam lalu kembali menghampiri Neels.

"Let's go..." Ajak Raysen.

Neels turun dari ranjang, mereka berjalan keluar kamar dan langsung menuju lift untuk pergi ke lantai dasar. Lelaki cantik nampak sedikit gelisah dan Raysen meraih tangannya, menggenggamnya erat.

"Are you okay?"

Neels menengok dan menyenggut kecil dengan senyum yang sedikit dipaksakan. Raysen menyadarinya namun tak terlalu ambil pusing, dia menganggap itu hanya karena hormon kehamilan.

Pintu lift terbuka. Mereka bergegas keluar gedung hunian dan Neels mengajak suaminya menuju taman yang tak jauh dari sana. Keduanya melangkah beriringan dengan bergandengan tangan dan Neels duduk dibangku yang tersedia disusul Raysen.

"Harusnya aku membawakanmu jaket tadi." Ujar Raysen setelah duduk.

Dia memiringkan tubuh dan membawa Neels untuk bersandar padanya.

"Bukankah ini tempat pertama kali kita mengobrol tanpa perdebatan?" Tanya Raysen.

"Iya..."

"Apa yang kamu rasakan saat itu?"

"I don't know." Jawab Neels lemah dan Raysen mengernyit.

"Apa kesanmu saat ini?"

Neels diam, keringat dingin mulai membasahi telapak tangan serta dahinya dan Raysen mencondongkan tubuh untuk mengintip pujaannya.

RODE || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang