Empat Puluh Empat

7.1K 489 9
                                    

Nick Jonas - Jealous

"Aku kira kamu lembur...," kata Clarence menatap Landon yang kini duduk di sebelahnya.

Landon menoleh ke arah istrinya setelah membuka bungkus makanan yang dibelinya tadi. "Ya, aku emang lembur," katanya singkat.

Clarence menaikkan alisnya mendengar jawaban Landon. "Tapi, kamu di sini sekarang."

"Aku pulang untuk makan siang sama istri aku. Nanti balik lagi ke kantor, terus lanjut sampai malam. Enggak boleh?"

Clarence memutar matanya ketika mendengar Landon dengan sengaja menekankan kata istri membuat Aidan menghentikan gerakan menyendok makanannya. "Boleh kok," kata Clarence setengah hati.

"By the way, alasan kamu tidak mau makan siang sama aku, karena sudah janji sama dia?" kata Landon tanpa menoleh, dan memilih tetap fokus ke makanannya.

Clarence memejamkan matanya kemudian menghembuskan nafasnya. Baru saja dia hendak menjawab tapi Aidan lebih cepat membuka suaranya.

"No, Mr. Najandra. Saya tadi, kira-kira satu jam yang lalu, menelpon Claire untuk mengajaknya makan siang," Aidan berhenti sebentar untuk mengukur reaksi Landon. Landon hanya diam, membuat Aidan memutuskan untuk lanjut berbicara. "Tapi, Claire menolak, dan saya, maaf sebelumnya, memaksa Clarence. Tapi, istri Anda kekeuh tidak mau keluar untuk makan siang dengan saya. Jadi, saya menawarkan diri untuk datang ke rumah ini dengan membawa makanan."

Landon menatap Aidan setelah ia selesai bicara. Clarence merasakan ketegangan yang tidak berwujud diantara mereka. Setelah berpikir beberapa saat Clarence akhirnya memutuskan untuk memecah keheningan diantara mereka.

"Aku baru sadar, kalian belum berkenalan secara resmi kan?"

Landon menoleh ke arah Clarence. "Ah, benar juga. Setiap kita bertemu, aku terlalu sibuk menarik kamu dari dia," kata Landon membuat Clarence melebarkan matanya.

Aidan diluar dugaan, terkekeh menanggapi perkataan Landon. "Yah, kalau begitu. Kenalkan Mr. Najandra saya Aidan Djuanir. Dan, I'm so sorry, setiap kita bertemu saya selalu membuat Anda cemburu."

Clarence membulatkan matanya sekali lagi. Dengan cepat dia menginjak kaki Aidan di bawah meja. Membuat pria itu tersentak sebentar. "Aidan, Landon bukan tipe pencemburu. Dan dia tidak mungkin—"

"Well, Anda benar. Setiap kita bertemu saya selalu merasa cemburu," kata Landon tiba-tiba memotong perkataan Clarence. Clarence menoleh cepat untuk melihat suaminya. Baru saja, Landon mengatakan dia cemburu. "Dan, tolong panggil saya Landon saja. Saya akan memanggil Anda Aidan sebagai gantinya."

Aidan tersenyum lebar ke arah Landon. Landon juga menampakkan lengkungan di bibirnya. Itu bukan senyuman tulus, mereka sedang saling mengancam.

Suara dering telpon tiba-tiba terdengar di tengah-tengah mereka. Aidan menjadi satu-satunya yang mengeluarkan ponselnya dan melihat pesan yang masuk.

"Claire, aku harus pamit sekarang. Editor aku tiba-tiba meminta untuk bertemu," kata Aidan kemudian.

Clarence kemudian mengangguk dan berdiri hendak mengantar Aidan ke depan. Tepat ketika Clarence akan melangkah, Landon yang duduk di sampingnya ikut berdiri dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Clarence. Menarik perempuan itu menempel dengan badannya.

Aidan yang melihat itu, menaikkan satu sudut bibirnya. "Kalau begitu, saya permisi dulu, Landon. Dan Claire, let's meet. ASAP."

Clarence berusaha melepaskan dirinya dari Landon akan tetapi cengkraman pria itu di pinggangnya malah semakin kuat. Jadi, Clarence hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Aidan langsung berbalik dan berjalan sendirian menuju pintu depan.

Ketika Aidan sudah tidak terlihat lagi. Clarence segera mendorong Landon menjauh. "What the fuck, Landon, kamu kenapa sih?"

Landon mengendikkan bahunya. "Well, istri aku yang menolak untuk makan siang dengan aku, ternyata makan berdua dengan pria lain. Dan, seharusnya kamu sadar Clarence, Aidan ada perasaan khusus ke kamu!"

Clarence memutar matanya kesal. "Dia itu orang yang hanya mencintai Kakak aku Landon! Sampai kapan pun aku hanya akan dianggap Adik sama Aidan!"

Landon menggeleng. "Clarence, seorang pria yang hanya bisa mencintai satu wanita seumur hidupnya itu adalah mitos!"

Clarence terdiam. Landon yang juga menyadari apa yang baru saja dia katakan juga ikut terdiam. Matanya melebar seolah-olah terkejut dengan perkataannya sendiri.

"Aku—" Landon terbata.

Mereka sudah mengalami hal seperti ini berkali-kali, dan Clarence tahu tidak ada gunanya membalas amarah dengan amarah. Terlebih lagi, Landon entah karena apa terlihat terguncang saat ini.

Clarence langsung maju mendekati suaminya itu dan melingkarkan tangannya di sekeliling tubuh Landon. "Landon, kamu harus percaya apa yang akan aku bilang sekarang. Dan aku tidak akan mengulangnya," kata Clarence.

Landon menyentuh punggung Clarence kemudian mendekap perempuan itu. "Ya," katanya pelan.

"Selama status kita masih suami istri, kamu tidak perlu khawatir aku akan pergi ke laki-laki lain. Karena aku masih menunggu janji kamu untuk membuat aku bahagia."

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang