"No, Landon. Apapun yang ada di pikiran kamu sekarang sebaiknya kamu hilangkan."
Giliran Landon yang diam dan menatap Clarence bingung. Clarence menarik nafas dalam-dalam. "Dalam seminggu ini kita mengenal satu-sama lain ke tahap yang sangat jauh. Aku seharusnya tidak perlu tahu soal masa lalu kamu dan Ava. Kamu juga seharusnya tidak perlu tahu soal masa lalu aku. Kita ini palsu, dan semua yang kita lakukan akhr-akhir ini terlalu nyata. Ini semua tidak benar!"
Rasa humor menghantam Landon dengan cepat, entah karena apa. Pria itu tiba-tiba saja tertawa keras sekali sementara Clarence menatap Landon dengan tatapan bingung. "Apa ada yang lucu?" tanya Clarence ketus.
Landon masih tertawa ketika dia berjalan ke arah Clarence yang terdiam. Landon menyeka matanya yang berair sedikit. Ketika dia berada tepat di depan Clarence, Landon menangkup kedua pipi Clarence kemudian mengelusnya pelan.
"Saya tidak percaya kamu masih bilang kita palsu setelah semuanya. Saya—, jujur, saya membuka hati saya ke kamu Clarence. Dan kamu bilang semua ini palsu? Kenapa kamu selalu mendorong saya mundur sepuluh langkah saat kita baru maju selangkah?"
Clarence diam mematung mendengar pernyataan Landon. Bahkan ketika Landon memajukan wajahnya dan menempelkan keningnya di kening Clarence, perempuan itu tetap diam sambil menatap manik Landon.
"Katakan kamu tidak bahagia saat kita jadi lebih dekat Clarence. Karena sejauh ini, menurut saya kita baik-baik saja dan bahagia. Kalau saya salah Clarence, katakan dengan jelas."
Landon menatap mata Clarence dalam sekali. Dan Clarence seperti terhanyut di mata itu. Ini pertanyaan penentuan dan Clarence tahu itu. Bohong jika selama ini dia tidak bahagia. Tapi dia takut. Semua perasaan bahagia ini, Clarence takut dia jadi mengharapkan lebih. Sementara Landon, dia tidak akan pernah memberikan lebih.
"Clarence, please, tell me," kata Landon setengah berharap.
Clarence menela ludahnya susah payah. "Kamu salah. I'm not happy."
Landon melepaskan dirinya dari Clarence kemudian menatap Clarence tajam. "Bohong," kata Landon dengan nada menuduh. "Kamu bohong Clarence. Saya tidak tahu alasannya apa, tapi saya tahu kamu bohong."
Clarence membuka mulutnya hendak membela diri tapi Landon langsung mengangkat tangan kanannya ke arah depan muka Clarence memberikan gestur untuk diam. "Apapun yang akan kamu katakan untuk membela diri aku tidak akan percaya."
Clarence menghembuskan nafasnya dengan susah payah. Landon menatap sekeliling ruangan selama beberapa saat kemudian memfokuska matanya kembali ke sosok Clarence. "Okay, begini saja," katanya. "Selama setahun ini, saya akan melakukan semua yang saya bisa untuk membuat kamu bahagia. Kalau ternyata kamu merasa bahagia Clarence, kamu harus mengakuinya. Kalau tidak, dalam setahun kedepan, kita akan bercerai. Tidak butuh dua tahun."
Clarence merasakan pening di kepalanya. Landon ingin mempercepat perceraian mereka, adalah satu-satunya yang menjadi fokus Clarence dari semua pernyataan pria itu barusan.
"Bukan, aku bukan mau mempercepat perceraian kita kalau itu yang kamu pikirkan."
Sialan! Clarence merinding ketika Landon dengan tepat membaca isi otaknya saat itu. Pria itu entah memiliki sinkronasi dengan otaknya atau dia memang bisa membaca pikiran. Yang jelas setidaknya sekarang jelas bagi Clarence bahwa Landon bukan ingin mempercepat perceraian mereka. Mau tidak mau, Clarence memaksa dirinya menelan fakta yang disodorkan Landon itu demi dirinya sendiri. Pemikiran tentang Landon yang menginginkan untuk cepat-cepat bercerai dengannya terasa menyakitkan.
"Jadi, Claire, siap-siap untuk pengakuan kamu. Karena aku berniat menjadi sangat manis, sampai-sampai kamu over-bahagia."
Clarence menelan ludahnya. Pengakuan yang Landon mau, sudah berada di ujung lidahnya.
Okee ini bab terakhir sebelum hiatus ya hehe. Jangan lupa votes dan comment ya💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Affection
Romansa((FINISHED)) He loves her, but his past doesn't allow him to love her. She loves him, but she doesn't let her feeling shown. They're just too afraid. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kalau seseorang bilang ke Clarence satu tahun lalu kala...