Enam Puluh Lima

7.5K 422 14
                                    

My Everything - Ariana Grande

Pening.

Clarence merasakan kepalanya sangat berat saat ini. Saat memasuki kamar hotelnya, tempat yang pertama kali Clarence datangi adalah kamar mandi.

Clarence berdiri sembari menopang tubuhnya di pinggiran wastafel. Clarence menatap pantulan dirinya di cermin. Matanya sedikit sembab meski sudah tidak mengeluarkan air mata lagi.

Dadanya terasa sesak. Semua kejadian yang terjadi semenjak ia menikah dengan Landon berputar cepat di kepalanya.

Bodoh.

Seharusnya dia tidak pernah melanggar perjanjian pernikahan mereka. Seharusnya, dia tidak pernah membiarkan dirinya jatuh cinta dengan Landon.

"Jatuh cinta?"

Clarence tertawa meremehkan.

Bodoh sekali Claire, sekarang ketika Landon tidak akan pernah melihat kamu lagi baru kamu menyadarinya?

Clarence menggigit bibirnya kuat-kuat. Perutnya terasa mual. Kepalanya semakin berat.

Seharusnya dia tetap mempertahankan sikapnya yang membangun jarak dengan Landon. Seharusnya, ia tidak pernah setuju untuk menikah dengan Landon. Sejak hari itu, di hari pertunangan Sarah, dia tahu dia akan jatuh untuk Landon. Seharusnya dia tidak pernah pulang ke Indonesia meski papanya menyeretnya pulang.

Seharusnya kamu tidak jatuh cinta dengan dia, Claire.

Clarence ingin menangis namun air matanya tidak terjatuh sama sekali. Seluruh tubuhnya tidak merespon. Seluruh tubuhnya mati rasa.

Hal apa lagi yang kamu sukai Clarence?

Landon, maksud aku London.

Clarence menelan ludahnya susah payah.

Sekarang ia kehilangan dua hal yang ia sukai.

Clarence tidak bisa menahan rasa pening di kepalanya lagi. Perutnya bergejolak, dan Clarence kehilangan keseimbangannya.

Semuanya berubah gelap.

***

Landon melihat ke sekeliling apartemen milik Ava. Avanya. Landon baru memperhatikan detail ruangan itu setelah lima belas menit masuk ke dalam apartemen itu. Itu juga karena Ava saat ini sedang ke kamar kecil.

Saat Ava kembali Landon kembali memfokuskan matanya kepada Ava. Setiap gerak-gerik yang dilakukan Ava. Bahkan cara rambutnya jatuh, Landon memperhatikan setiap detailnya.

Kapan terakhir kali ia seperti ini? Apakah pernah dengan Claire? Landon merasakan jantungnya berdegup cepat. Claire? Bagaimana perasaan perempuan itu saat ini?

"Kamu mau minum?"

Suara Ava membuat Landon mengosongkan pikirannya lagi. "Air putih," katanya. Ya, air putih, yang ia harapkan bisa membantu melancarkan pikirannya.

Ava berjalan menuju kulkas yang masih berada di jangkauan mata Landon. Ia mengambil botol air kemudian membawanya, dan menyerahkannya kepada Landon.

Landon menerima botol air itu dan langsung meminumnya hingga setengahnya. Ava duduk di bean bag tepat di depan Landon yang duduk di sofa.

"Aku masih tidak percaya," kata Landon menatap Ava resah. "Ini benar kamu kan?"

Ava mengangguk pelan.

"Ada banyak yang terjadi Landon. Tapi aku benar-benar menyesali semua yang aku lakuin ke kamu," Ava menatap Landon dalam.

Landon terdiam.

"Kamu membiarkan aku berpikir kamu mati selama ini. Kenapa Va?"

Ava menelan ludahnya. "Aku akan cerita secara garis besarnya dulu. Okay?"

Landon mengangguk. Satu tangannya menggapai tangan Ava kemudian menggenggamnya. Anehnya, tangan Ava terasa asing tidak seperti tangan—

"Aku akan mulai," suara Ava sekali lagi menginterupsi pemikiran Landon.

"Ayah kamu yang menyuruh aku untuk pergi. Kamu sudah tau, kan?"

Landon mengangguk.

"Setelah kamu memilih sekolah hukum kamu. Ayah kamu langsung menyuruh aku untuk kuliah di luar negeri. Semua biaya dia yang tanggung. Dan, Ayah aku akan diberikan beberapa saham perusahaan kamu."

Landon menenggak ludahnya.

"Aku setuju karena aku—," Ava diam sejenak. "Kamu memilih sekolah hukum, aku memilih luar negeri. Adil kan?" kata-kata Ava membuat Landon mulai merasa marah.

Ava melanjutkan.

"Aku pikir mungkin kita akan bisa tetap berhubungan diam-diam, atau bertemu beberapa tahun lagi. Tapi aku salah."

Ava menghembuskan nafasnya.

"Ini akan menjadi cerita yang panjang Landon. Apa tidak apa-apa kalau kamu menginap di sini malam ini? Karena aku akan menceritakan semuanya dari awal. Segala kebenaran, dan keburukan aku."

Landon bergeming.

Tidak apa-apa bukan?

Tapi bagaimana dengan—

"Landon? Kamu tidak mau?" suara Ava. Sekali lagi. Disaat yang tepat.

"Ya. Aku akan menginap."

Edisi lagi semangat. Jangan lupa voment babes, siapa tau aku makin rajin(?)

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang