Tujuh Belas

9K 587 1
                                    

Landon merasakan kepalanya sangat pusing, membuatnya sukses membuka mata dari tidur nyamannya. Yang menyambut pandangannya pertama adalah dinding putih dan ruangan aneh.

Ini bukan rumahnya.

Dia melirik ke samping dan menemukan tiang infus berdiri di sana. Dan, juga tangannya yang kini tersambung selang tipis ke kantung infus.

"Eh, udah bangun."

Landon menolehkan kepalanya dan mendapati Clarence sedang berdiri di depan pintu dengan membawa tas plastik. Landon kemudian merubah posisinya menjadi duduk dengan perlahan.

"Ini rumah sakit?" Adalah apa yang keluar dari mulut Landon untuk pertama kalinya.

Clarence mengangguk.

"Kamu tadi malam tiba-tiba demam. Pas aku mau bangunin kamu malah gak gerak. Jadi, aku langsung telpon Arko."

Landon menghembuskan nafasnya berat.

"Arko mana?"

Clarence mengendikkan bahunya. "Dia langsung pergi begitu kamu masuk ruangan. Katanya kembali nanti siangan."

Landon melihat sekitar berusaha menghilangkan kebingungannya. Bagaimana bisa dia tidak sadar di bawa ke rumah sakit, dan bahkan saat jarum infus menembus kulitnya.

"Jam berapa sekarang?" tanyanya pada Clarence.

"Jam tujuh pagi."

Clarence duduk dan menaruh kantung belanjaannya di atas sofa yang disediakan di sana.

"Kata dokter, kamu maag dan tifusnya kumat. Penyebabnya, ya, telat makan, kurang istirahat, dan kecapean."

"Iya?"

"Iya," Clarence menatap pria itu hati-hati, kemudian lanjut membuka suara, "Kamu... kemarin telat makan?"

Landon menggeleng.

"Kemarin, saya lupa makan siang dan tidak makan malam."

Clarence mengerutkan keningnya dan hendak berbicara namun batal, karena seseorang mengetuk pintu. Perempuan itu buru-buru melangkah dan membuka pintu.

Seorang perawat sedang membawa nampan berisi berbagai makanan berdiri di depan Clarence.

"Permisi, saya mengantar sarapan untuk pasien."

Clarence tersenyum. "Terima kasih, biar saya saja."

Dia kemudian mengambil nampan itu. Si perawat langsung pergi setelah tersenyum ramah.

Clarence menaruh nampan itu di meja makan pasien yang bisa dipindahkan dan mendorongnya ke arah Landon.

Sulung Najandra itu menatap makanan di depannya lama. "Makanan rumah sakit biasanya tidak enak."

Clarence memutar matanya sebal.

"Kamu memilih tidak makan makanan luar secara teratur, kan? Jadi, ini balasan kamu. Makanan rumah sakit."

Landon mendengus. "Itu apa?" tanyanya sambil mengarahkan dagunya ke kantung belanjaan Clarence tadi.

"Itu roti. Aku laper, jadi beli itu tadi di kantin rumah sakit."

"Saya makan itu saja."

"Enak aja!" Clarence mendecak kemudian berkaa lagi. "Udah kamu makan aja, nanti kalau udah keluar rumah sakit baru makan roti satu gerobak."

Landon menggerutu. Dia menatap Clarence lagi, kemudian berkata, "Soal yang kemarin, saya minta maaf ya? Ngebentak kamu."

Clarence menghembuskan nafasnya.

"Aku gak suka dibentak. Bahkan, Papa aja belum pernah ngomong keras ke aku."

Landon diam.

"Lain kali jangan diulangin lagi."

Landon mengangguk kemudian menatap Clarence lama. Tiba-tiba sebuah ingatan terbersit di otaknya.

"Semalam, kita..."

Clarence menatap Landon gugup. Dia yakin yang Landon maksud adalah mereka yang berpelukan semalam.

"Apa?"

Landon diam sebentar dan berusaha mencari kata yang tepat. "Saya, kita, pelukan..."

Clarence menggigit bibir bawahnya. Entah kenapa mengingat yang semalam membuatnya merasa gugup.

"Well, kamu bilang itu saat diperlukan," kata Clarence.

Landon tersenyum miris. "Ya, saya mimpi buruk sekali tadi malam. Dan, kamu, membangungkan saya dari mimpi buruk itu. Well, I need that hug. Untuk tenang."

Clarence mengangguk. "Ya, itu pasti buruk sekali. Kamu sampai berteriak tahu?"

Landon menaikkan alisnya kaget. "Iya?"

Clarence mengangguk lagi.

"Itulah kenapa saya memeluk kamu Clarence. Saya, hm, butuh sesuatu yang membuat saya yakin kalau semuanya baik-baik saja dan mimpi itu cuma.... mimpi."

Clarence diam. Dia tidak tahu harus berkata apa.

"Dan, anehnya, memeluk kamu membuat saya merasa aman, dan semuanya terasa baik-baik saja."

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang