Memories — Shawn Mendes
"Arko!"
Landon mengetuk, tepatnya menggedor pintu Arko tepat setelah menghafal mati nama tempat menginap Clarence.
Saat ini waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Dan Landon tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk bertemu Clarence. Dan untuk bertemu Clarence, dia harus menghubungi supirnya selama di sini yang tahu betul seluk beluk Lombok. Bodohnya, Landon bahkan tidak ingat wajah supirnya itu.
"Arko!"
Sekali lagi Landon menggedor pintu kamar Arko namun sama sekali tidak ada jawaban. Arko pasti sudah tertidur.
Landon mengepalkan tangannya kemudian langsung berlari menuju lift. Untungnya semalam ini tidak ada yang menggunakan lift selain dirinya. Landon menyempatkan diri untuk mengecek kantungnya. Memastikan dompet dan ponselnya sudah terbawa.
Ketika sampai di bawah, Landon langsung menuju front office untuk meminta ditelponkan taksi. Keberuntungan ada di pihaknya karena ternyata di depan hotel ada beberapa taksi yang sedang menunggu penumpang.
"Tolong ke Katamaran Resort, Pak," kata Landon setelah masuk ke salah satu taksi.
"Wah, lumayan jauh ya Pak," kata si supir taksi basa-basi dan Landon tidak ingin menjawab.
"Tolong cepat ya," katanya.
Ia harus sampai kepada Clarence secepatnya.
***
"Claire! Mati! Astaganaga!"
Clarence menatap Sarah yang kini berjalan ke arahnya dengan tatapan horror yang Clarence tidak tahu artinya. Dia baru saja keluar kamar mandi dan mendapati Sarah sedang berbicara dengan heboh kepada Aidan yang tampaknya tidak terlalu perduli.
"Kenapa Sar?"
"Landon Claire!"
Clarence langsung merasa kewaspadaannya naik.
"Landon di Lombok for god sake!"
Clarence ingat pernah merasakan perasaan ini ketika dulu dia mendengar Charly mengalami kecelakaan. Tangannya mendadak dingin dan jantungnya. Dimana detak jantungnya?
"Tadi Gavin menelpon gue dan bilang kalau Landon minta dia kasih tahu tempat nginap kita di sini. Karena dia ada di Lombok!"
"Gavin kasih tahu dia?" Clarence berharap jawaban Sarah adalah tidak.
"Enggak, dia untungnya masih ingat ancaman gue untuk tidak memberi tahu siapapun lokasi kita dimana."
Clarence menghembuskan nafasnya lega.
Aidan tiba-tiba melemparkan ponsel milik Clarence ke sofa. Untuk sepersekian detik, Clarence tahu bahwa Aidan baru saja melakukan sesuatu yang buruk.
"Landon tahu," kata Aidan.
Sarah dan Clarence menoleh ke arah pria yang kini tersenyum itu.
"Maksud lo Dan?" Sarah lebih dulu mencecar Aidan.
"Tadi Landon nelpon, dan aku jawab, Claire. I'm sorry, tapi dia terdengar sangat sengsara seperti baru saja kehilangan anggota tubuhnya. So, I told him."
Sarah mengerutkan keningnya kemudian melirik ke sekitarnya. Benda paling dekat dengan Sarah adalah sebuah bean bag chair, dan dengan energi yang entah darimana, dia melemparkan bean bag chair itu ke arah Aidan.
"Bodoh banget sih Aidan!" rutuk Sarah.
Clarence terpaku untuk beberapa saat. Ia melihat Sarah berlari ke kamar untuk entah apa. Kakinya berjalan mendekati Aidan dan dengan kesal dia meninju dada pria itu. Cukup keras sampai Aidan terdorong ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Affection
Romance((FINISHED)) He loves her, but his past doesn't allow him to love her. She loves him, but she doesn't let her feeling shown. They're just too afraid. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kalau seseorang bilang ke Clarence satu tahun lalu kala...