Dress lengan panjang berwarna putih selutut melekat pas di tubuh Clarence, memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan pas, tidak terlalu ketat.
Dia sedang berdiri di samping Ibunya yang sibuk memperkenalkan putrinya yang baru pulang dari London. Clarence tersenyum kepada semua orang yang Giana kenalkan kepadanya.
Papanya, syukurnya tertahan oleh beberapa koleganya ketika mereka masuk ke gedung tempat acara pertunangan Sarah dilangsungkan. Clarence tidak bisa membayangkan jika dia harus berdiri di samping Papanya. Keadaan masih canggung diantara mereka semenjak pembicaraan tidak mengenakkan di meja makan seminggu lalu.
"Aku permisi ke kamar kecil dulu ya," kata Clarence sopan kepada semua orang yang dikenalkan Giana tadi.
"Nanti kamu langsung ke meja ya, kamu tau kan dimana meja kita?"
Clarence tersenyum manis lalu mengangguk. Dia kemudian melangkahkan kakinya menuju toilet.
Sebenarnya dia tidak sedang ingin buang air kecil. Clarence hanya ingin menjauh dari keramaian. Inilah salah satu alasan Clarence lebih betah di London daripada Indonesia, dia tidak suka datang ke pesta seperti ini.
Sudah tidak ada yang bisa dia lakukan lagi di toilet ketika Clarence akhirnya memutuskan untuk keluar dari sana. Baru beberapa langkah dia keluar dari toilet tiba-tiba saja tubuh ramping Clarence menabrak seseorang.
Clarence pikir sebentar lagi dia akan mempermalukan dirinya dengan mendaratkan pantatnya di lantai. Namun, tangan orang yang ditabraknya menggenggam erat lengannya menahan Clarance agar tidak terjatuh, membuat Clarence otomatis berpegangan pada pria itu.
Kesadaran dan badannya sudah stabil sepenuhnya saat Clarance akhirnya melepaskan cengkraman tangannya di jas pria itu. Clarance mengangkat wajahnya untuk melihat milik orang itu, kemudian berkata, "Eh sorry saya enggak sengaja."
Pria itu melepaskan tangannya di lengan Clarence kemudian mengangguk sekali. "Iya tidak apa-apa. Tolong kalau jalan jangan lihat lantai. Di sini ramai, kamu bisa saja nabrak orang lain lagi."
What?
Clarance menaikkan alisnya sebelah. Entah mengapa dia merasa tertantang dengan omongan pria itu. "Oh iya. Aku tadi berfikir lantai ini lebih menarik untuk dilihat daripada orang-orang di sini."
Pria itu menatapnya tanpa ekspresi. "Well, kalau begitu alihkan perhatian kamu sebentar saja selama berjalan, dari lantai yang sangat menarik ini."
Clarance memutar matanya. Ini tidak baik, jika dia tetap menanggapi pria ini Clarance ramah akan menghilang digantikan Clarance jutek. Dia kemudian melangkahkan kakinya melewati si pria itu tanpa mengatakan apa-apa.
"Kamu kemana aja, lama banget?" Giana menyerngit menatap putrinya ketika Clarence duduk di sebelahnya.
"Namanya juga cewek. Mama kayak gak tau aja." Elak Clarence.
Arman menoleh ke arah Clarence dan mengeluarkan kalimat pertamanya untuk Clarence setelah seminggu ini. "Claire, kenalkan ini Rahardian dan Vivianne Najandra."
Clarence diam beberapa detik sebelum akhirnya berdiri untuk menjabat tangan kedua orang yang satu meja dengannya.
Najandra? Clarence menatap Ibunya meminta penjelasan. Giana hanya tersenyum tenang menanggapi tatapan putrinya.
"Ternyata cantik sekali ya Clarence. Lebih cantik daripada di foto." Vivianne tersenyum manis ke arah Clarence.
Foto?
Clarence bersuaha mengatur ekspresi wajahnya dan tersenyum selebar mungkin.
"Ladies and Gentleman."
Clarance menghentikan gerakannya dan melihat ke arah panggung. Tiba-tiba lampu di seluruh gedung meredup, menyisakan dua lampu sorot yang menyorot berputar menerangi ruangan.
"Please welcome, Gavin Kamadeva Pratja and Sarah Anandhiya Waranata."
Kursi kosong di samping Clarence kemudian ditarik dan diduduki oleh seseorang. Ketika lampu kembali menyala terang, Clarence tidak bisa menahan rasa terkejutnya.
"Loh, kamu?!"
Don't forget to tap the star and leave a comment. Danke!😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Affection
Romance((FINISHED)) He loves her, but his past doesn't allow him to love her. She loves him, but she doesn't let her feeling shown. They're just too afraid. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kalau seseorang bilang ke Clarence satu tahun lalu kala...