Landon bangun pagi ini dengan perasaan kacau. Tadi malam dia tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian di perpustakaan kemarin. Dia tidak seharusnya mencium Clarence dan membuat wanita itu lari. Tapi, Clarence juga membalas ciumannya. Dan semua itu begitu memabukkan, sekaligus membingungkan.
Landon baru tertidur pada pukul satu malam dan kini dia bangun ketika matahari sudah terang. Tepatnya, jam delapan pagi. Dia lalu memutuskan berjalan ke kamar mandi kemudian menyikat giginya.
Pria itu kemudian berpikir tentang bagaimana rasa bibir Clarence kemarin ketika bersentuhan dengan miliknya, dan betapa beruntungnya sikat gigi Clarence. Landon kemudian menampar dirinya sendiri.
"Wake up you bastard!"
Landon menyudahi acara sikat giginya kemudian turun ke bawah setelah menyiapkan diri untuk bertemu Clarence lagi. Tujuan pertama Landon adalah dapur karena biasanya Clarence akan berada di sana setiap pagi ketika dia bangun tidur.
Landon menyerngit melihat wanita yang membelakanginya sekarang terlihat lebih pendek. Landon kemudian sadar itu bukan istrinya.
"Ari?" panggilnya.
Wanita itu berbalik. "Oh, selamat pagi Tuan Muda. Saya datang untuk bersih-bersih seperti biasa."
Landon mengangguk, kemudian bertanya, "Clarence mana?"
"Oh, tadi Nyonya bilang mau pergi belanja. Dia bilang, dia perlu jalan-jalan sebentar dan isi kulkas juga perlu diperbarui."
Landon menaikkan alisnya. Clarence sedang menghindarinya dan itu dangat jelas.
"Sama siapa dia?"
Ariya berpikir sebentar. "Nyonya bawa mobil sendiri."
Landon mengangguk. Hubungannya dengan Clarence sekarang akan mundur beberapa langkah. Landon menggelengkan kepalanya cepat dan membatin.
Sejak kapan kamu perduli tentang hubungan kalian, Landon?!
***
Clarence sudah berputar supermarket di salah satu Mall itu beberapa kali dan trolinya bahkan belum terisi sampai setengahnya.
Isi kulkasnya sebenarnya masih lumayan penuh setelah berbelanja dengan Sarah beberapa waktu lalu. Dan, belanja untuk keperluan dapur adalah satu-satunya alasan Clarence untuk kabur dari Landon.
Clarence memutuskan menyudahi pemikirannya tentang Landon sebelum kejadian kemarin terputar lagi di otaknya. Seandainya, hari ini Sarah sedang tidak harus ke luar kota bersama Gavin, setidaknya Clarence bisa bercerita ke sahabatnya itu.
Clarence akhirnya memutuskan untuk berjalan ke kasir setelah merasa tidak ada lagi yang bisa dia masukkan ke trolinya.
Hari ini dia sudah pergi ke salon, berbelanja, sarapan, makan es krim, dan sekarang sudah selesai berbelanja kebutuhan sehari-hari. Intinya, dia sudah cukup menguras kartunya sendiri. Clarence melirik jam tangannya dan melihat bahwa sekarang sudah jam satu siang. Jadi, dia memutuskan untuk pulang.
"Landon sudah makan belum ya?" Clarence bergumam kepada diri sendiri. "Apa peduli kamu Clarence!" katanya lagi kemudian. Otaknya menyangkal perkataan tadi hanya karena dia tidak mau jika harus merawat Landon lagi. Pasti.
Clarence menaruh semua belanjaannya di bagasi belakang kemudian mulai menjalankan mobilnya. Langit sedang mendung hari ini dan benar saja, ketika baru lima menit menjalankan mobilnya, hujan turun sangat deras.
Clarence menghela nafas. Dia kemudian menyalakan musik untuk mengurangi kebosanannya.
Clarence berada cukup jauh dari rumahnya ketika mobilnya tiba-tiba berhenti bekerja. Mogok di tengah jalan. Untungnya posisinya sedang berada di pinggir dan jalanan sedang sepi. Tunggu, itu keberuntungan atau tidak?
"Sialan!" Clarence mengutuk ketika mobilnya tak kunjung bergerak.
Dia melirik handphonenya menimbang-nimbang harus menelpon siapa. Clarence tidak mungkin menelpon suaminya. Dia menelusuri semua kontaknya sampai matanya terpaku ke nama kontak 'Aidan'.
Clarence meneguk salivanya kemudian memutuskan menelpon pria itu.
"Halo? Clarence?"
Clarence diam-diam merasa lega karena Aidan mengangkat telponnya. "Halo, Bang Aidan?"
"Jangan pakai Bang, Claire."
Clarence meringis. "Eh, iya, sorry."
Aidan di seberang sana terkekeh kemudian berkata, "It's okay. Ada apa? Tumben nelpon."
Clarence menggigit bibirnya. "Eh, ini, aku mau minta tolong. Bisa gak?"
"Kenapa?" tanya Aidan dengan nada pelan.
"Mobil aku mogok dan di luar sedang hujan deras. Jadi aku kejebak."
Aidan diam tidak merespon. Clarence kemudian merasa tidak enak karena dia yakin Aidan segan untuk menolak memberikan bantuan.
"Hm, Aidan, kalau gak bisa-"
"Kamu di mana? Aku jemput sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Affection
Romance((FINISHED)) He loves her, but his past doesn't allow him to love her. She loves him, but she doesn't let her feeling shown. They're just too afraid. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kalau seseorang bilang ke Clarence satu tahun lalu kala...