Empat Puluh Tujuh

7.5K 423 9
                                    

Wild - Troye Sivan

Landon sudah memikirkannya berulang-ulang. Dan kini dia yakin, Clarence dengan jelas menyebut Landon bukannya London. Memang, pengucapan dua kata itu hampir mirip. Tapi, Landon sudah mendengarkan orang-orang memanggil namanya selama bertahun-tahun. Di telinganya, Landon dan London sangatlah berbeda.

Jam di dinding pria itu kini menunjukkan pukul lima di pagi hari, dan Landon sama sekali belum tidur. Setelah dia berpikir lama malam ini, dia sadar bahwa dia sudah kehilangan dirinya sendiri.

Dia yang dulu menyetujui perjanjian soal dua tahun pernikahan, dan dia yang mengatakan bahwa dia tidak akan bisa jatuh cinta dengan Clarence jelas berbeda dengan dirinya yang sekarang.

Well, tentu saja dia tidak mencintai Clarence, belum, mungkin tepatnya. Tapi setidaknya sekarang bukan hanya Ava yang ada di pikirannya. Dan bicara soal Ava, Landon merasa dadanya tertindih sesuatu setiap memikirkan kemungkinan bahwa dia akan menghianati Ava dan jatuh cinta dengan Clarence.

Klang!

Suara benda terjatuh yang cukup nyaring membuat Landon melompat dari tempat tidurnya. Tanpa pikir panjang, pria itu langsung saja membuka pintu kamarnya dan berjalan ke arah sumber suara.

"Gosh, Clarence, kamu mengagetkan aku," kata Landon saat mendapati Clarence sedang menunduk untuk untuk mengambil pan yang kini tergeletak di lantai.

"Sorry," jawab Clarence dengan ekspresi penuh rasa bersalah. "Aku bangunin kamu ya?"

Landon tidak menjawab karena dia tidak bisa bilang bahwa dia tidak tidur sama sekali. "Kamu sedang apa, jam segini di dapur, Claire?"

Clarence menaruh pan itu ke atas kompor. "Aku mau buat sarapan untuk kamu," jawabnya.

"Jam segini?"

Clarence menggigit bibir bawahnya. "Aku, Aidan, ngajak aku buat lari pagi. Setelah kemarin dia seperti terusir dari sini, aku jadi gak enak, dan, ya, mengiyakan ajakan dia."

Landon tidak suka dengan fakta bahwa Clarence akan lari pagi bersama Aidan. Akan tetapi, dia tidak ingin selalu membatasi Clarence. Jelas itu tidak akan menyenangkan perempuan itu sama sekali.

"Okay," kata Landon pada akhirnya. "Apa yang kamu buat?" tanyanya kemudian.

Clarence mengedipkan matanya beberapa kali. Memastikan Landon memang serius mengizinkannya dan tidak mendebatnya sama sekali. "Aku, cuma buat cream soup."

"Untuk sarapan?" Landon menaikkan alisnya.

Clarence hanya mengangguk sebagai jawaban. Perempuan itu kini menatap Landon sepenuhnya. "Kamu serius gak akan mulai debat soal larangan aku ketemu dengan Aidan?"

"Kamu ingin dilarang ketemu dia?"

Clarence menaikkan alisnya, "Enggak, aku senang karena kamu izinin aku, tanpa harus debat argumen yang gak jelas."

Landon terseyum lembut, yang hampir saja membuat Clarence menganga lebar. "Aku senang, kamu senang," katanya kemudian.

Clarence melebarkan matanya. Ia tidak bisa menahan tawanya dan memutuskan untuk terbahak. "You're so cheesy Mr. Najandra!"

Landon mengendikkan bahunya kemudian berjalan mendekat ke arah Clarence. "Tapi kamu suka?"

Clarence terkekeh kecil. "Apa setiap kamu ngelakuin sesuatu kamu akan tanya apa aku suka? Apa aku senang? Karena Landon, itu benar-benar aneh."

Landon mengerutkan keningnya seolah memikirkan sebuah jawaban sembari terus berjalan mendekati Clarence. "Aku hanya mau memastikan Claire, apa aku sudah melakukan hal yang benar untuk mempertahankan kamu, di samping aku."

Clarence berhenti terkekeh seketika. Tidak hanya karena kata-kata Landon yang terdengar sangat sialan mempesona, tapi karena kini suaminya itu sudah berada tepat di hadapannya.

"Kamu mau apa Najandra?" tanya Clarence sembari berusaha menjauhkan dirinya dari Landon yang tidak membuahkan hasil sama sekali. Badannya kini terhimpit antara Landon dan kabinet bawah di belakangnya.

"Aku," kata Landon terpotong saat pria itu mendekatkan wajahnya ke arah wajah Clarence, sangat dekat. Dua tangan Landon membawa dua milik Clarence ke arah depan, tepat berada diantara mereka. Satu tangannya melepas tangan Clarence.

Klik

"Mau memastikan tangan istri aku tidak terbakar lagi," kata Landon meneruskan kata-katanya yang terputus tadi.

Clarence terdiam sebentar, sebelum memutuskan untuk menengokkan kepalanya ke belakang. Ia melihat cream soup yang ia buat kini sudah berhenti mendidih dan tangannya sudah pasti jauh dari sumber panas itu.

Clarence menoleh kembali ke arah Landon. "You're so evil Najandra, kamu punya mulut untuk bilang ke aku kan? Tanpa perlu seperti ini?"

Landon memutuskan tersenyum licik dan menjauh dari Clarence perlahan. Entah apa yang dipikirkannya, Clarence tiba-tiba mendekat ke arah pria itu dan menempelkan bibirnya ke milik pria itu secara tiba-tiba.

Tidak ada pergerakan apa-apa dari Landon. Meski matanya terpejam, Clarence yakin ekspresi terkejutlah yang terpampang di wajah Landon saat ini.

Saat beberapa detik berlalu, Clarence merasakan tangan Landon mulai menyentuh pinggangnya. Claire berusaha menahan diri agar tidak mengalungkan tangannya ke leher pria itu.

Ting!

Suara bel membuat Clarence segera menjauh sebelum lebih terlarut ke dalam ciuman mereka. "Itu pasti Aidan," kata Clarence sedikit terengah tanpa memandang Landon sedikitpun.

Landon menahan pinggang perempuan itu ketika Clarence berusaha menjauh. "Yang barusan itu, apa Clarence?" tanyanya.

Clarence merasakan dadanya berdegup sangat kencang. Otaknya seakan tidak bisa memproses alasan apapun karena dia sendiri juga tidak tahu apa alasannya mencium pria itu.

Tidak boleh menyentuh, kecuali saat diperlukan.

Perjanjian mereka menggema di otaknya dan sebuah alasan muncul.

"Itu saat diperlukan Landon. Aku perlu tahu apakah mulut kamu yang tidak berfungsi untuk memberi tahu aku soal panci panas, memiliki fungsi lain yang lebih berguna."

Tanpa menunggu balasan Landon, Claire langsung menjauhkan dirinya dan bergegas menuju pintu depan.

Landon yang masih setengah takjub melihat punggung wanita itu menjauh. Sialan, sepertinya dia harus mencari pelampiasan untuk menghilangkan Clarence dari pikirannya.

Ia kemudian langsung mengeluarkan handphonenya dari kantung celana tidurnya.

"Clarence sudah pergi Arina, kamu boleh datang."

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang