Make Me (Cry) — Labrinth;Noah Cyrus
Landon membuka matanya yang saat ini terasa berat. Bau-bauan obat membuatnya bisa mengambil kesimpulan tempat dimana ia terbaring saat ini. Langit-langit putih adalah apa yang menyambut penglihatannya pertama kali.
"Clarence," gumamnya.
Landon menaikkan tangan kanannya dan melihat selang infus yang kini menancap di sana. Landon mendengus kemudian bangun dari posisi terbaringnya dan merasakan sengatan kecil terasa di kepalanya.
Dia tidak perduli.
Landon menatap ruangan itu dengan seksama. Tidak ada Clarence, tidak ada tanda-tanda wanita itu sama sekali.
Mungkin di kamar mandi.
"Clarence?"
Landon merasakan tenggorokannya sakit namun dia tetap memaksakan diri untuk berteriak. Tidak ada jawaban.
"Claire?"
Sekali lagi tidak ada jawaban.
"Cla—"
Pintu kamarnya yang dibuka membuat Landon tidak sempat menyelesaikan kata-katanya.
Matanya melihat dia.
Clarence sekarang berdiri di depan pintu dengan kantung plastik putih di tangannya. Tiba-tiba Landon merasakan de javu.
Clarence yang kini melihatnya melebarkan matanya sedikit. Landon bisa tahu Clarence merasa canggung dengannya kini, karena wanita itu sama sekali tidak menatap matanya ketika berjalan mendekat.
Landon menarik nafasnya. Satu tangannya terangkat untuk menggapai Clarence, tapi wanita itu menyerngit dan hendak menjauh. Landon mengurungkan niatnya.
"Kenapa kamu duduk? Tiduran aja Landon."
"Kamu dari mana?"
Clarence mengangkat kantung plastik di tangannya kemudian menggoyangkannya pelan.
"Beli roti, aku lapar," kata Clarence. Jarinya kemudian menunjuk ke arah meja kecil di sana. Sebuah nampan berisi makanan yang ditutupi dengan plastic wrap. "Itu makanan kamu. Bubur."
"Aku tidak suka bubur."
"Kalau begitu kenapa kamu sakit?"
"Karena aku kangen kamu."
"...."
"Aku panik ketika kamu tidak ada di sini tadi."
"...."
"Apa kamu masih tidak percaya dengan aku? Sesusah itu untuk percaya kembali dengan aku Claire?"
Clarence menghela nafasnya.
"Sebaiknya kamu tiduran lagi Landon. Kamu perlu banyak istirahat karena sakit kamu yang kali ini lebih parah dari sebelumnya. Aku juga sudah telpon Mama kamu, dia bilang, kamu kalau sudah baikan pindah dirawat di Jakarta aja."
"Kamu akan ikut?"
"...."
Landon menghela nafasnya dengan berat.
"Katakan apa yang harus aku lakukan supaya kamu percaya kalau aku jatuh cinta dengan kamu lebih dari apapun. Siapapun. Please, Claire?"
Clarence mendesah.
"Hari itu saat kamu meminta untuk bertemu di Tower Bridge aku dengar dengan jelas keputusan kamu Landon. Walaupun kamu tidak berbicara langsung dengan aku."
Landon mengerutkan keningnya.
"Meminta kamu bertemu di Tower Bridge? Aku? Kapan?"
Clarence memutar matanya.
"Hari yang sama ketika kamu balik ke hotel. Sebelumnya kamu mengirim pesan yang mengajak untuk bertemu di London Beidge kan? Untuk berbicara? Aku masih menyimpan pesannya kalau-kalau kamu lupa."
Clarence menaruh kantung plastik putih yang sedari tadi ia pegang ke samping Landon. Ia kemudian mengeluarkan handphonenya dari saku celananya. Setelah menekan beberapa kali, Clarence mengarahkan layar benda itu ke arah Landon.
Landon mengambil alih handphone milik Clarence. Dengan seksama ia membaca pesan yang dirinya kirimkan untuk Clarence.
"Bagaimana bisa? Aku tidak pernah—" Ladon menyadari sesuatu, "Ava."
Clarence mengerjapkan matanya beberapa kali. Butuh sepersekian detik bagi Clarence untuk mengerti bahwa Ava lah yang mengirimkan pesan itu.
"Aku ingat jelas pagi itu Ava memegang handphone aku."
Clarence terdiam. Ia merasakan rasa kesal yang mendalam kepada Ava saat ini. Landon menoleh ke arahnya dengan kening berkerut.
"Kamu ke Tower Bridge? Apa yang kamu dengar?"
Clarence menelan ludahnya. Mulutnya terasa pahit akibat apa yang akan dia katakan. Ingatan pahit.
"Aku mendengar Ava meminta kamu untuk bercerai dan kamu bertanya apa dia akan menjadi milik kamu kalau kamu melakukannya. Aku langsung pergi saat itu."
"Oh, aku lihat kalian ciuman juga," tambah Clarence.
Landon merasakan jantungnya berhenti berdegup. Kepalanya terasa kosong, namun emosinya terasa berkecamuk. Campuran antara marah, kecewa, dan juga sedih.
"Itu sebabnya kamu bersikeras kalau aku memilih Ava dan tidak akan memilih kamu?"
Clarence mengedikkan bahunya.
"Satu dari banyak alasan lain."
"..."
"Alasan lainnya, kamu sendiri yang bilang Landon. Kamu tidak akan jatuh cinta dengan aku."
Landon memejamkan matanya dengan rapat. Dalam hati Landon mengutuk dirinya yang dulu begitu bodoh dan naif karena berpikir dia tak akan jatuh cinta dengan Clarence.
"Aku terlalu bodoh saat itu Claire. Please, trust me when I say I do love you with every single part of my body. Kalau kamu tidak percaya, aku punya seluruh hidup aku untuk membuktikan ke kamu. Just, give me a chance, give us a chance."
"..."
Landon menatap Clarence yang enggan menatapnya balik. Landon bisa melihat Clarence bimbang saat ini karena perempuan itu menggigit bibirnya dan tidak berhenti menggerak-gerakkan kakinya dengan tidak sadar.
"Aku akan menunggu. Seumur hidup aku. Aku akan menunggu kamu percaya Claire."
Pendek ya? Hehehe. Ditunggu aja ya🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Affection
Romance((FINISHED)) He loves her, but his past doesn't allow him to love her. She loves him, but she doesn't let her feeling shown. They're just too afraid. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kalau seseorang bilang ke Clarence satu tahun lalu kala...