Dua Belas

8.9K 570 1
                                    

"Halo, Sar?"

"Kenapa Claire? Tumben lo nelpon pagi-pagi?"

Clarence menggigit bibirnya, kemudian bertanya kepada Sarah di seberang sana. "Temenin belanja bulanan, dong?"

Sarah diam sebentar kemudian tertawa. "Astaga, gue lupa sekarang lo udah berstatus istri orang."

"Berisik lo ah. Mau nemenin atau enggak?"

"Iya iya, gak usah ngambek dong Najandra."

"Diem lo, Pratja," Clarence memutar matanya. "Yaudah, jam sepuluh ya? Gue jemput apa ketemuan?"

"Gue aja yang jemput lo."

"Sipp, yaudah. Gue tunggu ya."

"Okay. See you!"

***

"Kalau sarapan biasanya lo buat apaan?"

Sarah menolehkan kepalanya ke arah Clarence. Kini mereka sedang berjalan sambil mendorong troli masing-masing di sebuah supermarket.

"Biasanya sih, yang gampang-gampang, kayak sandwich, omelet, toast, ya yang gitu-gitu lah."

Clarence mengangguk, kemudian bertanya lagi. "Terus kalau belanja bulanan biasanya beli apaan?"

Sarah tersenyum geli. Clarence yang kemarin individualis sekarang berubah menjadi seperti ini. Rasanya seperti melihat Clarence yang dulu, sebelum dia kabur ke London.

"Hm, biasanya sih gue dibeliin sama ART. Tapi, kalau lagi pengen gue buat list gitu, kira-kira yang bakal gue masak apa aja, kadang gue nanya Gavin, dia pengin makan apa. Tapi yang paling wajib sih, bumbu-bumbuan."

Clarence mengangguk lagi. Dia tidak akan mungkin menanyakan makanan apa yang diinginkan Landon. Itu terlalu seperti pasangan sungguhan.

"Emang lo gak pake ART?"

Clarence mengerjap. "Gak tau, itu kan rumah Landon, jadi terserah dia lah."

Sarah melongo. "Are you okay? Lo sama Landon?"

Clarence bergumam kemudian berjalan mendahului Sarah. Clarence sibuk melihat berbagai macam makanan yang ada di etalase sambil mendorong trolinya, sampai-sampai dia tidak sadar bahwa ada seorang pria di depannya, dan kemudian menabraknya dengan troli.

"Astaga, Claire!" Sarah menarik troli Clarence menjauh dari pria itu.

Clarence buru-buru menghampiri pria berkaca mata itu, kemudian berkata "Sorry, saya gak sengaja."

"Claire?"

Clarence menatap orang itu dengan terkejut. Sarah juga menatap pria itu sama terkejutnya dengan Clarence.

"Ini aku," kata pria itu sambil membuka kaca matanya. "Inget gak?"

Clarence menatap lama pria itu sampai akhirnya otaknya mengenali wajah itu.

"Bang Aidan?"

Pria itu tersenyum ramah. "Masih inget ternyata."

Clarence memaksakan sebuah senyum. Aidan menatap ke Sarah yang kini melihat ke arahnya. "Sarah kan?"

"Iya," jawab Sarah sambil tersenyum kecut.

"Apa kabar kalian?"

Sarah dan Clarence sepakat menjawab "Baik," secara bersamaan.

"Bang Aidan apa kabar?" Sarah menanyakan balik karena sepertinya Clarence belum berniat untuk membuka suaranya.

"Baik," kata Aidan yang kemudian bertanya. "Claire, kamu bukannya di London?"

Clarence menoleh ke arah Aidan. "Udah pulang setahun yang lalu."

Aidan mengangguk.

"Yaudah, saya ke kasir duluan ya. Glad to see you again."

Clarence menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Ketika Aidan sudah hilang dari pandangan mereka, Sarah buru-buru membalikkan badan Clarence menghadapnya.

"Itu mantannya Charly kan?"

"Iya."

"Charly? Charlene? Kakak lo?"

Clarence menatap kesal Sarah kemudian berkata, "Kita berdua cuma kenal satu Charlene di dunia ini."

Sarah kemudian menatap sedih, merasa bersalah. "Sorry."

"Udah ah, gue gak mau bahas dia lagi. Ayo lanjut belanja, gue pengen cepet pulang."

***

Sekarang sudah jam sepuluh malam dan Clarence masih sendirian di rumah. Clarence memutuskan untuk menonton tv di ruang tengah sembari menunggu Landon.

Bukan karena dia berperan sebagai istri yang menunggu suami. Tapi karena dia merasa tidak nyaman jika harus berdiam diri di kamar saat tahu bahwa dia adalah satu-satunya orang di rumah. Terlebih lagi, kejadian tadi siang masih membuatnya merasa buruk.

Suara mobil di luar rumah membuat Clarence sedikit bernafas lega. Landon masuk ke ruang tengah dengan tampang kelelahan.

"Hai," sapa Clarence.

Landon menatap Clarence kaget. "Kamu belum tidur?"

Clarence mengendikkan bahunya kemudian berkata, "Kamu bisa lihat kan, aku masih melek begini."

Landon mengangguk entah untuk apa. "Sudah makan?" tanyanya kemudian.

Clarence mengangguk. "Kamu sudah?"

"Sudah, tadi siang delivery ke kantor."

"Siang? What about your dinner?"

Landon mengendikkan bahunya. "Saya mandi dulu."

Clarence mengangguk ragu. Jadi, intinya Landon belum makan malam?

***

Landon baru selesai mandi dan berjalan menuju dapur untuk mencari apapun yang ada di kulkas. Dia cukup lapar karena harus lembur. Kalau tau pekerjaannya akan semenumpuk ini, seharusnya dia hanya mengambil cuti satu hari kemarin.

Landon hendak membuka kulkas ketika dia melihat sebuah mangkuk di atas dining table.

Dia mendekati mangkuk itu dan melihat sup yang masih mengepul. Di dekat mangkuk itu ada notes kecil berwarna kuning bertuliskan:

Semua orang tahu aku istri kamu, dan apa kata mereka kalau tahu kamu masih hidup tidak terurus bahkan setelah 'menikah'? Selamat makan.

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang