Tujuh

9.3K 582 1
                                    

Hari yang paling ditunggu akhirnya datang. Clarence menjadi sangat sibuk hari ini. Dia pikir pada hari-H dia hanya tinggal duduk manis. Tapi ternyata, walaupun semua sudah disiapkan secara rapi, Clarence masih saja mondar-mandir sedari tadi untuk memastikan tidak ada yang kurang.

Gaun warna abu-metalik berpotongan high-low yang memamerkan betis depannya itu melekat pas ditubuhnya. Syukurlah dia sempat melakukan fitting terakhir kemarin.

"Bridesmaidnya mana? Mau saya foto dulu?"

Clarence langsung menoleh. Dia dan tiga orang bridesmaid lainnya kemudian berdiri berdampingan, Sarah, si pengantin wanita berdiri di tengah.

"Satu, Dua, Yap."

Si fotografer kemudian beralih untuk memfoto yang lain.

"Claire, mampus gue deg-degan banget!" Sarah meremas tangan Clarence erat.

"Santai aja Non, cuman tinggal ngomong bentar abis itu udah deh."

Clarence kemudian melirik jam tangannya. "Rah, udah waktunya nih. Ayo cepet."

Clarence kemudian membantu Sarah berjalan menuju pintu yang langsung mengarah ke altar.

"Good luck," katanya, kemudian berjalan cepat menuju tempat yang sudah di sediakan.

***

Semenjak hari ketika mereka survei gedung kemarin, Clarence sama sekali tidak pernah melihat Landon. Sampai hari ini, ketika acara resepsi Sarah dimulai dan dia sedang duduk di salah satu kursi karena kelelahan seharian ini membantu Sarah demi kelancaran acaranya.

Sulung Najandra itu menatapnya dari seberang ruangan. Landon terlihat sedang berbicara dengan beberapa orang. Clarence tidak mau ambil pusing dan berusaha menahan hasratnya untuk membolongi tubuh Landon dengan pandangannya. Jadi, gadis itu mengeluarkan handphonenya dan menyibukkan diri dengan social media.

Suara kursi yang ditarik di debelahnya membuat Clarence mengalihkan pandangannya dari layar handphonenya.

"Hai."

Oh my! Ingatkan Clarence untuk menyiapkan dirinya ketika harus melihat seorang Landon dengan tuksedo lain kali. Rahangnya hampir saja jatuh ke lantai melihat pemandangan indah di sampingnya.

Clarence menarik nafas untuk menjernihkan pikirannya. "Kamu ngapain di sini?"

Lagi-lagi Landon menatapnya bingung. "Saya sedang duduk."

Clarence mendesah. "Kamu ganteng-ganteng nyebelin ya, maksudnya kenapa duduknya di sini? Di samping aku?"

"Semua orang sudah tahu bahwa kita akan menikah. Rumornya sudah tersebar. Saya mau mengkonfirmasi ke mereka. Makanya saya di sini."

Clarence merasakan nafasnya tercekat di tenggorokan untuk alasan yang sama sekali dia tidak ketahui. Landon yang mengatakan hal barusan masuk ke dalam daftar teratas orang yang dibenci Clarence.

"Tanpa perlu kamu 'konfirmasi' juga aku tetap akan naik ke altar sama kamu dua bulan lagi."

Landon diam sebentar kemudian berkata. "Kamu benar-benar tidak suka perjodohan ini ya?"

Giliran Clarence yang bungkam.

Suasaan di antara mereka canggung sesaat. Landon kemudian menghembuskan nafasnya keras. "Kamu cantik malam ini," katanya kemudian.

Clarence menoleh. "Ha?"

"Cantik."

Semoga saja blush on yang dipakainya mampu menyamari rona merah yang ada di pipinya sekarang. Sebenarnya Landon ini siapa? Kenapa dia bisa membuat seseorang kesal dan senang bersamaan hanya dalam hitungan detik.

"Jadi aku cantiknya malam ini aja?" tanya Clarence untuk mencairkan suasana canggung diantara mereka.

Landon terkekeh. "Kamu selalu cantik, tapi malam ini kamu berbeda."

Sialan jantung aku mau meledak.

"Ya, siap-siap aja kamu jatuh cinta sama aku dalam hitungan detik."

Landon mengatupkan rahangnya. Oh sial, apa aku salah ngomong? Clarence menatap Landon hati-hati.

Dua menit berlalu dengan canggung sampai akhirnya Landon membuka suara. "Saya baru sadar, kamu sekarang menggunakan kata aku."

Clarence menaikkan alisnya. "Aku tidak nyaman menggunakan saya. Semacam terlalu formal."

Landong mengangguk.

"Apa itu buat kamu gak nyaman?" tanya Clarence sanbil menatap Landon.

"Not at all."

Clarence tertawa sarkastik. "Tapi, kamu masih tetap kaku dengan saya."

"Apa kamu mau aku berubah?"

Clarence merasakan seluruh badannya merinding. "Nope. Tiba-tiba aja jadi aneh. Mending kayak biasa aja."

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang