Dua Puluh Dua

7.9K 589 8
                                    

"Itu juga perlu diperhatikan. Siapa tahu nanti berguna?"

Clarence merasakan wajahnya semerah kepiting rebus sekarang. Landon tidak seharusnya mengatakan kalimat itu. Clarence kini menundukkan wajahnya karena malu.

Landon tersenyum sebentar melihat wanita itu tersipu karena omongannya yang tadi.

"Well, Clarence. Let's forget about that erotic thingy. Ikuti langkah aku."

Clarence mendongak samar. Dia harap wajahnya sudah kembali ke warna semula ketika Landon mulai melangkah secara berpola. Tanpa sengaja Clarence menginjak unjung kaki Landon. Membuat pria itu menegurnya.

"Fokus, Mrs. Najandra."

Clarence menatap Landon dengan matanya yang melebar karena kaget dan tidak setuju karena sebutan Landon tadi. Kemudian dia sadar, Landon sedang bermain-main dengannya sekarang, karena pria itu menampakkan wajah jahil yang menyebalkan.

Okay, aku ikuti permainan kamu Mr. Najandra!

"Sorry, sayang," kata Clarence sambil menyeringai geli.

Landon merasa tertantang dan tidak mau kalah.

"Fokus dan perhatikan langkah aku, sayang."

"Ah iya, akhirnya saya sudah berhasil diganti dengan aku ya?"

Landon menyeringai. "Yah, aku lebih baik dari saya."

Dia kemudian menarik pinggang Clarence, mempersempit jarak mereka. Clarence kaget bukan main. Sementara, Landon menyeringai penuh kemenangan.

Clarence benar-benar sebal ketika Landon mengeluarkan seringai itu ke arahnya. Ini bukan permainan terbaik, tapi sisi kompetitif Clarence kemudian keluar. Dia lalu mengalungkan tangannya di leher Landon dan membuat tubuh mereka menempel.

Clarence sadar apa yang dia lakukan barusan itu di luar konteks permainan mereka, ketika Landon berhenti bergerak, begitu juga dengannya. Pria itu sekarang menatap dalam ke mata Clarence yang hanya berjarak beberapa senti.

Clarence tidak bisa bergerak sedikitpun. Dia terhipnotis pandangan Landon. Sementara Landon sendiri merasa dirinya menolak untuk mengalihkan perhatiannya sedikit saja dari wajah Clarence. Mata Landon biasanya memang selalu tajam, mengintimidasi, dan dingin. Tapi kali ini bagian intimidasinya entah mengapa lebih meningkat.

Landon melirik bibir penuh Clarence. Dia pernah merasakan bibir itu. Dan, bibir Clarence memiliki sesuatu yang bisa membuat seseorang kecanduan. Dia ingin merasakan bibir itu lagi. Entah ada pengaruh hasutan darimana, Landon mendekatkan wajahnya ke wajah Clarence. Dan, Clarence masih tidak bereaksi apapun. Landon menganggap itu sebagai sebuah lampu hijau.

Dunia terasa berhenti di sekitar Clarence ketika dia menutup mata dan bibir Landon menyentuh bibirnya secara lembut. Berbeda dengan ciuman mereka di altar yang terkesan paksa.

Landon menaikkan tangannya ke punggung Clarence membuat mereka semakin menempel. Clarence sedikit berjinjit untuk mengimbangi tinggi Landon.

Saya tidak akan pernah bisa mencintai kamu, Clarence...

Suara Landon tiba-tiba menggema di kepalanya. Clarence tersentak kemudian mendorong tubuh Landon ke belakang.

Tadi itu bukan saat diperlukan dan tidak seharusnya mereka melakukan itu. Clarence mengedipkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya.

Dia menatap Landon dengan tatapan tersesat sementara Landon terlihat bingung sekaligus terkejut. Clarence kemudian berlari untuk mengambil handphonenya kemudian berjalan cepat menuju kamarnya, meninggalkan Landon yang dia yakin sama terkejutnya.

This is a very short chapter but still please tap the star and comment guyz

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang